Saat memasuki kembali bilik penjara yang dingin, Tzuyu hanya diam dan melamun. Tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa ia akan hidup semengerikan ini. Ibunya sakit, menjadi mantan pelacur, mengandung anak di penjara, dan lelaki yang ia cintai sudah memiliki istri dan kini sangat membenci dirinya.
Kini ia bertanya apa arti hidupnya, bagaimana caranya bersyukur dan bagaimana Tuhan memandangnya dari atas sana? Apa ia akan selalu dihukum seperti ini? Ia bahkan sudah menyakiti perasaan wanita lain. Membuat rumah tangga orang lain hancur berantakan. Apalagi nanti? Irene benar, ia tak bersalah atas apapun, tapi Tzuyu dengan teganya menghancurkan semua ini. Seperti sebuah kewajiban kau mencintai orang yang sudah kau nikahi, mau semanis apapun masa lalumu, mau secinta apapun kau pada insan lain, kau tidak boleh meninggalkan apa yang sudah dipersatukan dalam ikatan suci. Tapi ini tidak, Taehyung menawarkan dirinya, dan Tzuyu menerimanya.
“Kau kenapa?” Tzuyu menoleh lemah. Pandangannya kabur oleh air mata saat ada yang menanyakan keadaannya. Yang lain tengah sibuk bermain kartu di sudut sana, tapi salah satu dari mereka yang sejak tadi membaca di ranjangnya malah menyapa Tzuyu.
“Kau sakit? Apa kandunganmu baik-baik saja?” tanyanya tidak beranjak, tapi pandangannya Tzuyu yakin, wanita itu peduli padanya.
Tzuyu menggeleng seraya tersenyum bersamaan dengan air matanya yang terjatuh.
“Kau merindukan suamimu?”
Dan air mata itu semakin deras. Dia tidak punya suami, tapi jelas dia merindukan seseorang.
“Apa dia tidak mengunjungimu? Siapa yang datang barusan?” akhirnya wanita itu turun. Dia dekati Tzuyu dengan langkah perlahan.
“Kau sangat cantik, jadi kau tidak boleh menangis. Aku tidak tahu kenapa kau ada disini, kau bisa cerita jika kau sudah siap. Aku punya anak perempuan seumuranmu, jadi sedikitnya aku bisa memahamimu. Aku tidak ingin anakku diganggu oranglain, jadi aku tidak ingin mengganggumu. Kalau kau diganggu mereka, kau harus berteriak. Paham? Jangan biarkan kandunganmu menjadi bermasalah nantinya hanya karena kau lemah. Kau harus kuat, bagaimana bisa menjadi seorang ibu jika kau lemah? Jika kau butuh bicara dengan suamimu, katakan padaku. Aku...” wanita paruh baya itu mendekat dan berbisik di telinga Tzuyu.
“Aku punya ponsel yang aku sembunyikan. Kau tinggal bilang.”
Tzuyu merasa hatinya disentuh dengan hangat. Seorang baik lagi yang dia temui di tempat antah berantah ini. Tempat yang sangat sulit menjumpai jiwa-jiwa penuh kasih, tapi dengan mudahnya Tzuyu mendapatkannya. Tzuyu menghapus air matanya kasar lalu tersenyum dengan sangat tulus.
“Nah, kan begini semakin cantik. Lebam mu juga akan menghilang, asal kau tidak membiarkan mereka menyentuhmu. Aku akan membantu, kau jangan khawatir.”
Dengan canggung Tzuyu menatap dalam dengan terimakasih wanita itu. Memang seperti seumuran ibu, tapi seperti sedikit lebih muda. Mungkin karena ibu sakit dan kurus, tapi wanita ini bugar dan berisi. Setidaknya, Tzuyu punya teman disini. Entah dia punya keberanian menghubungi Taehyung atau tidak nantinya, Tzuyu juga tidak tahu.
🥀
Saat Taehyung masuk, jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Pria itu kusut masai dan tidak terurus, beda dengan Irene yang saat ini sedang minum jus detox dan membaca buku parenting, yang... entah untuk apa dia beli.
“Kenapa baru pulang?” tanya Irene saat Taehyung mengambil handuk.
“Kau tidak pulang dua hari ini, sayang. Apa ada masalah di kantor?”
Langkah Taehyung terhenti. Dia tidak bisa berkata jujur, bahwa dia sedang mencari wanita lain yang sangat dia cintai dan sedang hamil anaknya. Hanya Ny. Lee yang terlihat dan itupun tidak sadarkan diri. Pihak rumah sakit juga bilang bahwa Sally belum lagi datang berkunjung yang membuat Taehyung semakin gila dibuatnya.