🐱I Wannabe A Cat

116 16 30
                                    

Happy reading...

Awas typo!

-
-
-

Malam ini Yuri sedang senang karena orang tuanya berada di rumah setelah Ayahnya pergi ke Jepang selama 2 bulan untuk mengurus perusahaannya yang ada di sana dan Ibunya pergi ke Hongkong selama 5 minggu untuk mengurus projeknya. Yuri ingin mengatakan mengenai perlombaan yang akan ia ikuti bulan depan.

Yuri dan Yunhee, adiknya berjalan bersama menuju ke ruang makan karena sudah waktunya untuk makan malam.

Sebenarnya Yuri ingin langsung berbicara, tapi pasti Ayahnya akan memarahinya karena bicara saat makan. Padahal hanya saat makan Yuri bisa bicara kepada kedua orang tuanya.

"Eomma, Appa..."

"Habiskan makanan mu dulu Jo Yuri," perintah Ayah Yuri dengan nada tegas.

"Maaf, tapi aku harus bicara sekarang. Setelah makan, pasti kalian akan langsung masuk ke ruang kerja. Jadi, izinkan aku bicara," ujar Yuri. Ayah dan Ibu Yuri saling berpandangan kemudian sang Ibu pun mempersilahkan Yuri bicara.

"Bulan depan, sekitar kurang lebih 25 hari lagi aku akan mengikuti lomba bernyanyi lagi. Perlombaannya hari Minggu. Apa Eomma dan Appa mau datang dan mendukungku?" Yuri menatap kedua orang tuanya penuh harap.

Ibu Yuri menghela napas panjang. "Maaf Yuri. Sepertinya Eomma tidak bisa. Dua minggu lagi Eomma harus pergi ke New York. Baju rancangan Eomma akan dipamerkan di sana. Jadi Eomma harus ke sana untuk mengurus segalanya. Terlebih beberapa bajunya belum selesai. Maafkan Eomma, ya?" ujar sang Ibu. Yuri hanya bisa tersenyum dan mengangguk. Kemudian Yuri beralih memandang Ayahnya.

"Sepertinya Appa juga tidak bisa. Perlombaan mu itu ada di hari yang sama dengan pertemuan Appa dengan kolega Appa di China. Maafkan Appa juga, ya?"

Lagi-lagi Yuri hanya bisa tersenyum dan mengangguk. Ia sedih, tentu saja. Ayah dan Ibunya tidak pernah datang saat Yuri mengikuti sebuah lomba. Yuri akan ditemani oleh Bibinya jika ia lomba. Namun, saat ini Bibinya itu sudah menikah dan ikut suaminya. Jadi beliau tidak bisa lagi menemani Yuri.

"Tapi tenang saja. Jika kau menang, Appa akan memberikanmu hadiah untukmu. Tidak menang pun, Appa akan belikan oleh-oleh dari China," ujar Ayah Yuri menghibur.

"Eiy... Yuri pasti menang. Dia, 'kan hebat. Setelah Eomma kembali, kita akan pergi ke pulau Jeju. Kau ingin sekali ke sana, 'kan?" Kini giliran sang Ibu yang menghibur Yuri.

Yuri tersenyum mendengar itu. Meskipun tersenyum, sebenarnya Yuri sedang bersedih. Tapi, ia tak ingin kedua orang tuanya tahu.

Setelah makan malam, sesuai dugaan Yuri, kedua orang tuanya langsung masuk ke dalam ruang kerja masing-masing. Yuri berjalan menuju kamar bersama Yunhee.

"Eonnie, jangan sedih. Nanti aku akan datang dan mendukungmu. Akan ku ajak teman-temanku juga. Kau pasti menang. Fighting!" ujar Yunhee.

Yuri mengusak puncak kepala gadis yang 4 tahun lebih muda darinya itu dengan gemas.

"Gomawo, Yunhee-ya," ucap Yuri seraya tersenyum. Setelah itu, keduanya pun masuk ke dalam kamar masing-masing.

Yuri menjatuhkan diri diatas kasurnya dengan posisi tengkurap. Ia ingin menangis. Tapi tidak bisa. Setelah mendengar bahwa kedua orang tuanya tidak akan datang, rasa kepercayaan dirinya menurun. Yah, begitulah Yuri. Kepercayaan dirinya akan menurun jika tahu orang tuanya tidak akan datang dan mendukungnya.

Dan tidak ada lagi yang akan memeluknya dan membisikkan kata-kata penyemangat untuknya karena Bibinya sudah jauh darinya. Meskipun bisa telepon, tapi rasanya akan berbeda.

Nothing Without You [IZ*ONE]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang