<38> Kok?

21.6K 2.1K 213
                                    


Happy Reading
🌻🌻🌻🌻

Jisella termenung dikamarnya. Perasaannya gundah. Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore, dan gadis itu tak beranjak sama sekali dari ranjangnya. Hanya terduduk dengan pikiran tak menentu.

Cemas. Itulah yang menganggu hatinya sekarang. Namun, otaknya malah menentang, dan terus berusaha menghasutnya agar tak mempedulikan hal itu. Hati dan otaknya seolah bermusuhan saat ini. Keduanya memiliki opini yang berbeda.

Giginya tak berhenti menggigit kuku-kuku pada jarinya. Melampiaskan rasa cemas dalam hatinya.

Tau bukan siapa yang gadis itu khawatir? Yap, Vino. Setelah mendengar kabar jika cowok yang notabenenya adalah mantan kekasih nya itu sakit, Jisella sontak cemas. Namun ego gadis itu besar, dan dengan cepat berlagak seolah tak peduli dengan Vino.

Siapa sangka jika ternyata rasa cemas begitu ia rasakan sekarang. Ingin menjenguk, namun otaknya seolah memberi tahu jika mereka sudah memiliki hubungan apapun.

Jika sudah begitu, apakah Jisella masih berhak menjenguk atau hanya sekedar melihat kondisi cowok itu?

Drrtt

Drrtt

"Halo,"

Tanpa melihat siapa yang menelponnya, Jisella langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Halo, La,"

Jisella dibuat terdiam sesaat. Jian—suara ini adalah suara cowok itu.

"Kenapa?" Jisella menjawab dengan nada cueknya.

"Lo yakin gak mau kesini? Dari tadi Vino manggil terus nama lo,"

"Nggak. Lala udah gak ada hubungan lagi sama Vino,"

"Gue tau, tapi buat kali ini aja La. Lo gak kasian sama dia?"

Jisella menghembuskan nafasnya perlahan. "Lala gak bisa,"

Entah keputusan yang ia ambil ini yang tebaik atau malah sebaliknya. Jisella hanya berusaha menjadi dewasa. Ia tak ingin terus menuruti kata hatinya yang terus menginginkan agar dirinya kembali bersama Vino. Gadis itu hanya berpikir realistis, bahwasanya saat ini mereka tak memiliki hubungan apapun.

"Lo yakin?"

"Iya,"

"Ya udah. Gue tutup ya, bye,"

Vino & Jisella [OPEN PO!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang