25. Bekerja Sama

27 4 0
                                    

Kalau aku sampai lenyap, kamu akan menyesalinya, Leana.

"Bolehkah aku memastikan sesuatu?"

Anya, juga Gerald, menoleh. Suasana hutan masih temaram, suara-suara panggilan masih terdengar, meski tak lagi ada yang mendekat.

"Mungkin kalian enggak ada yang dengar," gumam Leana. "Atau ... Gerry, kamu dengar?"

"Dengar apa?" Gerald langsung panik.

"Zleth bisa menghilang."

Gerald mengerjap, bingung, sementara Anya mengangguk tenang.

"Itu kenapa dia butuh kita, Len. Dia butuh bantuanmu buat eksistensinya. Dia memintamu melanjutkan cerita itu. Dia meminta penjagaku. Itu karena dia mau ada."

"Lalu?"

"Lalu? Bukannya kamu udah tahu?" sahut Anya. "Zleth itu sudah tiada. Eksistensinya menghilang."

"Bu-bukankah itu bagus?" tanya Gerald. Suaranya gemetar.

"Zleth bilang, aku akan menyesal kalau sampai ia menghilang," sahut Leana pelan. "Rasanya, ada sesuatu ...."

"Pasti," sahut Anya. "Aku bukannya menyesal, tapi aku pun dalam bahaya."

"Kenapa?" Gerald tampak buntu.

"Kamu lupa?" Anya berpaling, menatap Gerald. "Aku dibenci para penunggu hutan. Aku ingkar janji ke mereka"

Gerald mengangguk. Ia ingat bagian itu.

"Lalu, yang membantu kita, yang mengendalikan dan menguasai mereka, adalah Ratu Mimpi, setelah kita kembalikan kekuasaannya. Zleth menundukkan seisi hutan, waktu itu. Tapi ... lama kelamaan, kekuasannya menghilang."

"Bukannya kita memang mau dia menghilang?" Gerald masih kebingungan.

"Ya. Tapi ada efek sampingnya."

"Apa?"

Anya menghela napas, lalu menyeringai kecil. "Dia. Kembali. Karena Zleth melemah, ikatannya juga. Eh, mana aku sangka, dia mencariku."

"Dia?" Leana mengerjap. "Maksudmu ... si hitam?"

"Ya, siapalah itu kamu menyebutnya."

"Ta-tapi, kalian juga udah enggak ada ikatan, kan?" Gerald tampak panik, meski ia sudah menduganya.

Anya mengangguk. Tatapannya suram. "Dia kembali. Singkatnya, dia memang merasa terikat sendiri. Kalau bukan ke keluargaku, ya ... padaku."

Keheningan melingkupi mereka. Bahkan suara-suara tadi menghilang.

"Dia menjaga kita." Anya menunjuk satu arah. "Dia yang mengabarkan kondisi kalian dan menuntunku kemari. Dia yang mengganggu tidurku dan bikin enggak tenang. Dia. Dia memaksaku untuk mencemaskan kalian ...."

Leana menelan ludah. "Dia ... kenal kami?"

"Aku enggak paham. Jujur, aku mungkin sama pusingnya dengan kalian." Anya menunduk. "Mestinya, ikatan kami sudah terlepas. Mestinya, dia enggak mengikuti lagi. Dia bebas, enggak ada hubungannya denganku atau keluargaku. Tapi, dia kembali. Apa ini berarti, usahaku gagal? Keluarga besarku masih dalam bahaya?"

"Anya, tapi, dia ... baik, kan?" tanya Gerald lirih.

"Sampai sekarang kelihatan begitu. Gimana nantinya?" Anya terlihat frustrasi. "Berkawan dengan makhluk halus, jin ... itu sama sekali bukan hal baik. Itu enggak membawa kebaikan. Aku ingin lepas, tapi dia yang mengikutiku!"

"Anya, tenanglah," gumam Leana. Ia memeluk bahu Anya, berniat menenangkan temannya yang gemetar itu.

"Maaf ...."

Yang TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang