Hurt

95 11 5
                                    

⬆️

(Video : Teaser The Last-Another Destiny)

____________________________________________

Semua mungkin bisa tahu, tapi tak semua selalu bisa paham.

Luka.


🌸🌸🌸

Rachel terhenyak kaget saat menatap punggung seorang pria yang berdiri membelakanginya menghadap jendela besar apartemennya.
Kedua keningnya bertaut bertanya-tanya.

Apa yang dia lakukan disini?

Masih belum menyadari keberadaan Rachel ia masih menatap keluar jendela besar apartemen yang menyuguhkan pemandangan kota romantis malam itu, kedua tangannya ia masukkan ke saku celana
Sejak kapan pria itu sudah ada di apartemennya. Ia memang memberikan akses orang-orang tertentu untuk apartemennya termasuk untuk tiga Roullier, Alfard dan kali ini ditambah Arloey setelah pertunangan sementara mereka.

Gadis itu menghembuskan nafasnya lalu meletakkan cardigannya digantungan, "Loey, masalah apalagi sekarang?" Tanyanya tanpa basa-basi seolah setiap kedatangan pria keapartemennya karena selalu memiliki masalah.

Pria itu berbalik, "Alfard?"

"Dia sudah pergi."

Pria itu sedikit lega mengetahui kakak sepupunya tak ikut masuk ke apartemen Rachel.

"Ada masalah apa lagi sekarang?" Gadis itu kembali bertanya.

"Rachel." Pria itu sedikit menunduk ragu untuk berucap namun akhirnya mengangkat wajahnya kembali.

"Sepertinya aku belum bisa memutuskan pertunangan kita."

Rachel menatap pria itu seolah protes dengan ucapan Arloey.

"Aku perlu waktu, dan aku mohon beri aku waktu sebentar lagi."

"Kau tahu kita sudah satu tahun dan kau__."

"I understand but, I still haven't found the best way." Pria itu memegang kedua bahu gadis itu.

"Presdir memintaku menutup semuanya, bahkan dia mengancam akan memblock seluruh karyaku jika aku memutuskan pertunangan ini."

"J'en ai besoin*, Rachel." Ucapnya lagi.

Rachel melepaskan pegangan Arloey dan memilih membelakangi pria itu ia melipat kedua tangannya di dada, "Kau tahu Alfard akan melakukan hal gila kalau sampai kau mengulur waktunya lagi?"

"Maafkan aku." Lirih pria itu.

Rachel mengusak wajahnya frustasi sampai dirasakannya seseorang memeluknya dari belakang aroma mentol yang begitu khas menyeruak ke indra penciumannya.
Ia sudah hafal betul aroma maskulin ini sejak beberapa bulan mereka bersama.
Entahlah sejak kapan pria itu begitu berani padanya. Dia selalu mengatakan dengan argumen jika mereka adalah tunangan.

Persetan dengan semua itu.
Mereka hanya tunangan kontrak bukan, meski tak ada tanda hitam diatas putih.

"Atau kita lanjutkan saja pertunangan ini, aku sadar sepertinya aku memang tak bisa melepaskanmu." Lirih pria itu lagi yang kini menyimpan kepalanya di bahu Rachel.

"Jangan gila !"

"Rachel__, apa aku memang tak bisa menggantikan posisi Alfard ?"

Rachel melepaskan pelukan pria itu dan menatapnya tajam. Ia yakin Arloey benar-benar sedang frustasi.

APHRODITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang