Happy reading😊
Hati-hati! Banyak typo!
Warning! Part ini agak freak kayak yang nulis :)
-
-
-Di Minggu pagi yang cerah, Yena bersiap untuk pergi. Tujuannya adalah tempat pacuan kuda milik keluarga Haknyeon. Dia ingin melepaskan beban pikirannya dengan menunggangi kuda.
Setibanya di tempat pacuan kuda, Yena bertemu dengan Haknyeon yang sedang bersama seorang gadis.
"Oh, annyeong. Kau disini? Sendiri saja?" tanya Haknyeon pada Yena.
Yena mengangguk. "Seperti yang kau lihat. Kau tahu apa yang sedang terjadi padaku, 'kan?"
Haknyeon menghela napas berat.
"Mianhae."
"Kenapa tiba-tiba minta maaf?"
"Semua ini terjadi karenaku. Kalau saja aku tidak menyuruhmu ke atap waktu itu, kau pasti tidak terlihat murung begini," ujar Haknyeon.
"Apa maksudmu? Justru harusnya aku berterimakasih kepadamu. Jika bukan karena kau, aku tidak akan tahu sebrengsek apa Mark Lee itu. Dan tenang saja, aku tidak akan murung lagi," kata Yena dengan senyuman khasnya yang membuat Haknyeon ikut tersenyum.
"Syukurlah. Kalau begitu aku duluan. Kau tunggulah disini, aku akan menyuruh orang untuk melayanimu," kata Haknyeon.
"Eum. Gomawo," ucap Yena yang dibalas dengan senyuman oleh Haknyeon sebelum kemudian pemuda itu pergi bersama gadis yang tadi bersamanya.
"Siapa gadis tadi, ya? Apa dia kekasihnya Haknyeon?" Yena bertanya pada dirinya sendiri mengenai gadis tadi. Sebenarnya tadi ia ingin bertanya pada Haknyeon tapi tidak jadi.
"Permisi, Agassi. Mari saya antarkan ke kandang kuda." Sebuah suara dari petugas yang diperintahkan Haknyeon membuat Yena berhenti bertanya-tanya.
"Ah, ne," ucap Yena.
Kemudian keduanya pergi ke kandang kuda untuk mengambil kuda lalu Yena diantarkan untuk mengenakan perlengkapan berkuda sebelum diantar ke lapangan.
Sesampainya di lapangan, bisa Yena lihat Haknyeon yang sedang mengajari gadis tadi menunggang kuda. Keduanya terlihat begitu akrab. Mereka tertawa bersama dan sesekali gadis itu merengek pada Haknyeon.
"Cih, menunggang kuda tidak sesulit itu. Kenapa harus merengek seperti bayi?" gumam Yena pelan dengan alis bertaut dan mulut mencebik.
"Mau saya temani atau Anda ingin sendiri?" tanya si petugas pada Yena.
"Sendiri saja," jawab Yena.
"Kalau begitu, saya pamit pergi dulu. Selamat bersenang-senang," kata si petugas.
"Ne, kamsahamnida," ucap Yena.
Setelah petugas itu pergi, Yena segera menaiki kudanya dan memacunya menuju ke tempat Haknyeon.
"Wah, kau sudah bisa menunggang kuda sendiri?" tanya Haknyeon saat melihat Yena berhenti disampingnya.
"Tentu saja. Hebat, 'kan aku?"
"Ya, ya, ya. Sepertinya kau juga harus memuji orang yang mengajarimu," kata Haknyeon seraya tersenyum.
"Hm? Siapa yang mengajariku? Aku belajar sendiri. Jadi aku akan memuji diriku sendiri," sahut Yena dengan senyuman jahilnya.
"Yaa, kau..." Haknyeon tak meneruskan ucapannya. Berdebat dengan Yena hanya akan membuatnya pusing. Lebih baik dia diam saja.
"Terserah kau saja. Sudah sana, nikmati waktumu. Aku akan kembali mengajari bocah cerewet ini," kata Haknyeon seraya melirik gadis yang duduk didepannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Without You [IZ*ONE]✔️
Fanfic°•°Tanpamu, aku kosong°•° "Kenapa mencintaimu bisa sesakit ini?" ~ Choi Yena. "Maaf, aku sudah tidak sanggup lagi. Aku menyerah," ~ Kim Chaewon. "Mengapa takdir cintaku begitu rumit?" ~ Kwon Eunbi. "Harusnya aku tidak mencintaimu sejak awal," ~ Lee...