Rencana ke Bandung bukan sekadar wacana.
Tiga anak itu menaiki kendaraan travel. Sekolah tinggal tiga hari lagi, tetapi Gerald dan Leana tak mau membuang-buang kesempatan. Kesempatan apa? Tentu saja, "berlibur" bersama Anya.
"Ada kok hotel deket situ," ujar Leana. "Anya, kamu aku bayarin. Serius. Aku enggak miskin-miskin amat, kok. Lagian, aku juga punya penghasilan sendiri."
"Ngomik?" tanya Anya kalem.
"Bukan!" seru Leana. "Aku kan pernah bilang, dulu, di chat. Gambar! Gambar apa pun selain karakter! Dan desain grafis!"
Anya tersenyum kecil. "Trauma, ya."
"Banget!"
"Aku enggak dibayarin, Len?" tanya Gerald yang disambut pelototan.
Setelah lima jam perjalanan, mereka akhirnya tiba di hotel. Lokasi panti asuhan Fuma masuk daerah kota. Leana bersyukur juga karena ia sepertinya fobia hutan setelah berkali-kali ditimpa kejadian aneh.
"Lapar," gumam Anya. Leana langsung menariknya untuk makan siang.
Setelah berdiskusi dengan Gerald, mereka memutuskan untuk pergi sore harinya. Melaksanakan agenda utama di hari itu, supaya besok mereka bisa berjalan-jalan sebelum langsung pulang.
"Apa yang bikin perasaanmu aneh, Nya?" tanya Leana.
"Entah. Mirip kayak kalian. Mungkin, dia lagi bisikin aku." Anya mengangkat bahu. "Kalau ternyata ia bohong, anggap saja ini liburan."
"Perasaan kamu pasti benar," ujar Gerald, tetapi Anya malah mendelik ke arahnya.
****
Pukul empat sore.
Plang tanda panti asuhan terlihat di hadapan mereka. Sesuai dengan alamat yang Leana pegang.
"Yuk." Leana memimpin jalan, disusul Anya, baru Gerald.
Panti asuhan itu tidak terlalu besar, bangunannya juga biasa-biasa saja. Leana tanpa sadar membandingkannya dengan rumah Fuma yang dulu mereka tempati sebagai vila. Namun, seingatnya, Fuma baik-baik saja. Pesan terakhirnya di akun Instagram sebelum deact adalah ajakan kolaborasi untuk yang kedua kalinya. Leana tak berani membalasnya. Fuma, anak perempuan kecil itu, terlalu seram. Ia menggambar apa yang ia lihat dan menuangkannya dalam cerita. Zleth, misalnya. Pasalnya, yang Fuma lihat itu ... makhluk tak kasatmata.
"Cari siapa?" Seorang wanita muda menyapa mereka, meski terlihat agak kaget. Maklum, sejak kapan ada tiga remaja berkunjung tanpa ada pemberitahuan sebelumnya? Biasanya, ada acara bakti atau semacamnya.
"Halo, Teh. Maaf kalau kedatangan kami mengejutkan," sapa Leana. "Salam kenal, saya Leana. Saya yang dulu menemukan seorang anak yang dibawa kemari ... kira-kira setahun yang lalu."
Ekspresi wanita itu malah makin kaget. "Eh, iya ... saya Indah. Kalian mencari anak itu? Namanya siapa?"
"Hm, Fuma?"
"Fuma?"
Bukan main, ekspresi Indah malah tambah syok.
"Kalian yang menemukan Fuma, ya? Kabarnya, dulu, anak itu hilang beberapa minggu dan ditemukan anak-anak yang lagi karyawisata, ya?"
"Betul, Teh," sahut Gerald.
"Kasihan anak itu." Indah kini prihatin. "Dia enggak ingat orang tuanya. Yang dia sering panggil kalau lagi mengigau itu ... Zleth, Daisy ...."
Tiga anak itu mematung.
"Dan, Kak Len."
Leana membeku.
![](https://img.wattpad.com/cover/278070112-288-k154527.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terikat
Paranormal[COMPLETED] [Other Side Series#2] [R15+] [Sekuel The WIP] Bagi Leana, peristiwa tahun lalu sudah usai. Tak ada lagi keanehan, apalagi yang menyangkut makhluk astral. Namun, Gerald sesumbar itu karena dirinya. Leana akan dalam bahaya kalau tidak bera...