Part 31-"-you are the girl i want. I want to be together."

656 136 59
                                    

Taehyung membuka apartemen yang dulunya di tempati Tzuyu. Berharap menemukan sisa wangi ataupun secercah harapan bahwa wanita itu disana, masih menunggunya. Adakah kesempatan untuk itu? Masihkah kau menungguku pulang, Sally?

Ditatapnya pedih apartment yang kosong. Tidak ada dia disana. Tidak ada yang paling ia rindukan dan yang paling ia cintai. Hatinya sakit membayangkan betapa terluka wanita itu karenanya. Tidak dipercayai oleh orang yang kita cintai bukanlah perkara mudah, banyak rasa sakit yang ditanggung, belum lagi Taehyung berlaku kasar dan meninggalkan dia di masa-masa tersulit. Taehyung tidak mau memberikannya kesempatan, begitu bodoh dan pengecutnya dia.

Taehyung tahu kemana Tzuyu pergi, ke Gwangju. Dia mengirim surat tanah dan rumah itu beberapa hari sebelum ia harus keluar dari sini. Dia mungkin  tidak terlalu sulit karena Taehyung memberikan banyak uang padanya.

Tapi saat keyakinan menghibur diri sendiri itu ia pupuk, Taehyung terkejut bukan main saat menatap segepok apa yang paling ia tidak ingin lihat saat ini.

Jangan Sally, jangan lukai aku terlalu dalam lagi, jangan terlalu baik aku mohon. Jangan... Jangan...

Taehyung berjalan lunglai, berteriak dan menendang apa yang dihadapannya saat dilihatnya sertifikat rumah dan tanah, kartu ATM, buku tabungan serta amplop berisi uang yang kemarin ia tinggalkan disini.

“SALLYYYY!!!” isaknya dalam tangis.

“Tidak! Kau tidak boleh meninggalkan aku dengan cara seperti ini. Kau sudah berjanji banyak hal.” Taehyung menangis sejadinya. Meraung saat menatap benda-benda itu terkumpul dan mengejeknya.

Diraihnya dengan gemetar, pedih dirasakan memenuhi hatinya. Beginikah cara Tuhan menghukumnya? Kalau Tuhan mau hukum Taehyung, hukum saja Taehyung. Jangan hukum Sally juga. Wanita itu terlalu banyak menanggung rasa sakit karenanya. Bagaimana wanita hamil yang sakit itu membawa ibunya yang bahkan tidak sadarkan diri pergi ke tempat lain? Bagaimana caranya? Semakin Taehyung membayangkannya, semakin dalam perasaannya sendiri terluka.

“Jangan tinggalkan aku, kumohon...” cicitnya sembari berlutut di dekat sofa.

“Jangan bawa bayi kita pergi tanpa aku. Sally... Aku ingin hidup denganmu. Aku ingin mencintai dan menjagamu. Aku ingin mengobati semua hal yang sakit dan terluka. Aku ingin selalu ada disisimu sepanjang waktu. Jangan tinggalkan aku, aku mohon padamu.—”

Dear Kim Taehyung,
Meeting you was a dream—and now i need to wake up, maybe i’m just ur once upon a time but not your happily ever after. P.S I Love You.

Sally Lee.


Taehyung meraih sepucuk surat yang diletakkan diatas meja di dekat semua tumpukan benda itu. Tangannya gemetar dengan sakit di dada. Pujaan hati telah pergi meninggalkannya yang terlebih dahulu meninggalkan. Tapi kenapa ia yang meraung-raung kini? Bukankah seharusnya dia senang karena apa yang ia yakini dan inginkan selama ini akhirnya terwujud.






🥀

“Apa ada kabar Jimin? Apa ada perkembangan?” Taehyung mencecar Jimin lewat telepon dimana pria itu juga mencari ibu Tzuyu yang ternyata sudah lama dipindahkan dari rumah sakit.

“Pihak rumah sakit tidak memberikan petunjuk apapun. Sobat, kau bahkan membiarkan gadis itu membayar sisa tagihan rumah sakit ibunya? Bagaimana bisa pihak rumah sakit memberi informasi?” Jimin mendesah kesal dan habis sabar. Tapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur.

“Aku akan membuat mulut mereka semua tak bisa tertutup, jika mereka tak memberi tahu kemana perginya Sally.” Taehyung berlari cepat, keluar dari apartemennya dan langsung tancap gas menuju rumah sakit.

༄ᵗᵃᵉᵗᶻᵘ; 𝗛𝗲𝗮𝘃𝗲𝗻𝗹𝘆 𝗦𝗶𝗻𝘀 1 🔐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang