Sudah hampir dua minggu Krystal dikurung di dalam kamar putih ini, tidak boleh keluar sama sekali. Hari-hari Krystal dilalui dengan menatap ke luar dari jendela lantai dua ke pekarangan rumah Kai.Krystal sudah merasa begitu muak dan frustrasi karena bosan. Setelah memaksakan kehendaknya malam itu, Kai tidak pernah mengunjungi Krystal lagi.
Mungkin dia sedang bersenang-senang dengan kekasih barunya. Krystal mencibir, mencoba mengabaikan perasaan seperti tercubit di dadanya. Tetapi kalau memang benar begitu, kenapa Kai tidak melepaskannya?
Apakah karena lelaki itu tahu bahwa Krystal berniat membunuhnya, jadi dia menawan Krystal di sini karena menganggap Krystal ancaman yang berbahaya? Kalau begitu kenapa Kai tidak membunuhnya sekalian?
Beberapa lama terpaku di jendela, Krystal menyadari bahwa ada kesibukan yang tidak biasa di luar sana. Beberapa mobil tampak lalu lalang keluar masuk rumah Kai yang biasanya lengang. Sehari-hari pemandangan yang didapat Krystal hanyalah pemandangan pengawal-pengawal Kai dan beberapa pelayan yang lewat di halaman depan rumah.
Kali ini Krystal melihat ada mobil bunga dan mobil katering. Apakah Kai akan mengadakan pesta? Kalau iya, mungkin saja kesempatan Krystal untuk melarikan diri bisa muncul kembali.
Sedang larut dalam lamunannya, tiba-tiba pintu kamar putih membuka. Krystal bahkan tidak menolehkan kepalanya sedikitpun. Karena yang masuk ke kamar ini selalu hanya Johnny yang mengantarkan makanan, dan pelayan yang membersihkan ruangan dan membawakan pakaian ganti untuknya – tentu saja di bawah pengawasan Johnny.
Krystal tidak pernah berinteraksi dengan Johnny lagi setelah kejadian kemarin, dan sepertinya lelaki itu juga tidak berniat untuk mengajaknya berbicara. Lagipula rasa bersalah yang ditanggung Krystal terlalu besar. Karena dialah Johnny dihajar oleh Kai, bekas-bekas hajaran itu masih ada dari memar-memar di wajah Johnny dan hidungnya yang patah.
Setiap melihat Johnny, Krystal disergap perasaan ngeri dan rasa bersalah yang luar biasa. Kai mengancam akan membunuh siapapun yang lengah dan membiarkan Krystal lolos. Apakah sepadan mengorbankan satu nyawa demi meloloskan diri?
Krystal memang tidak kenal dengan Johnny, tetapi kalau mendapatkan kebebasan dengan mengorbankan nyawa orang lain, tetap saja terasa tidak benar baginya….
“Krystal”
Itu suara Kai. Krystal terlonjak saking kagetnya. Dia menolehkan kepalanya, dan Kai-lah yang berdiri di tengah ruangan, lelaki itu tadi sepertinya terdiam, mengamati Krystal yang sedang melamun sambil memandang Krystal yang sedang menatap ke luar jendela.
Otomatis Krystal mengepalkan tangannya, reaksi impulsifnya ketika menyadari aura Kai yang berkuasa memenuhi ruangan.
Kai melirik tangan Krystal yang terkepal, dan senyum sinis muncul di bibirnya. Lelaki itu menolehkan kepalanya ke belakang dan Krystal baru menyadari ada orang lain di belakang Kai, seorang laki-laki berbadan kecil dan sedikit gemulai.
“Ini Bian,” gumam Kai tenang, “Dia akan mempersiapkanmu untuk nanti malam,” Setelah berkata begitu, Kai melangkah mundur, membalikkan tubuhnya dan meninggalkan kamar itu.
Mempersiapkannya untuk apa?
***
“Kau sebenarnya cantik sekali Nona, hanya saja kau tidak pandai berdandan,” Bian bergumam dengan suara gemulainya, memoles wajah Krystal yang masih memejamkan matanya di depan cermin.
Sementara Krystal masih memejamkan matanya, diam karena didandani oleh Bian…. Kalau Kai menyuruhnya didandani, maka dia pasti akan diperbolehkan untuk turun ke pesta yang diadakan Kai. Hal itu berarti ada kesempatan baginya untuk melarikan diri dari rumah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleep With The Devil ; KAISTAL ✔️ END
Romance⚠Warning 🔞 *** "Kau adalah kelemahan ku..." -Kaiven Keddrick "Aku membencimu!" -Krystal *** Dengan nekat dan didorong oleh keinginan membalaskan dendam pada orang yang secara tidak langsung telah membunuh keluarganya, Krystal mencoba mendekati Kaiv...