Part 1

13.3K 834 108
                                    

Sepeda fixie berwarna hitam tengah melajuh ditengah rindangnya pepohonan. Lelaki yang memiliki senyuman manis itu tengah menikmati angin sore ditemani sebuah lagu diearphonenya. Waktu kuliahnya sudah selesai, hal itulah yang membuatnya bahagia. Pulang disore menjadi nikmat tersendiri untuknya.

Dia Zahran, anak teknik mesin semester pertama yang biasa dipanggil Aran. Wajahnya yang tampan ditambah stylishnya yang mengikuti trend korea membuatnya sangat muda dikenali dikalangan mahasiswa baru. Senyumannya yang manis menambah nila plus pada dirinya, meski begitu Aran bukan type laki-laki yang suka dekat dengan banyak wanita.

Seperti biasa tak ada yang spesial dihari-harinya. Aran berjalan menuju kosannya, ia sangat merindukan tempat tidur kesayangannya. Aran berhenti sejenak ketika ia menangkap hal aneh disebuah gedung berlantai 4 yang belum jadi. Lebih tepatnya gedung tua yang terbengkalai pembangunannya.

"Ini kan masih sore ya, kok kuntilanak udah nongol jam segini" monolognya

Aran memperhatikan betul betul apa yang ia lihat, sampai akhirnya ia sadar itu adalah wanita bergaun putih yang akan mencoba bunuh diri. Aran segera berlari menaiki gedung itu, rasanya jantungnya berdetak sangat cepat takut terjadi apa-apa dengan wanita itu. Langkahnya ia perlambat saat berada dilantai yang sama dengan wanita itu. Aran dengan cepat memeluk wanita itu dan menjatuhkannya kebelakang bersama dirinya.

"Lepasin" teriak wanita itu sambil terus meronta-ronta

"Gue lepasin terus lo loncat gitu" bentak Aran tak kalah kuat

Wajah mereka sangat dekat, bahkan Aran bisa merasakan hembusan nafas wanita itu yang tak teratur. Mereka sama sama terdiam meskipun wanita itu menangis, Aran belum mau melepaskan wanita itu. Ia takut wanita itu melakukan hal nekat lagi, dengan sekuat tenaga Aran masih memeluknya. Aran membiarkannya bersandar didadanya, belum ada kalimat diotaknya yang ia rangkai untuk wanita itu.

"Jangan ngelakuin hal itu, walaupun masalah lo berat" ucap Aran membuka suara, kali ini Aran sudah mengecilkan nada bicaranya.

Wanita itu semakin menangis, dengan posisi masih berbaring Aran menarik wanita itu dalam dekapannya lebih erat. Aran sedikit lega wanita itu tak lagi berontak. Aran membiarkannya menangis lebih dulu.

Langit sedang tak bersahabat, ia menjatuhkan tetesan air kebumi. Aran segera bangun dan menggenggam erat tangan wanita itu kelantai bawah untuk berteduh. Tanpa bicara apapun mereka saling diam namun tangan Aran tak pernah melepaskan tangan wanita itu. Tangan Aran terluka akibat menahan kepala wanita itu agar tak terbentur saat Aran tadi mencegahnya bunuh diri. Wanita itu merasah bersalah melihat siku Aran terluka.

"Maaf" ucapnya

Aran menoleh kearah gadis itu, ia baru sadar wanita itu tak menggunakan alas kaki.

"Pake" Aran melepaskan sepatunya yang jelas kebesaran pada wanita itu

"Gak usah" ucap wanita itu, ia menunduk.

Aran berjongkok tanpa melepaskan genggemannya. Ia memasangkan sepatunya pada wanita itu.

Hujan sedikit reda, Aran kembali menatap wanita itu lalu melespakan hodienya.

"Gue antar pulang, tapi kita ambil mobil dulu ke kos"

"Aku bisa pulang sendiri" wanita itu berjalan lebih dulu namun sayang Aran tak melepaskan genggamannya

"Gue gak akan lepasin lo"

Wanita itu akhirnya menurut, Aran pun membawanya menaiki sepedanya menuju kosan miliknya yang tak jauh lagi.

Sesampainya dikosan, Aran meminta wanita itu untuk masuk.

RapsodiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang