23. Terjebak

31 5 0
                                    

Tarik napas ... buang.
Tenang.

****

Leana masih pening. Ia beringsut mendekati anak perempuan yang berdiri itu. "Anya, ada apa? Kamu dari mana?"

Anya tiba-tiba berjongkok, lalu meraih bahu Leana. "Kamu pusing, kan?"

"Eh ... iya?"

"Terus di dekatku. Kamu lagi enggak fokus. Rawan."

Leana merasa terharu. Ia malah memeluk Anya. "Kamu jangan jauh-jauh lagi!"

"Heh, semua orang dilarang jauh-jauh."

Suara itu ... Leana malah nyengir mendengarnya. "Aku sayang kalian, soalnya."

"Kita di mana, Nya?" Gerald berpaling. Suaranya terdengar bahagia. "Akhirnya, kamu manggil aku Gerry lagi!"

"Kenapa senang begitu?" dengkus Anya. "Ini jelas-jelas di hutan."

"Oh, hutan yang biasa, 'kan? Kalau keluar, kita bakal ke pantai?"

Anya mengangguk.

"Gimana kalau keluar aja? Aku enggak enak di sini," usul Gerald.

"Aku tiba-tiba narik kalian bukan tanpa alasan, tahu," sahut Anya. "Kamu enggak lihat ke sana, Ger?"

Gerald berpaling. Yang ia lihat ... kegelapan. "Ini di mana?" Ia langsung panik.

"Hutan, udah kubilang."

"Iya, hutan yang biasa, 'kan?" Gerald memukul-mukul salah satu pohon. "Ini pohon bakau, 'kan?"

"Iya, kenapa?" sahut Anya.

"Ini bukan hutan di belakang vila itu, kan ...?"

Baik Anya maupun Leana sama-sama diam.

"Kalian tunggu di sini, aku cari jalan keluar!" Gerald berdiri. Ia mulai berlari menembus kegelapan.

"Gerry!" seru Anya. "Jangan sembarangan! Itu—"

Splash!

Gerald berhenti berlari. Tiba-tiba saja ia menginjak genangan air. Ia melambatkan jalannya, tetapi genangan itu makin dalam.

"Gerry, lihat baik-baik!" seru Anya. "Itu bukan genangan air biasa. Kalau kamu lihat dari sini ... kamu bisa melihat pantulan bulan di kejauhan!"

"Eh?" Gerald kini berhenti berjalan. Ia memicing. Di kejauhan, ia melihat ... langit. Dan air. Gerald mematung. "Ini laut ...?"

"Sudah kubilang, kita dijebak!" seru Anya. "Air laut naik sampai batas hutan. Kita enggak bisa keluar!"

"Yang di vila gimana?" Gerald langsung panik. "Airnya pasang, ya?"

"Aku pun enggak tahu, Ger. Enggak kebayang," ujar Anya. "Hutan ini terasa biasa aja. Tapi, siapa yang tahu kalau ini dunia asli atau bu—"

Srek.

Suara langkah terseret membuat Anya berhenti bicara. Jarang-jarang ia terdistraksi begitu.

"Anya, suhunya enggak normal," gumam Leana. Ia makin meringkuk. "Jangan menjauh dariku."

"Suhunya tiba-tiba aneh!" lapor Gerald yang baru saja kembali. Ia basah kuyup sampai sepinggang.

"Kamu dengar?" tanya Anya.

Gerald diam, mendengar-dengarkan.

Tanggung jawab ....

Tiga anak itu mendengarnya. Leana makin erat memeluk Anya. Gerald merapat, tampak siap mencengkeram bahu Anya kapan saja.

Yang TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang