Part 7-Saat Ditanya.

807 145 83
                                    

Tzuyu menjalani kehidupannya dengan normal. Dia tak menerima lagi orderan atas dirinya. Tak dipikirkan pelanggan lain lagi yang akan membayar seluruh biaya rumah sakit ibunya nanti. Semuanya hampir selesai, pria itu yang akan membayar semuanya.

Sembari menunggu Taehyung memanggilnya, Tzuyu tetap bekerja seperti biasa di cafe tempat dia bekerja. Di Cafe Menantea. Gadis itu bekerja dengan giat dan seperti tidak mengenal lelah. Tetapi... Beberapa hari ini dia tidak menjumpai Taehyung ataupun Jimin. Tepatnya semenjak pertemuan rahasia di kamar hotel. Mereka tak lagi ke cafe disini. Biasanya Jimin akan mengacaukan hari Tzuyu dengan menyewanya demi untuk mengobrol saja.

Harap-harap cemas Tzuyu menanti. Semoga kesepakatan mereka saban hari tidak dibatalkan. Tzuyu hanya berharap begitu.

Tzuyu sedang mengelap beberapa meja. Satu jam lagi cafe akan segera tutup. Namun para pelanggan nyatanya seperti tidak berniat beranjak. Mereka selalu begitu di waktu weekend. Tzuyu juga selalu iri pada mereka yang membawa keluarga lengkap. Anak-anak dengan kedua orangtuanya, para gadis yang asyik nongkrong tanpa memikirkan penderitaan yang sama dengannya, dan juga pasangan suami istri yang tampak asyik bercengkrama dan bermesra-ria. Tidak peduli, apakah ada yang melihat atau tidak.

Sepasang suami-istri yang saling mencintai adalah hubungan yang paling menyenangkan untuk dimiliki di muka bumi ini.

Tzuyu sering berpikir... Apakah Tuhan tahu Tzuyu sedang menderita? Apakah Tuhan tahu Tzuyu tidak pernah bahagia semenjak dia masih kecil sekali sampai saat ini?

“Pelayan...”

Tzuyu tersentak dari lamunannya. Dua orang gadis dengan tampilan mewah baru saja datang. Mereka tampak cantik dan berkelas. Mereka pasti tidak tahu kalau cafe mau tutup. Terlalu terlambat untuk nongkrong semalam ini.

“Kau mau pesan apa?”

“Aku apa saja. Tapi, sebaiknya aku tidak minum kopi. Jam tidur ku akan berantakan.”

“Ayolah... bukankah jika jam tidurmu berantakan juga malam ini, suamimu akan senang?” gadis berambut pendek itu terus saja menggoda temannya yang saat ini masih memilih makanan dan minuman di daftar menu.

“Hey... Diamlah!” wajah wanita itu memerah karena jelas temannya menggoda dirinya di depan pelayan ini.

Tzuyu menunggu beberapa detik seraya mengagumi kecantikan keduanya. Tzuyu jadi ingat Seulgi. Jika mereka berdua dilahirkan di keluarga kaya, maka mereka berdua pasti akan sering nongkrong seperti ini di tempat-tempat mahal. Seulgi sering mentraktir Tzuyu makan-makanan di kaki lima. Gadis itu sangat baik. Bukannya saling menolong—Tzuyu selalu merasa kalau ia sudah terlalu merepotkan Seulgi.

Jika melihat wanita berambut pendek ini. Seulgi pasti setengah mati menyukai fashion dan style gadis ini. Dia sangat mature dan memiliki sedikit sentuhan manly yang swag. Seulgi sungguh suka sekali gaya itu.

“Aku pesan mugtail saja.”

Saat menurunkan daftar menu. Tzuyu bersumpah dia sangat menyukai wajah gadis ini. Dia cantikkkkkk sekali. Tzuyu saja yang seorang wanita juga menyukai wajah cantiknya. Matanya lebar dengan alis teratur, bulu mata lentik dengan wajah pucat seperti vampire—sangat kontras dengan bibirnya yang merah pualam.

Siapa pria beruntung yang mendapatkan istri secantik dia. Apakah dia ini seorang dewi yang menyamar menjadi manusia? Dan apakah suaminya seorang dewa dengan keberuntungan?

“B-baik nona.”

“Kalau aku pesan espresso dan chicken teriyaki saja.”

Tzuyu menulis pesanan di buku kecil dan segera mendikte ulang dua pesanan gadis itu.

༄ᵗᵃᵉᵗᶻᵘ; 𝗛𝗲𝗮𝘃𝗲𝗻𝗹𝘆 𝗦𝗶𝗻𝘀 1 🔐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang