A K S A R A

484 52 13
                                    

Brak..

Haico menutup pintu kamarnya dengan kasar. Hingga menimbulkan bunyi yang lumayan keras.

"Allahuakbar..". Sentak aksara kaget'.

Rangga tak bergeming, ia dengan cepat berdiri. Dan berlari pergi menuju kamarnya guna menghampiri Haico. Di dalam kamar Haico sedang membaringkan tubuhnya di atas kasur.

"Sayang, udah lah nggak usah ngambek ngambek kan kayak gini. Udah nggak lucu lagi". Bujuk Rangga. Yang ikut merebahkan dirinya. Memeluk tubuh Haico dari arah belakang. Namun Haico tak menjawab.

"Darling".

"Baby".

"Honey".

"Sayang".

"Bee".

"Jangan marah yah". Bujuk Rangga.

Diam.. Haico tak menjawab.

"Udah lah, kamu kan udah gede. Udah jadi mama. Udah nggak muda lagi. Ngalah lah sama anak sendiri. Bener juga kan kata aksara, kita butuh hang out. Butuh refreshing. Kamu juga pasti butuh kan. Emang kamu nggak bosen dirumah terus. Sesekali kita liburan bareng". Ucap Rangga menasehati Haico.

Haico membalikkan badannya. Lalu menata tubuhnya untuk duduk. Bersandar di kepala ranjang. "Oh, jadi kamu pikir aku udah tua". Bentak Haico tak terima. Kala dikatakan 'udah nggak muda' lagi oleh Rangga.

"Aduh, bukan gitu maksud aku. Maksudnya kita kan udah nggak kayak dulu lagi jaman jaman nya SMA". Ujar Rangga. Mencoba menahan emosi nya. Sejujurnya kini emosi Rangga sudah benar benar ingin meledak.

"Gini deh, kita keluar negri nya nggak usah jauh jauh. Ee kita ke Singapura, atau ke Thailand. Atau ke... Eeeeee... Pokoknya yang Deket aja sama Indonesia. Biar biayanya nggak banyak banyak". Lanjut Rangga.

"Terus kalau soal biaya kuliah Aksara. Kan kita udah punya tabungan". Sambung Rangga.

"Terserah kamu deh. Pokoknya anak kita harus bisa kuliah. Minimal punya gelar di belakang namanya. Jangan sampai kayak aku yang cuma lulusan SMA. SMA aja nggak lulus". Ucap Haico yang mulai pasrah.

"Siap baby". Ucap Rangga.

Cup..

Rangga mencium lembut bibir Haico.

Sedangkan di depan kamar. Aksara terus menguping pembicaraan antara kedua orangtuanya. Ia tersenyum senang saat mendengar jika mamanya memberikan lampu hijau untuk berlibur ke luar negeri. Yah, walaupun tak sesuai dengan ekspektasi nya. Yang ingin memegang salju. But it's oke gpp.

"Yes!! Gue liburan. Gue ke luar negri.. bye bye Indonesia". Ucap aksara kegirangan. Hingga ia tak sadar jika pintu kamar sudah terbuka. Memperlihatkan Haico dan Rangga yang menatap ke arah aksara dengan tatapan yang sangat sulit di artikan.

"Ngapain?". Tanya Rangga. Dengan tangan yang di lipat di depan dada. Aksara menggeleng.

"Ngapain?". Rangga mengulang pertanyaan nya. Namun tetap saja aksara menggeleng.

"Yakin?"

"Iya".

"Oke".

Rangga tak menghiraukan, ia kembali ke ruangan kerjanya untuk mengecek beberapa pendapatan dari kedai warung nya. Selain menjadi seorang pilot, Rangga juga adalah salah satu pembisnis Sukses di bidang makanan. Dan itu semua berkat kebaikan pak Dimas dan Zella.

Rangga nampak mengutak-atik laptopnya dan sesekali mencocokan hasil laporan pemasukan uang dengan catatannya yang sudah beberapa hari lalu Roni kirim. Haico menghampiri Rangga memberikan kopi tawar panas kesukaan nya.

MELANCHOLY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang