-09-

511 53 4
                                    

Hello everyone
Ini karya gabuts, yang nggak wajib di baca.
Tapi kalau mau baca juga gpp sih:)
Enjoy, moga terhibur.
Tapi sorry kalau masih banyak yang typo di tulisannya.

-TYPO BERTEBARAN DI PART INI-

🌻

Rangga berlari menaiki satu persatu anak tangga yang ada di rumah nya. Guna menemui Haico yang sedang bersembunyi di kamarnya. Di dalam kamar, Haico terus menangis dalam diam tak berani untuk mengeluarkan suara nya. Ia harus mengatakan bagaimana kepada sang bunda nantinya.


Rangga membuka pintu kamarnya, ia langsung menghampiri Haico yang sedang duduk termenung di samping kasur yang menghadap langsung menuju jendela.

"Mendingan lo sekarang pulang. Siap siap berangkat ke sekolah". Ucap Rangga dingin. Haico menoleh menghadap ke arah Rangga. Menatap nya dengan tatapan yang sangat tajam. Terlihat jelas matanya yang sayu, dan sembab.

"Nggak mau tanggung jawab gitu?". Tanya Haico yang mulai beranjak berdiri menghampiri Rangga. Kini Haico sudah berada pas di hadapan Rangga. Menatap nya dengan sangat tajam.

"Lo manusia biadab Rangga. Manusia paling bodoh yang pernah gue kenal". Ucap Haico sembari menujuk Rangga dengan jari telunjuknya.

Rangga hanya diam. Sebetulnya ia juga sangat bingung kenapa ia dengan lancang melakukan hal itu terhadap wanita yang memang pada dasarnya sangat ia benci. Rangga meraih tangan Haico, dikuncinya kedua tangan Haico dengan sangat kencang menggunakan kedua tangan nya sendiri.

"Lo wanita murahan Haico... Gue yakin ini semua lo yang minta".

"Lo manfaatin keadaan saat gue mabuk kemarin". Lanjutnya kembali.

Haico menendang kaki Rangga dengan sangat kuat. Hingga Rangga dapat dengan mudah melepaskan tangannya pada tangan Haico.

Plak

Haico berhasil menampar pipi Rangga dengan sangat keras. Hingga terdengar kedua gesekan kulit mereka. Rangga memegang bagian pipi yang tadi Haico tampar. Bisa bisanya wanita labil seperti dia. Bocah tengil yang beraninya menampar pipi seorang tuan muda Rangga Aldevaro Alexi. Haico adalah orang kedua setelah papanya yang sangat berani dan lancang menampar pipinya. Kini emosi Rangga tak bisa ia tahan lagi.

Rangga mendorong tubuh Haico dengan sangat keras. Hingga ia terpental sejauh 10 langkah kaki orang berjalan. Kepalanya terbentur bagian samping meja belajar Rangga yang memang sangat lancip. Dan Haico pun meringis kesakitan.

"Lo anjing,,, Lo wanita murahan. Gk usah sok nangis, seolah olah Lo disini menjadi korban gue. Padahal gue yakin lo kemarin malam juga menikmati kan". Ujar Rangga membentak dengan kondisi kedua tangan yang di lipat didepan dada.

Haico terus menangis, kenapa ia bisa terjebak di situasi yang sangat sulit seperti ini. Dia sedih, tapi jujur di bagian hati terdalam nya ia juga merasa sedikit gembira. Gembira karena suatu hari nanti ia bisa menikah dan bersama dengan lelaki yang memang dari awal ia cintai. Dan sedihnya, kenapa harus dengan cara seperti ini. Seperti manusia yang tak berakal.

"Kalau memang itu terjadi. Gue janji sama lo, gue bakal tanggung jawab. Gue bakal nikahin Lo, tapi setelah gue tau kalau di dalam perut Lo itu ada anak gue". Ujar Rangga sembari menujuk perut datar Haico.

"Kenapa nggak sekarang?. Kenapa harus nunggu nanti. Kalau lo lupa gimana?". Tantangan Haico, sembari mendekap kedua tangannya di depan dada.

Rangga diam. "Gue emang laki laki yang arogan, tempramental, dan suka main tangan. Tapi gue bukan laki laki yang pengecut". Rangga mengantungkan omongan nya.

MELANCHOLY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang