A K S A R A

347 50 19
                                    

Otw end-
..

Mendengar suara gaduh di lantai bawah, membuat Haico terbangun. Menghampiri sumber suara, dilihatnya sang anak yang nampak cemas dengan memegang erat ponselnya.

"Aksara kamu ngapain?". Tanya Haico, saat sesudah sampai di bawah. Aksara tak menjawab, ia terus menangis dengan menyebut kata 'papa'

"Heh aksara?".

Haico penasaran apa yang membuat anaknya ini menangis. Dengan cepat haico mengambil alih hp Aksara, teryata hpnya masih berada pada menu pesan di kontak papanya. Otomatis Haico tak sengaja membaca semua pesan yang baru saja aksara kirim pada Rangga.

Brak

Ponsel aksara terjatuh dari genggaman tangan Haico. Tubuh Haico terkulai lemas, saat tau bahwa suaminya menjadi korban salah satu kecelakaan pesawat. Bunda Lenni turun saat mendengar suara barang yang terjatuh.

Cukup kaget saat melihat anak dan cucunya terkulai lemas dengan tangis yang menjadi.

"Kenapa?". Tanya bunda Lenni pada Aksara. Namun aksara tak sanggup untuk menjawab.

"Kenapa sayang?". Kini bunda Lenni beralih bertanya kepada anak nya, Haico.

Namun lagi dan lagi Haico tak menjawab, rasanya kesal ketika bunda Lenni mencoba bertanya kepada dua orang di hadapannya. Namun ia malah tak mendapat kan jawaban.

"Pa-p-pa kecelakaan p-e-s-awwat". Aksara menjawab dengan terbata bata.

Seperti di hantam bongkahan batu yang mengenai dadanya. Bunda Lenni sungguh tak percaya, baru saja tadi pagi ia berbicang dengan menantunya lewat sambungan telpon. Dan kini ia mendapat kabar bahwa menantu kesayangan nya menjadi salah satu korba kecelakaan pesawat. Namun bagaimana pun bunda Lenni harus terlihat kumat, demi menyemangati anak dan cucunya.

"Udah, semoga berita itu nggak bener". Kata bunda Lenni mencoba menenangkan Haico.

Pagi harinya, matahari telah kembali bersinar. Kicauan burung serta suara kokokan ayam terdengar begitu merdu. Haico masih tertidur di sofa ruang tengah, sedangkan aksara ia sibuk mengotak atik hpnya. Keluar masuk pada menu internet untuk mencari tau perkembangan tentang berita kecelakaan pesawat yang di Kendari oleh papanya.

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu terdengar, bunda Lenni yang berada di dalam dapur berlari menuju ruang tamu. Untuk mencari tau siapa orang yang bertamu di pagi buta seperti ini.

Terlihat di sana ada dua laki laki parubaya, yang nampak sedang tersenyum ramah mengarah pada bunda Lenni.

"Dengan keluarga kapten Rangga?". Ucap salah satu orang.

Bunda Lenni mengangguk. Lalu mempersilakan kedua tamunya untuk masuk dan duduk.

"Ada apa?". Tanya bunda Lenni pada tamunya.

Dengan berganti an kedua tamu itu menjabat tangan bunda Lenni. "Saya Burhan, dan ini Hamdi". Ucap mereka.

Dari arah dalam terlihat Haico yang sedang berjalan menuju arah pak Burhan, Hamdi dan bunda.

"Kami dari maskapai penerbangan Indonesia aircraft, hanya mau memberi tau bahwasannya pesawat yang di Kendari oleh bapak Rangga. Mengalami kecelakaan yang mengakibatkan pesawat tersebut jatuh".

"Di kawasan Samarinda, sekitar pukul 17.00 sore hari".

Mendengar penuturan dari kedua orang yang katanya adalah penanggung jawab maskapai. Membuat Haico kembali terisak, menangis tanpa henti. Rasanya ia tak sanggup jika harus di tinggal oleh Rangga yang notabene adalah orang kesayangan nya, tanpa ada sosok peran suami dan ayah untuk nya dan untuk kedua anak nya.

MELANCHOLY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang