SWTD - 9 c

2.7K 168 4
                                    

Kebebasan keluar masuk kamar ini dinikmati oleh Krystal sepenuhnya. Oh, dia memang masih bermaksud pergi, tapi tidak sekarang. Dia masih trauma akan kejadian itu. Setidaknya di rumah ini dia aman. Johnny masih mengawasinya diam-diam ketika dia mondar-mandir keluar kamar, terutama ketika dia berjalan-jalan di taman. Tetapi Krystal belajar untuk mengabaikannya.

Sore itu, suasana rumah sangat sepi, dan Krystal berjalan menelusuri area lantai satu rumah itu. Rumah itu sangat luas dengan lorong-lorong yang tidak tahu akan menuju kemana, sepertinya tidak cukup satu hari untuk menjelajahi keseluruhan rumah itu. Krystal berhenti di sebuah pintu yang terbuka dan sedikit mengintip. Dia terpesona menemukan rak-rak tinggi yang memenuhi dinding-dindingnya, penuh dengan buku!

Dengan bersemangat Krystal memasuki ruangan itu, dan berdiri terkagum-kagum sambil mengamati buku-buku di dalam rak itu. Kai rupanya penggemar buku-buku sastra klasik, berbagai bacaan tampak menggoda siap untuk dinikmati.

“Kau sepertinya suka membaca,” suara Kai mengejutkan Krystal, dia menoleh dan saat itu baru menyadari kalau Kai duduk di sudut ruangan, di meja kerjanya yang besar dan mempelajari berkas-berkas perusahaannya, lelaki itu menatapnya dengan mata cokelatnya yang tajam.

Dengan angkuh Krystal mendongakkan dagunya, “Ya aku suka membaca, tetapi buku-buku mahal di sini termasuk yang tidak bisa ku beli,” Krystal tanpa sadar mengernyit.

“Kau boleh membaca di sini,” Kai menawarkan tampak begitu berbaik hati. Tetapi Krystal merasakan ada sesuatu di sana, sesuatu yang berbeda yang sedikit menakutkan baginya. Ketegangan seksual yang memenuhi ruangan ini terasa begitu tidak nyaman. Dan meskipun tawaran Kai terasa begitu menggoda, Krystal tidak berani.

“Aku tidak akan mengganggumu,” Kai mengangkat alis melihat Krystal nampak ragu-ragu. “Aku tidak akan mengganggumu, Krystal,” lelaki itu mengulang lagi kata-katanya, “Aku bahkan tidak akan berdiri dari kursi ini”

Krystal menatap Kai curiga, “Tidak bisakah aku meminjam buku-buku ini dan membawanya ke kamarku?”

Kai menggelengkan kepalanya. Oh, tentu saja bisa, gumam Kai dalam hati, tetapi dia akan kehilangan kenikmatan menggoda Krystal, dia ingin Krystal terpaksa berada di ruangan ini, bersamanya, “Tidak bisa, buku-buku itu mahal, aku tidak yakin kau akan menjaganya dan tidak merusakkannya”

Kata-kata Kai terasa menyinggung Krystal, jangan-jangan Kai bahkan menyangka Krystal ingin mencuri buku-buku mahalnya. Kurang ajar lelaki itu. Tetapi ajakan Kai untuk membaca buku di ruangan yang sama terasa begitu menggoda. Dan lelaki itu jelas-jelas menantangnya, menyadari betapa besarnya ketegangan seksual di antara mereka, dan memaksa Krystal menunjukkan diri apakah akan menjadi pengecut ataukah berani menghadapi Kai.

Krystal sedikit menghentakkan kakinya dan melangkah mendekati sofa, diambilnya salah satu buku di rak itu dan dia duduk, berusaha tampil nyaman di sana.

Kai tersenyum. Gadis itu jelas-jelas ingin menantangnya. Dan kehadiran Krystal di ruangannya sangat menarik perhatiannya, dia bahkan tidak tertarik lagi akan pekerjaan di mejanya. Dilipatnya kedua tangannya di meja dan dia mengamati Krystal yang sedang berakting membaca itu dengan intens.

“Kenapa kau menatapku seperti itu?” Krystal akhirnya mencetuskan apa yang ada di dalam pikirannya, Kai sudah sejak beberapa menit lalu hanya duduk dan menatapnya. Lelaki itu memang tidak mengganggu, bahkan lelaki itu sama sekali tidak beranjak dari tempat duduknya. Tetapi pandangan matanya yang intens dan penuh gairah itu terasa sangat mengganggu. Membuat seluruh saraf tubuh Krystal mengejang ke dalam gelenyar panas yang membuat suhu ruangan ber-AC itu tiba-tiba terasa panas.

“Aku hanya ingin mengetahui seberapa jauh kau akan pura-pura berakting membaca. Setelah itu mungkin kau bisa menyadari betapa besarnya ketegangan seksual di antara kita,” gumam Kai dengan tenang, tidak bergeser sedikitpun dari tempat duduknya, tetapi tampak begitu mengancam.

Pipi Krystal memerah mendengar perkataan Kai itu, dengan marah dibantingnya buku itu di sofa dan berdiri, “Kurasa sebaiknya aku pergi”

“Takut, Krystal?” Kai bergumam dengan nada mencemooh.

“Kau takut kalau kau akan menyerah dalam pelukanku ya? Aku tadi menawarimu di sini, ingin melihat seberapa jauh kau berani berdua saja bersamaku di dalam satu ruangan… ternyata kau lari ketakutan seperti kelinci yang akan dimangsa”

Oh Ya! Tatapan Kai kepadanya memang seperti elang yang akan memangsa kelinci buruannya. Krystal merasa sudah sewajarnya dia ingin menyelamatkan diri.

“Aku akan keluar dari sini”

“Kau memang harus keluar dari sini, karena kalau tidak pilihanmu hanya satu, berbaring di ranjangku”

“Itu hanya ada dalam mimpimu!” Krystal setengah berteriak, berlari ke pintu dan membanting pintunya keras-keras, masih didengarnya tawa Kai mengiringi kepergiannya.

***

“Krystal,” suara Kai mengagetkan Krystal yang sedang termenung di balkon. Balkon yang sama tempat dia dilempar Kai dengan cara mengerikan ke kolam di bawahnya beberapa waktu yang lalu.

Krystal menoleh dan mendapati Kai sedang berdiri di ambang pintu balkon, menatapnya dengan tenang. Lelaki itu sepertinya baru saja pulang dari tempat kerjanya, Krystal tidak tahu, karena dari balkon ini pemandangannya hanyalah halaman belakang dan kolam renang yang luas.

“Kenapa kau berdiri di balkon malam-malam begini?” Kai mengernyit mengamati hujan rintik-rintik yang turun makin deras, bahkan airnya bercipratan mulai membasahi Krystal yang memang berdiri sambil menatap halaman di bawah.

Sejak Krystal dibebaskan, inilah pertama kalinya dia bisa menikmati hujan secara langsung. Dulu ketika dikurung di kamar putih Krystal hanya bisa menikmati hujan dari jendela, tanpa menyentuhnya. Sekarang bisa merasakan percikan air membasahi tubuhnya terasa begitu luar biasa untuknya.

“Aku sedang menikmati hujan,” Krystal membalikkan tubuhnya membelakangi Kai, mencoba mengacuhkan lelaki itu.

“Kau akan membuat dirimu sendiri sakit,” Kai mulai menggeram, tampaknya lelaki itu menahan marah.

Krystal menoleh lagi dan menatap Kai dengan menantang.

“Entah apa yang kau katakan tentang memberikan kebebasan padaku itu bohong, atau kau memang suka mengatur-atur dan menggangguku. Aku bisa mengurus diriku sendiri dan kuharap kau tidak menggangguku”

“Oke,” Tatapan Kai kepada Krystal terasa membakar di suasana hujan yang begitu dingin, “Terserah, silahkan buat dirimu sendiri sakit, aku harap kau tidak merepotkanku nantinya"

Lelaki itu membalikkan badan, tetapi setelah beberapa langkah dia memutar tubuhnya kembali dan menatap Krystal.

“Setelah kau siap aku ingin bicara denganmu”

“Tentang apa?” Krystal mengernyitkan kening, mulai merasa terganggu dengan interupsi-interupsi dari Kai. Dia sedang ingin menikmati hujan dan lelaki itu tampaknya selalu muncul di saat yang tidak tepat dan mengucapkan kata-kata yang tidak tepat pula.

“Nanti, ini mengenai ulang tahunmu yang ke dua puluh lima”

-----

Krystal baca buku aja damagenya tumpah-tumpah, gimana kai nggak gemes coba? ❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Krystal baca buku aja damagenya tumpah-tumpah, gimana kai nggak gemes coba? ❤

***
See you next...

Sleep With The Devil ; KAISTAL ✔️ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang