Happy Reading
🌻🌻🌻🌻Semilir angin menerpa wajah tampan yang nampak begitu lesu. Tak ada ekspresi yang terpatri disana. Hanya tampilan sembab akibat terlalu lama menangis.
"Kalo Jisella gak selamat gimana?"
Pertanyaan yang paling ia takuti nyatanya malah terlontar dari mulutnya sendiri.
Jian menoleh. Manik nya menatap wajah Vino tajam. "Gak seharusnya lo ngomong gitu," tekannya. Entah mengapa ia tak menyukai pertanyaan yang Vino lontarkan barusan.
Dengan wajah sedikit pucat, Vino menarik sudut bibirnya kecil. "Gak ada yang tahu," ucapnya acuh.
Mendengar itu, Jefran ikut menoleh pada Vino. "Lo yang paling sedih diantara kita, jadi harusnya lo juga yang paling banyak berharap buat keselamatan Jisella. Bukan ngomong ngawur kek gini,"
"Salah gue. Coba aja gue bertindak lebih cepat, atau seenggaknya nahan Jisella buat gak nolong tu bocah," sesalnya. Ia sangat-sangat menyayangkan kejadian tadi. Begitu marah pada dirinya sendiri yang malah berdiam diri dan membiarkan kejadian itu berlalu begitu saja.
Manik Jian beralih menatap lurus. "Gak ada yang salah disini. Semua udah takdir, Vin,"
"Jian bener. Ini udah kehendak Tuhan, dan bukan lo yang harus disalahin," Jefran ikut bersuara.
Benarkah? Tapi mengapa sedari tadi Vino merasa jika dirinya lah orang yang patut disalahkan dalam kejadian ini. Ia yang salah!
"Gue gak seharusnya bawa Jisella ke taman," ujarnya kembali. Mau dipikiran sebagaimana pun, tetap saja Vino merasa jika ialah yang salah. Semua ini terjadi karena nya.
"Gue gak suka lo kek gini," Jefran semakin menatap tajam sahabatnya itu.
Menurut Jefran, Vino boleh terpukul, tapi jangan sampai menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian ini. Ia pun ikut terpukul, Jefran pun yakin Jian merasakan hal sama. Namun tak sepatutnya menyalakan salah satu diantara mereka saat ini.
"Jangan sembarang, Vin,"
Vino lantas mengalihkan pandangannya pada Jian dan Jefran secara bergantian.
"Jangan belain gue. Yang salah disini itu gue, jangan sok nyalahin takdir! Gue yang salah!"
Mungkin sangking terpuruknya, pikiran cowok itu tak bisa berpikir jernih. Pikirannya kalang kabut sekarang. Terasa begitu buntu.
Merasa kesal dengan kalimat yang Vino lontarkan, Jian lantas berdiri dan menarik kerah baju Vino dengan kasar. Ia sudah terlampau marah sekarang. Vino begitu keras kepala, dan itu membuat Jian begitu kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vino & Jisella [OPEN PO!]
Teen FictionOPEN PO dari 3 Juni-3 Juli!! Jisella, si gadis polos imut yang mampu membuat seorang Vino Darendra bertekuk lutut padanya. Kenyataan bahwa mereka ternyata teman semasa kecil membuat Jisella semakin masuk dalam lingkar kehidupan Vino. Dingin, kadang...