-08- +

903 49 5
                                    

Hello everyone
Ini karya gabuts, yang nggak wajib di baca.
Tapi kalau mau baca juga gpp sih:)
Enjoy, moga terhibur.
Tapi sorry kalau masih banyak yang typo di tulisannya.

-TYPO BERTEBARAN DI PART INI-

🌻

sebuah taksi berwarna biru laut yang didalamnya terdapat dua insan manusia yang kini sama-sama tertidur pulas dengan kondisi tubuh yang masih basah kuyup.  Sopir taksi tersebut berhasil membangunkan salah satu dari mereka. Saat mereka sampai di depan sebuah rumah mewah yang dikelilingi oleh ribuan pohon dan terdapat pagar hitam besar yang menjulang tinggi, bak istana kerajaan. Haico berhasil terbangun saat ia tak lagi mendengar suara bising nya mesin mobil yang ia naiki. Ditambah lagi suara supir taksi yang terus memanggil-manggil nya dengan sebutan 'mbak'.

"Udah sampai pak?" Tanya Haico kepada supir taxi. Namun dengan kondisi jiwa yang belum sepenuhnya masuk kedalam raganya. Sopir taksi mengangguk. Haico menoleh ke arah sampingnya sesaat Di sana ia dapat melihat sebuah maha karya Tuhan yang sangat indah bahkan maha karya Tuhan yang paling indah dari yang lainnya. Haico tersenyum kecil melihat wajah tampan Rangga dengan sangat jelas dan dekat. Mata yang indah, hidung mancung, serta rahang bawah yang sangat kokoh. Pokoknya Masyallah deh.

Haico memapah Rangga keluar dari taxi guna memasuki halaman rumahnya. Sudah berulang kali Haico berteriak dengan menyebut kata 'permisi'. Namun masih tak ada respon dari penghuni rumah yang ada di dalam.

Duar....

Suara petir mengelegar dengan sangat keras Bahkan cahaya nya dapat membuat terang langitan malam. Hujan turun kembali dengan sangat deras, namun kini di Sertai dengan angin yang lumayan kencang. Jadi mau nggak mau Haico harus segera membawa Rangga untuk masuk ke dalam rumah nya. Ia tak mau nantinya Rangga semakin lama terkena air hujan. Bisa bisa nanti Rangga sakit dan demam.

Haico mulai memasuki rumah Rangga yang memang gerbangnya sendiri tak di kunci. Sesampainya di depan pintu utama Haico kembali mengetuk pintu dengan lumayan keras. Namun lagi dan lagi hasilnya tetap nihil, sama seperti semula tak ada respon sama sekali dari dalam.

Sejujurnya Haico sendiri kini sudah sangat lelah yang memang dari tadi memapah Rangga terus terusan. Tubuhnya semakin lemas, kepala nya pusing. Rasanya ia ingin sekali untuk pingsan.

Namun tiba tiba mata yang tadinya terpejam. Mulai terbangun perlahan. Yah, kini Rangga sudah mulai membuka matanya perlahan. Mengrecap namun dengan tubuh yang masih lemah.

"E-e-el-ina". Kata itu yang pertama kali Rangga keluar kan dari mulutnya. Kini semua bayangan dan apa yang Rangga lihat itu menurutnya adalah Elina. Kini wajah Elina terus terlihat di sekeliling nya. Memang pada dasarnya Rangga masih sedikit mabuk akibat dari minuman keras yang tadi ia konsumsi.

Perlahan Rangga mendekat kan wajahnya di wajah Haico. Kini jarak keduanya sudah sangat dekat. Mungkin tinggal tiga jengkal jari kelingking yang di susun memanjang. Haico maupun Rangga kini dapat merasakan hembusan nafas mereka satu sama lain. Seolah terbius dengan ketampanan Rangga. Haico hanya diam sesekali merasakan hembusan nafas yang Rangga berikan kepadanya. Bau wine juga masih sangat menyengat di hidung Haico.

Cup.

Rangga berhasil mengambil satu kecupan manis di bibir Haico. Sedangkan Haico ia hanya diam dan mulai memundurkan jarak nya. Ia sangat merasa bersalah pada dirinya sendiri. Kenapa ia tak bisa mengontrol rasa yang kini hadir dalam dirinya.

MELANCHOLY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang