Terima kasih buat semua yang sudah mampir ke Secret Chapter 01, 02, dan ADMAS di KaryaKarsa.
Yang udah baca A Day (Date?) with My Adorable Sister, gimana perasaannya? Bagian mana yang kalian suka? Coba komen di sini tapi jangan spoiler. Aku suka pas mereka lomba lari, seru ngebayanginnya.
Terima kasih dan selamat membaca 💕
***
CEWEK minta dipanggil 'Sayang' itu artinya apa? Gue takut salah tafsir.
Meski ada kemungkinan waktu itu Sri nggak benar-benar tidur dan dia sadar pas gue manggil 'Sayang', gue mencoba bersikap lugu and take it as she said. Gue anggap dia minta dipanggil 'Sayang' itu memang sebatas guyonan. Guyonan nggak lucu yang sialnya gue pikirin mulu setiap malam menjelang tidur.
Bukan tanpa alasan gue kepikiran soal ini, mengingat sejak hari itu Sri jadi waspada terhadap gue. Dia selalu berpaling setiap tatapan kami bertemu, bahkan meski nggak sengaja. Dia jadi pelit bicara sama gue. Dia berkelit supaya bisa segera mengakhiri interaksi lalu pergi dari gue.
Cewek menghindar itu kemungkinannya cuma dua: kalau bukan muak ya malu. Dalam kasus gue dan Sri dua-duanya memungkinkan. Either dia muak karena sering gue kadalin or dia malu karena ....
Ah.
Dia? Suka gue? Ngimpi!
Gue rasa dia minta dipanggil 'Sayang' cuma mau ngerjain gue doang. Dia mau bikin gue baper and congratulations, she made it. Gue baper berhari-hari. Tapi karena dia terlalu innocent buat sok bitchy, dia malah nggak nyaman setelahnya. Jadi bukan karena suka sama gue.
Make sense, kan?
"Ritsleting lo kebuka," tegur gue.
"Hah?"
Sri berhenti melarikan diri dari gue tepat sebelum melewati pintu resepsionis. Dia berputar, kedua tangannya bergerak panik meraba bokong.
Gue menghampirinya dari belakang, memintanya diam, lalu menaikkan ritsleting ranselnya. "Maksud gue ini."
"I-iya." Dia menoleh kaku. "Ya sudah, Mas."
Begitu saja, kemudian dia ngacir (lagi!) ke kelasnya meninggalkan gue. Tadi itu gue sengaja ngasih tahu dia dengan cara ambigu. Gue pengin lihat respons dia. Normalnya dia bakal ngomel atau minimal memelotot karena salah paham. Ternyata masih juga menghindari gue.
Kalau yang mendadak awkward begini cewek lain mah bodo amat. Masalahnya dia kesayangan gue. Tampang gue bisa lempeng, tapi hati nggak mungkin bohong.
***
Secara teknis gue paham dan suka main basket, tapi nggak punya jiwa kompetitif di bidang ini. Sebatas nyengerin otot dan otak, sih. Ajakan masuk tim sekolah gue tolak dengan alasan itu. Tapi di hari-hari terakhir gue sebagai pelajar SMA, gue harus terima nasib dimasukin tim kelas pada turnamen kecil-kecilan: class meeting pasca UN.
Karena sudah jelas gue cenderung defensif daripada agresif, maka gue dijadiin shooter cadangan babak 3-4. Tugas gue relatif santai. Stand by di shoot area nunggu operan bola dan mencari celah mencetak poin. Selesai pemanasan, gue memilih berlunjur kaki di bangku pinggir lapangan bareng yang lain, menunggu giliran.
"Heh." Rangga menyikut gue, mengalihkan perhatian gue dari pertandingan di depan. "Cewek-cewek junior arah jam dua, tadi pas lewat sana gue denger mereka ngobrolin lo masuk tim. Lo turun alamat heboh tuh."
Spontan gue menoleh tapi Rangga mendorong muka gue.
"Ye kagak usah lo lihatin juga, Mail. Napsu bener."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Adorable Sister (MAS)
Teen FictionMereka Bilang, Aku Kemlinthi (MBAK) dengan POV orang pertama cowok. *** Delapan belas tahun gue hidup ya gitu-gitu doang, sampai hari itu ortu gue memutuskan untuk membawa satu cewek paling ndeso, paling medok, paling sotoy, paling telmi, dan paling...