MAS - 02

3.4K 698 136
                                    

Terima kasih dan selamat membaca 💕

***

"LO—" Tangan gue terangkat nyaris menangkap wajahnya, tapi gue segera menguasai diri dan buru-buru menutupi selangkangan lagi. Asli, tangan gue gatal pengin meremat tampang songong cewek ini.

Dia cengengesan, sesekali melirik selangkangan gue. Sial.

"Makanya, Mas, sedia botol sebelum ngompol. Dulu temen-temen SD-ku pipis di botol pas camping. Ndak ilok pipis sembarangan di hutan, kuatirnya samean ada yang ngetuti."

Gue memicing. "Ndak ilok? Ngetuti?" Siapapun tolong translate makhluk medok ini.

"Maksudnya, pipis di hutan itu ndak sopan. Nanti makhluk halus sini marah, terus ngikutin Masnya kemana-mana," jelasnya. "Pernah, lho, Mas. Ada anak sini pipis di pohon beringin, besoknya dia kejang tiga malem berturut-turut."

Ha? Gue berdecak skeptis. Kepercayaan mistis warga desa nggak masuk di otak gue. Tapi di sisi lain, gue senang dia nggak merendahkan diri dengan menjuragan-juragankan gue. Panggilan 'Mas' dia terdengar natural bagi telinga gue.

"Ya sudah kalau ndak percaya." Dia mengibas, lalu berbalik akan pergi.

"Heh, tunggu. Tunggu!" Gue menahan lengan kecilnya tetapi langsung ditepis keras.

"Ngapain samean pegang-pegang aku, hah?! Itu tangannya bekas ompol, aku jijik! Najis!"

Najis, hah?!

"Ck, sialan! GUE NGGAK NGOMPOL!" teriak gue, tanpa gue sadari memantul dengan menjijikkan ke seluruh sudut hutan. " ... ngompol ... pol ... pol ...."

Now I'm officially najis.

Dia mengernyit waspada sambil menunjuk selangkangan gue. "Terus itu apa?"

"Ah, tadi ada ... anak-anak main di sana." Gue menunjuk sisi lain kali dengan canggung. "Mereka lari-lari bawa ember, nabrak gue. Lalu, ya, lo lihat sendiri."

Dia mengangguk. "Ya sudah, pulang sana, ganti."

Gue terbelalak menunjuk celana. "Lo nyuruh gue pulang melewati rumah orang sekampung dalam keadaan begini?! Bahkan lo langsung nuduh gue ngompol dalam sekali lihat!"

"Kalau Masnya ndak mau dikira ngompol, ya lepas saja celananya. Paling-paling diteriaki wong gendeng sambil dilempari batu."

Membayangkan kalimat dia barusan, gue mangap lalu segera menggeleng.

"Hell no. Lo harus bantu gue."

"Bantu gimana?"

"Outer lo." Gue mengulurkan tangan kanan. "Outer lo, lepasin. Gue butuh itu."

Dia tampak berpikir, kemudian panik memeluk diri sendiri. "Emoh! Gawe opo?!" Makiannya medok banget, but still, gue nggak paham sampai dia menerangkan, "Maksudku, ndak mau. Buat apa?!"

"Buat nutupin, lah! Tunjukkan gue rumah lo. Gue balikin outer lo sore ini setelah dicuci."

Dia bersedekap defensif. "Ndak bisa. Samean ini minta tolong, kok, ndak ada sopan-sopannya, tho? Sak enak udel nyuruh perempuan buka baju. Ndak pantes!"

"Astaga, Mbak. Cuma outer ini, Mbaknya juga masih pakai kaus dalaman!" balas gue, namun langsung sadar bahwa cara gue barusan memang salah. "Oke, oke, maaf. Saya minta tolong, bantu saya."

Sambil menunjukkan tatapan sememelas mungkin, gue mengatupkan kedua tangan.

"Tolong saya, ya? Saya malu keliaran dalam kondisi seperti ini. Saya pinjam outer-nya sebentaaar saja. Setelah ini saya kembalikan, hmm? Gimana? Ya?" Bahkan gue rela monyong-monyong demi meluluhkan hati dia. It mostly works for girls.

My Adorable Sister (MAS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang