14. Pertanda Dalam Mimpi

26 6 0
                                    

Gerald tertidur saat membaca zikir. Ia langsung bermimpi.

Ia memimpikan sebuah vila di tengah hutan, dengan danau dan kabut yang tak kunjung menghilang. Tempat yang amat familier. Bukan hanya itu, ia juga melihat sesosok makhluk. Makhluk yang sama sekali tak ia sangka bisa melihatnya.

"Anak laki-laki, temannya Leana."

Gerald terhenyak.

"Aku Ratu Mimpi, dan aku terlupakan."

Tidak mungkin, batin Gerald. Masa, dia ...?

"Kamu istimewa karena bisa bertemu denganku lagi. Selamat." Sosok itu menyeringai. "Karena itu ... pasti ada sebabnya kamu bertemu denganku."

Gerald ingin membalas, tetapi lidahnya kelu. Ia tak benar-benar mengenal sosok itu. Ia hanya tahu sekilas. Sosok yang sudah membuat repot dirinya dan satu angkatan dulu. Sosok yang seolah terikat sesuatu ... dengan Leana.

"Kemarilah, anak muda."

Gerald maju. Ia tak bisa mengontrol pergerakannya sendiri.

Hei, ini hanya mimpi!

"Dengar aku. Semuanya membohongiku. Leana tak lagi berbuat apa-apa tentangku. Anyelir memperdayaku."

Gerald memelotot.

"Aku tidak bisa memanggil mereka, tetapi aku bisa memanggilmu, berkat bantuan sesuatu." Sosok itu menyeringai, lebih lebar dari sebelumnya. "Gerald ... kamu akan memperkuat keberadaanku, bukan?"

Gimana caranya ...?

"Terima kasih sudah datang kemari. Lihat, aku tinggal sendiri. Semuanya kabur dan terpencar. Hanya menunggu waktu sampai aku hancur. Namun, Alisa ... dia membuktikan kata-katanya."

Alisa?

"Dia akan membawa seseorang untukku. Ternyata itu kamu." Sosok itu tertawa pelan. "Gerald, kita akan bertukar dunia. Aku mau ada."

Ini mimpi, kan?!

"Kamu akan tinggal dan membusuk di sini." Jemari panjang itu menyentuh wajah Gerald. "Kecuali, kalau Alisa benar-benar menjemputmu. Dia menyukaimu."

Alisa itu ... siapa?

"Gerald ... terima kasih. Kamu kuat, kamu pasti bisa bertahan di sini."

Gerald menelan ludah. Kali ini, ia bisa merasakannya dingin di ujung-ujung jarinya. Kabut perlahan melingkupi, menyesakkan napas.

Ini mimpi, tetapi nyata.

"Kita lihat, sejauh mana Alisa menginginkanmu. Ucapkan selamat tinggal kepada duniamu. Sekarang, kamu ... tidak lagi manusia."

Dingin yang menyayat. Gerald tak bisa apa-apa. Ia sempurna mematung, membelalak menatap sosok aneh di hadapannya menunjuk ke arah dadanya. Menembusnya, seolah hendak mengambil sesuatu dari sana.

"Uh ... uhuk!"

Gawat. Gerald bisa melihat arwahnya sendiri. Tangannya terlihat transparan, meninggalkan raganya. Ia kini panik.

Jadi, ini yang Leana rasakan ... dulu?

Gerald berusaha keras untuk sadar, bangun dari mimpinya. Percuma. Ia semakin tinggi melayang, hanya bisa nanar menyaksikan sosok aneh tadi terus memegangi raganya.

"Hentikan!"

Déjà vu.

Seketika itu juga, Gerald mampu menggerakkan tubuhnya. Ia kembali, tidak melayang-layang lagi. Namun, ia kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Meski begitu, ia bersyukur. Gerald bisa mengontrol pergerakannya kembali. Sementara itu, sosok Ratu Mimpi tadi menoleh gusar ke sumber suara. Matanya merah menyala-nyala, menandakan amarah. "Kamu!"

Yang TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang