Kantin cukup ramai siang ini. Jisella duduk tenang di bangkunya dengan satu piring nasi goreng dihadapannya.
Setelah acara pelukan tadi, secara tiba-tiba Vino langsung menarik gadis itu keluar. Niatnya ingin ke rooftop, tapi karena perut gadis itu berbunyi, mereka malah belok ke kantin.
Ngomong-ngomong, Jisella telah mengetahui nama cowok tersebut. Vino secara mendadak mengenalkan namanya tanpa Jisella pinta.
Gadis imut itu dengan lahap menyantap nasi gorengnya, sesekali terjeda untuk meminum air mineralnya.
Sementara Vino, cowok itu berdecak kesal karena dua temannya itu malah mengikuti nya. Lihatlah betapa tanpa dosanya mereka duduk di bangku yang Vino dan Jisella tempati.
"Jadi, dia siapa nya lo?" Tanya Jian.
Vino menatap sinis pemuda tersebut. "Cewek gue!"
Jian ber-oh ria diiringi kekehan kecil. "Gue kira belok,"
Vino melayangkan pukulan dilengan cowok itu. "Gue banting lo!"
Jefran menghela nafas panjang. Ia beralih menatap Jisella yang terlihat tak terganggu sama sekali. "Kek pernah liat, muka dia familiar banget gak sih?" Tanyanya
Jian langsung menatap wajah Jisella menelisik. Setelah dilihat-lihat, memang ia merasa pernah melihat gadis itu. Tapi entah dimana. "Mirip emaknya,"
Jefran memukul kepala Jian dengan sendok yang tersedia disana. "Becanda mulu lo!"
Jian menggedikkan bahu acuh. "Biar gak serius-serius banget, kayak mukanya si Vino,"
Perhatian mereka teralih pada Jisella yang telah selesai memakan makanannya.
"Kalian siapa?" Tanya nya bingung menatap Jian dan Jefran.
"Imut banget," tanpa sadar Jian berucap.
Vino mendorong tubuh cowok itu hingga jatuh dari kursinya. "Gue banting beneran lo!"
Jian meringis. Menepuk-nepuk pantatnya yang mencium lantai kantin. "Emang imut kok!"
Jisella semakin bingung dibuatnya, ia beralih menatap Jefran yang hanya diam sembari memperhatikan wajahnya. "Kamu kenapa? Di gigi Lala ada cabenya ya?"
Jefran menggeleng. "Kita pernah ketemu sebelum sekarang gak?"
Jisella tampak mengingat-ingat. Lantas kepala nya menggeleng. "Enggak tau,"
Jefran mengangguk. Mungkin memang perasaannya saja.
Vino berdiri, kemudian mendekat ke arah Jisella. Cowok itu menarik pelan tangan Jisella hingga gadis itu ikut berdiri.
Ditariknya Jisella keluar dari area kantin, dan meninggalkan kedua sahabatnya yang menatap mereka beo.
🌻🌻🌻🌻
"Duduk!"
Jisella mengangguk. Ia duduk disebuah sofa empuk yang entah mengapa bisa ada di sana. Vino pun melakukan hal sama.
"Kita ngapain disini? Harusnya Lala belajar tau!" Ucapnya kesal.
"Tadi pas dikantin lo gak bilang gitu,"
"Soalnya Lala laper!"
Vino menggedikkan bahu acuh. Ia menarik tubuh Jisella agar sedikit menghadap padanya. "Lo punya kalung gitu darimana?"
Jisella menunduk. Menatap kalungnya sendiri. "Oh ini. Ini dikasih,"
Vino menatap wajah Jisella datar. "Sama siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Vino & Jisella [OPEN PO!]
Teen FictionOPEN PO dari 3 Juni-3 Juli!! Jisella, si gadis polos imut yang mampu membuat seorang Vino Darendra bertekuk lutut padanya. Kenyataan bahwa mereka ternyata teman semasa kecil membuat Jisella semakin masuk dalam lingkar kehidupan Vino. Dingin, kadang...