Tzuyu merasakan seluruh tubuhnya seperti dihajar habis-habisan semenjak kejadian kemarin. Saat dilihatnya ke sisi tempat tidur, Taehyung sudah tidak ada disana, kosong dan dingin itulah yang Tzuyu rasakan saat dia bangun.
Jika saja Taehyung itu kekasihnya atau teman berkencan sehari, Tzuyu sudah pasti ngamuk dan mencari pria itu, memukul dan mencerewetinya berhari-hari karena meninggalkan Tzuyu sendirian setelah puas semalaman dengan gadis itu.
Tapi Tzuyu tidak bisa melakukan hal itu karena Taehyung bukan siapa-siapa selain pria pengkontrak rahim. Memangnya apa yang Tzuyu harapkan dari kejadian semalam? Tzuyu akan mendapat pelukan hangat? Morning kiss? Susu coklat di pagi hari? Atau jatah panas lain? Tzuyu tersenyum miris sambil menggelung selimut, merapatkan ke lehernya. Untungnya, Taehyung tidak membiarkan Tzuyu kedinginan terkena AC semalaman.
Gadis itu diselimuti sampai ke leher. Beruntungnya untuk hal ini Taehyung sungguh bertanggungjawab.
Dieratkannya selimut untuk membawa dirinya yang telanjang ke kamar mandi. Dan Tzuyu juga terkejut dengan adanya sepasang baju ganti di meja kecil dekat pintu kamar mandi. Diulasnya senyum miris.
Kenapa kau harus melakukan semua hal ini?
Tzuyu bergegas mandi dan secepatnya hendak pergi meninggalkan hotel karena tidak ada jejak Taehyung sedikitpun di kamar itu. Benar-benar tidak ada. Apa pria itu bangun pagi-pagi sekali untuk membersihkan semua sisa dari dirinya? Pria itu sama sekali tidak berubah.
***
Hai Tzuyu, ini Jimin. Ayo sarapan bersama. Taehyung menyuruhku untuk memastikanmu sarapan dengan baik pagi ini. Apa kau baik-baik saja? Jumpai aku di Cafe Menantea pagi ini, ya.-JiminPark
Tzuyu mendengus kecil, tersenyum sedikit. Setidaknya mereka berdua memang benar peduli padanya. Dan ya... Taehyung mungkin beharap banyak pada benih yang ditaburnya sepanjang malam kemarin.
Setidaknya jika pembuahan berhasil... Kau adalah darah dagingnya Kim Taehyung, nak.
Tzuyu bergegas kecil dan pergi dengan cepat. Dia sudah mandi. Pakaian kotornya sudah di cuci bersih di rumah susunnya tadi.
Menemui Jimin di Cafe Menantea adalah hal yang mudah dilakukan. Pria itu sudah duduk di tempat duduknya yang biasa. Biasalah, orang kaya bisa mengkontrak apapun yang mereka inginkan. Jangankan sebuah meja di Cafe, bahkan rahim Tzuyu pun sudah mereka kontrak. Tzuyu jadi melow sendiri.
"Masih kerja?" bisik Jimin pelan saat Tzuyu datang dengan daftar menu dan notes kecil. Tzuyu tersenyum kecil dan mengangguk.
"Jangan terlalu lelah, ya. Kasihan keponakanku nantinya." Jimin menggoda Tzuyu. Tapi gadis itu malah geleng-geleng dengan pipi memerah. Bisa-bisanya Tzuyu blushing dengan gombalan dosa milik Jimin.
Tzuyu meletakkan daftar menu dihadapan Jimin. Pria itu pura-pura memilih, mulutnya tak berhenti bicara. "Taehyung minta maaf tak bisa memesankanmu sarapan pagi. Dia bingung harus memesannya kepada siapa. Tapi soal baju, dia sudah membawanya dari semalam."
Tzuyu diam tak bergeming. Menyayangkan banyak hal.
"Aku sudah transfer ke rekeningmu. Bingung juga mau memberi cash. Kau tidak keberatan, kan?"Tzuyu mendengar itu langsung menggeleng. Matanya membulat tidak enak. "Tidak Jimin. Justru aku berterimakasih banyak untuk bantuanmu. Aku selalu berdoa, agar semuanya berhasil dan aku bisa memberi apa yang sudah menjadi hak temanmu."
Mereka berbisik-bisik pelan sekali seperti team intel menggosipkan penemuan baru mereka.
"Semua yang aku pesankan ini, makanlah. Kau butuh tenaga yang cukup untuk kegiatan hari ini. Jangan lupa kabari kami, ya."