Pukul tujuh pagi.
Anya pamit ke hotel. Ia dipaksa sarapan dulu, tetapi ia malah nyengir. "Aku akan makan sekembalinya nanti."
"Ya udah, isi perutmu pake apa kek!" Yessy masih memaksa.
"Tadi jam 3 udah sahur, kenyang."
Semua yang mendengar langsung nyengir lebar, apalagi Diar. Ia terlalu banyak menyiapkan kudapan.
"Tunggu, aku enggak nemu kunciranku," keluh Leana.
"Udah, enggak papa, sekali-kali digerai gitu," celetuk Gerald.
"Sekali-kali? Udah berapa hari aku kayak begini?" sembur Leana.
"Udahlah, aku suka kok lihat kamu kayak begitu."
Satu ruangan terpana, sampai Anya berdeham.
"Aku duluan, ya."
"Tunggu!" Leana akhirnya sadar dari kekagetan dan langsung mengejar Anya, disusul Gerald yang berjalan santai sambil tertawa-tawa.
"Udah lama enggak lihat Anya ngambek," komentar Gerald.
"Oh, baguslah. Kamu enggak nganggap aku ngambek kemarin," sahut Anya. "Aku beneran marah."
"Iya ... kamu ngambek sama marah itu beda banget."
"Iya, Anya marah serem," timpal Leana. "Kukira Anya enggak bakal maafin aku."
"Kenapa kamu bisa mengira begitu?" sahut Anya. "Aku pasti maafin. Masalahnya itu, aku mau ketemu kalian lagi atau enggak."
"Anyaaaaa!" Dua anak itu langsung berseru.
Anya tersenyum kecil. "Yah, sekarang sih enggak. Tapi, nanti, siapa tahu?"
"Udahlah!" Leana langsung memeluk lengan Anya. "Kalau kamu putus kontak, aku bisa lupa caranya bahagia, lo!"
"Apa coba yang membahagiakan dari aku?" sahut Anya. "Hidupku kelam, dan bakal tambah berat ke depannya."
"Tapi ... kamu udah enggak diincar, kan?" tanya Gerald hati-hati.
"Anya, apa kami sudah aman?" sambung Leana.
"Kalian mempertanyakan itu lagi?" Anya tampak dongkol. "Dari tahun lalu juga kalian sudah aman, kalau aja enggak lupa—"
"Maaf!"
Cukup jauh mereka berjalan. Gerald sempat menjajani dua temannya. Mereka memang kelaparan. Mengisi perut ala kadarnya tadi pagi memang tidak cukup, tetapi Anya tetap bersikeras menolak sarapan.
"Nanti kalian ikut aku, ya."
"Ke mana?" Gerald dan Leana langsung menatap Anya penuh minat.
"Lihat aja, deh." Anya balas menatap kedua temannya. "Untung baju kalian enggak buluk-buluk amat."
Akhirnya, mereka sampai ke hotel. Leana dan Gerald benar-benar menurut, mereka mengikuti Anya ke kamarnya.
"Kamu berapa malam di sini?" tanya Gerald. "Kok boleh pergi sendiri?"
"Entah. Aku diusir, kali."
Gerald, juga Leana, langsung bungkam.
Anya malah tertawa. "Bercanda. Aku tiga malam, ini pas hari terakhir. Ya, 'kan? Penanggalan enggak ngawur, 'kan?"
Setelah itu, Anya malah keluar, diikuti kedua temannya. Barulah keduanya sadar ke mana Anya mengajak mereka.
"Sa-sarapan buffet! Kayak kemarin!" Leana mengerjap. "Tapi, kemarin kan emang buat dua ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Terikat
Paranormal[COMPLETED] [Other Side Series#2] [R15+] [Sekuel The WIP] Bagi Leana, peristiwa tahun lalu sudah usai. Tak ada lagi keanehan, apalagi yang menyangkut makhluk astral. Namun, Gerald sesumbar itu karena dirinya. Leana akan dalam bahaya kalau tidak bera...