15. Pertemuan yang Tak Disangka

30 5 0
                                    

Gerald terpaku.

Sosok itu menampakkan wajahnya. Cantik. Wajah perempuan remaja yang tampak berduka.

"Gerald ... perkenalkan, aku Alisa. Maaf karena tidak sopan kemarin." Wajah sendunya tiba-tiba berubah menyeringai. "Tapi aku senang!"

Gerald mundur tanpa sadar.

"Tidak, aku tidak akan bisa menyakitimu kalau begini. Aku butuh orang lain. Kamu terlalu kuat buatku." Alisa terkikik. "Karena itu, aku suka."

"Kamu apakan Leana ...?"

"Leana? Dia lemah. Dia dalam penjagaanmu, kan?" Tawa Alisa kian lebar. "Dia targetku, supaya bisa dekat-dekat kamu."

"Apa yang kamu mau dariku?!"

"Mau ...." Alisa tiba-tiba sudah berada di hadapan Gerald. "Bersama."

"Pergi!" Gerald mulai bergumam aneka zikir.

"Kamu zikir enggak ikhlas." Alisa terlihat manyun, meski detik berikutnya kembali tersenyum lebar. "Kamu enggak heran kenapa aku di sini? Bukan buat cari kamu, lo. Aku selalu tahu kamu di mana. Aku mengamati kamu dari tadi, dari kamu kembali ke rumah itu, di mimpimu ... ah, kamu bertenu Zleth?"

Gerald kaku seketika.

"Ratu abal-abal itu ingin bertukar tempat dengan seseorang. Dia mau hidup. Aku sarankan, kamu saja. Aku mau kamu tinggal satu alam denganku."

Dia ... siapa?

"Aku? Aku anak buah yang dipaksa menunduk padanya dulu. Karenamu."

Aku?

"Kukira, aku benci denganmu. Ternyata, aku menyukaimu!"

Gerald terperanjat. Samar-samar ia melihat tangan pucat berjari kurus seolah sedang mengelus wajahnya.

"Aku mau kamu ... kehangatanmu ... semuanya." Wajah Alisa tepat di depan Gerald. Ia menyeringai lebar. "Dan aku bisa mendapatkannya ... kalau merasuki Leana."

"Jangan sentuh dia lagi," ujar Gerald. Ia berusaha keras menahan emosinya.

"Kalau bisa, aku akan menyentuhnya lagi." Alisa masih menyeringai. "Aku belum puas. Padahal, kamu menyukai Leana. Ya, kan? Kenapa kamu tidak menuruti nafsumu? Apa aku harus buat dia sekarat baru kamu mau menurut?"

Gerald benar-benar merinding. Ia tahu, ada manusia yang disukai jin. Namun, ia tak pernah menyangka bahwa dirinya akan termasuk golongan menyedihkan itu.

"Sekarang, aku cuma bisa—"

Gerald berlari. Masa bodoh dengan semuanya. Gerald harus ada di samping Leana. Tak peduli anak itu kerasukan dan mau membunuhnya. Lalu, kenapa? Persetan!

Gerald baru ingat, yang mengamuk dan berkata hendak membunuhnya itu ... juga berniat mencelakakan Leana. Menariknya ke laut dalam. Karena itulah Gerald mengikat Leana ke sebatang pohon semalam.

Namun, itu sudah berjam-jam lalu. Apa kabarnya sekarang?

Gerald ... jangan ke sana. Jangan! Nanti aku tidak bisa melihatmu lagi.

Gerald tak peduli. Ia terus berlari ke tempat ia meninggalkan Leana semalam.

"Gerald! Hentikan!"

Gerald tak menggubrisnya.

"Gerry!"

Gerald terhenyak sesaat, tetapi langsung berlari lagi.

"Gerry! Hentikan! Jangan ke sana! Jangan! Kamu dalam bahaya!"

Masa bodoh. Yang penting Leana selamat. Biar aku dalam bahaya. Aku ini penjaganya!

Gerald merasa sudah melakukan hal bodoh berkali-kali. Ia tak sanggup berpikir. Ia butuh orang lain. Seperti tahun lalu, saat ada seseorang berkepala dingin yang selalu bisa ia mintai saran.

Yang TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang