Another Suffering

61 13 1
                                    

Jangan mengharapkan sunset, jika kau tak ingin kecewa,
Bahagia itu singkat, dan sedihpun sama
Sunset itu singkat, dan pagi itu pasti datang

Don't expect sunset, if you don't want to be disappointed,
Happiness is short, and sad as well. Sunset is short, and the morning will surely come




_______________________________







Langkah Alfard terhenti di depan sebuah rumah bergaya modern itu. Ya, itu rumah Arloey setelah sebelumnya ia memberi kabar tentang keberadaan Rachel yang ternyata ada di rumahnya. Ia mengusak wajahnya dan menekan bel rumah. Pintu terbuka dan terlihat olehnya Arloey yang menatap datar sepertinya ia sudah tahu jika kakak sepupunya itu akan datang malam-malam seperti ini.

"Dia sudah tidur, aku harus memberinya obat tidur agar dia bisa beristirahat. Sejak tadi datang dia terus menangis tanpa suara." Ucap Arloey.

Alfardpun segera memasuki rumah itu sementara Arloey menutup pintunya kembali.

Namun lagi-lagi Alfard berhenti dan berbalik membuat Arloey yang berjalan dibelakangnya mengerutkan kening.

"Jika kau jadi aku, apa kau akan melepaskannya?" Tanya Alfard tanpa ekspresi.

Arloey terdiam bahkan ia sendiri tak tahu harus menjawab apa. Kondisi mereka memang cukup rumit.

"Lupakan saja!" Pungkas Alfard lalu segera melanjutkan jalannya.

Satu-satunya yang ingin ia tuju hanyalah kamar Rachel. Semalam setelah ia berseteru dengan Edward Park ia mencari keberadaan gadis itu kembali ke restoran namun nihil Rachel dan yang lain sudah tidak ada disana. Untung saja saat itu Arloey mengiriminya pesan bahwa gadis itu sudah bersamanya, setidaknya Rachel sudah aman.

Ia menarik handle pintu kamar itu melihat gadisnya sudah tertidur disana. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam namun ia sama sekali tak merasakan kantuk ia mendekati ranjang berukuran queen size itu lalu duduk memandang Rachel yang terlelap. Inilah kelemahannya, gadis itu terlalu berharga untuknya bahkan jika ia harus kehilangan segalanya demi gadis itu semua itu bukanlah masalah untuknya.

Tapi dia__,

Apa gadis itu juga akan sama dengannya?

Tangannya terulur membelai puncak kepala gadis itu.
Rachel pasti sudah melalui masa sulit saat kedua orang tuanya berpisah dulu, sama seperti dirinya. Meski ia tak pernah menceritakan tentang masa lalunya tapi hari ini ia faham betul.
Keluarga yang tak utuh itu adalah hal yang tak pernah diinginkan oleh anak manapun.

Dan kenapa semua ini harus terjadi pada mereka?

Sampai dirasakannya sesuatu menyentuh tangannya. Ia tergagap saat menyadari ia ketiduran.

Tapi tunggu, iapun berbalik dan__,

Ia menghembuskan nafas lega saat orang yang dicarinya ada disana.

"Cepat mandi, kau tak ingin mengantarku pulang?" Tanya Rachel sambil tersenyum dan berlalu keluar.

Wait apa ini?
Apa semua yang terjadi semalam hanya mimpi ?
Apa itu semua hanya mimpi ?
Demi Tuhan, aku ingin semua itu benar-benar hanya mimpi.

Alfard melirik arloji di tangannya sudah pukul setengah tujuh pagi, sebenarnya sejak kapan ia tertidur dikamar ini dan kenapa juga ia harus tidur seperti gelandangan seperti ini. Ia menyadari ia tertidur di lantai dengan kepala ditopang di ranjang.

Shitt, kenapa ia masih tak bisa berfikir jernih sekarang ?

Alfard berjalan menuju kamar mandi agar pikirannya bisa segera kembali. Rachel benar ia harus mengantarkannya pagi ini.

APHRODITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang