Black Rosé

54 10 7
                                    

"Follow me under the rain, we're fallin' through the painful throws"

"Ikuti aku di bawah hujan, kita jatuh lewat lemparan menyakitkan"

(Black Rosé🎵)


🥀🥀🥀






Arloey sedang duduk di ruang tengah saat mendengar bel rumahnya berbunyi. Ini sudah pukul sembilan malam dan siapa yang datang, bibi Mary pasti sudah beristirahat.

Iapun memilih untuk segera menarik  handle pintu dan matanya langsung membulat saat mendapati Rachel yang sudah basah kuyup dengan bibir yang sudah membiru karena kedinginan. Mata gadis itu begitu sembab ia yakin ia baru saja menangis.

"Rachel what happened?" Arloey yang khawatir melihat kondisi gadis itu segera menariknya untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Loey." Air mata keluar dari mata gadis itu membuat Arloey semakin khawatir

"What happened, dear ?" Tanyanya tak biasanya Rachel seperti ini.

Gadis itu menunduk dapat ia ketahui Rachel sedang menjatuhkan airmatanya. Arloeypun segera menariknya kedalam pelukannya tak peduli jika bajunya akan ikut basah.
Ia mengusap bahu Rachel yang masih menangis dalam pelukannya. Masih dengan perasaan bertanya-tanya.

Ia menangkup wajah Rachel menatap mata sembab gadis itu, "Segera ganti baju agar kau tak sakit, hem?"

Rachel mengangguk dan berlalu menuju kamarnya dulu. Pria itu sedikit lega saat gadis itu masih mau menurutinya.

Apa sebenarnya yang terjadi?

Satu jam berlalu sejak kedatangan Rachel di rumahnya. Gadis itu tak keluar dari kamarnya, Arloeypun memilih untuk menyusulnya ia menyeduh coklat hangat sekedar untuk penghangat dan membawanya ke lantai dua lebih tepatnya kamar Rachel.

Ya, itu masih ia tetapkan sebagai kamar mantan tunangannya itu, setelah setahun berpisah pada kenyataannya Arloey masih selalu mengklaim kamar itu sebagai milik Rachel. Mengingat tentang itu ia memang tak pernah sekalipun memberikan akses untuk orang luar masuk ke kamar itu. Perihal tentang Alice yang beberapa waktu lalu memang datang kerumahnya itupun tak disengaja.

Sebenarnya ia sudah menempatkan gadis itu di kamar tamu yang ada di sudut ruangan di lantai satu namun tiba-tiba gadis itu malah menyusul Arloey yang sedang berada di dalam kamar Rachel. Sungguh Arloey benar-benar ingin marah besar saat Alice dengan lancangnya memasuki kamar Rachel. Jika bukan karena gadis itu sedang dalam posisi mabuk mungkin ia akan mengusir gadis itu dari rumahnya.
Sayangnya ia masih memiliki nurani untuk tak menyeret gadis itu keluar.

Arloey berhenti di depan pintu kamar itu mengetuk pintu itu dua kali tak ada jawaban tiga kali empat kali masih tak ada jawaban.

"Rachel boleh aku masuk?" Tanyanya.

Meski ini rumahnya tapi bagaimanapun ia masih selalu menjaga privasi Rachel di kamar itu. Apalagi ia tahu gadis itu sedang tak baik-baik saja.

"Rachel kau dengar?" Ia mulai ragu.

Apa mungkin sudah tidur?

"Rach..." pintu di buka saat Arloey hendak menggedor lebih keras.

Terlihat gadis itu tersenyum samar meski matanya masih sembab.

APHRODITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang