Tzuyu memandangi Taehyung yang fokus mengobati pipinya yang sakit. Pria itu mendampratnya dengan tidak berperasaan.
“Apa anakku baik-baik saja, Sally?”
“...” tidak ada respon dari Tzuyu.
“Sally, apa anakku kesakitan?”
Tetap tidak ada respon. Taehyung menatap mata Tzuyu yang kembali melamun sembari menatap lurus ke wajahnya.
Kenapa ya ibu biologis anaknya ini suka sekali melamun?
“Sally...” Taehyung sedikit menekan kapas di pipi Tzuyu. Nyeri tiba-tiba itu membuat Tzuyu berteriak.
“Aww... Sakit Taehyung.” Tzuyu menatap tidak percaya pada lelaki yang baru saja menyakiti pipinya ini.
“Lagi pula kenapa kau malah melamun saat aku bertanya padamu? Sally... Aku sedang bertanya dan kau malah melamun begini.”
“Kau tanya apa rupanya?”
Taehyung memandang tak percaya pada Tzuyu.
“Tentang anakku, tentu saja.”Tzuyu mengangguk.
“Dia baik-baik saja.”“Lalu kenapa kau memegangi perutmu tadi saat jatuh? Aku pikir hal buruk terjadi pada anakku.”
Tzuyu menggeleng seraya menatap Taehyung.
“Anak ini sekuat aku tahu. Lagi pula tentu saja aku memegang perutku. Aku takut dia kenapa-napa. Bukankah seharusnya begitu tugas seorang ibu?” tanya Tzuyu tanpa sadar.Tapi Taehyung malah diam. Memandangnya entah kenapa.
Tzuyu yang sadar ditatap begitu dalam lewat ekor matanya merasa tidak nyaman dan nyaman di waktu yang bersamaan, “Apa? Kenapa? Kau kenapa?” tanya Tzuyu salah tingkah saat Taehyung memperhatikannya begitu intens.
Tzuyu jadi dejavu. Beginilah dirinya ditatapi Taehyung dulu. Meskipun pria ini dulunya seorang bocil, tatapannya tetap sedalam ini. Membuat Tzuyu tidak tenang saja.
Taehyung menyembunyikan senyum. “Tidak papa. Hanya saja... terima kasih.”
Mendengar itu wajah Tzuyu merah padam, ditengoknya ke sisi Taehyung yang masih setia menatapnya. Pria ini kesambet apa sih? Kesurupan kuda lumping?
“Ah... Tidak usah memikirkan apapun. Sudah tugasku. Lagi pula operasi ibuku berhasil berkat bantuanmu juga.” Tzuyu tersenyum senang membayangkan ibu yang berangsur membaik walaupun masih belum sadar.
Mata Taehyung menyambut mata Tzuyu yang kini tengah menatapnya.
“Mulai sekarang, hiduplah bahagia disini. Sampai bayiku lahir, aku mungkin akan datang melihat keadaan dan perkembangannya. Kau juga tidak boleh terlalu lelah mengurusi segalanya. Setiap hari petugas kebersihan akan datang, kau bisa jalan-jalan pagi kalau merasa tidak nyaman. Makanlah yang teratur, karena aku akan memastikan isi kulkas mu penuh dengan makanan bergizi. Jika ingin sesuatu, jangan sungkan memberitahuku.”
“Jika kira-kira kau butuh seseorang dengan cepat untuk menghampirimu, kau bisa menghubungi Jimin. Karena hanya dia yang bisa kita percayai.”
Tzuyu tersenyum membayangkan kata kita yang disematkan Taehyung dalam kalimatnya. Kita. Dia dan Taehyung. Meskipun kita disana tidak berarti banyak dan romantis, entah kenapa Tzuyu senang Taehyung menyatukan dirinya dan Tzuyu dengan kata kita.
“Jangan stress, aku ingin dia baik-baik saja disana. Kalau kau ingin sesuatu untuk membuatmu lebih bahagia. Jalan-jalan atau belanja, kau bisa beritahu aku. Aku akan membiayai segalanya.”
Tapi aku hanya ingin kau disini. Aku akan belanja. Tapi karena ingin menggenggam tanganmu dan memamerkan kepada semua orang tentang dirimu. Betapa baik dan bertanggung-jawab. Aku ingin kita menonton film keluarga berdua di tempat ini. Aku tidak butuh bioskop untuk merasa film lebih nyata. Cukup mematikan lampu, memasak berondong jagung yang asin lalu aku bergelayut di lenganmu. Tertidur tanpa sadar di pelukanmu. Hanya kau dan...