Bintang - Empat Puluh Tiga

327 24 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 23.12 Yoga masih asik dengan speakernya, dia menyalakan musiknya hingga larut malam dengan volumenya yang cukup keras, hingga membuat Dirga terganggu yang tengah menyelesaikan beberapa proyek kerjanya yang belum selesai, karena ruang kerjanya yang berdempetan dengan kamar Yoga.

Dirga lebih memilih turun ke lantai dua dan berniat untuk menyelesaikan pekerjaannya di ruang tv yang cukup nyaman untuk ia tempati, setelah menuruni tangga ia tidak sengaja mendengar lantunan ayat al-Qur'an.

Perhatiannya teralihkan Dirga berjalan menyusuri setiap ruangan yang berada di lantai dua untuk mencari sumber suara, lalu langkahnya terhenti tepat di depan pintu kamar Bintang.

Dirga sedikit mengintip melalui celah pintu yang sedikit terbuka, dari dalam terlihat Bintang tengah duduk di atas sajadah sambil membaca beberapa ayat suci al-Qur'an. Suara Bintang begitu terasa tenang di telinga.

Bintang masih belum ngantuk, jadi dia lebih memilih mengambil wudhu dan membaca al-Qur'an, alerginya sudah sembuh ini semua berkat Aldi, ternyata balsem yang dioleskan pada tubuhnya cukup mujarab meskipun dia harus merasakan panas yang luar biasa.

Dirga dibuat kagum dengan suara merdu Bintang yang membuat hatinya menjadi tenang.

"Kamu ngapain malah dengerin dia ngaji" gumam Dirga mulai tersadar dengan tujuan dia untuk turun ke lantai dua.

Dalam hatinya tidak bisa dipungkiri jika Dirga merasa kagum dengan Bintang, berbeda dengan Yoga yang justru malam-malam gini dia malah menyetel musik dengan volume keras.

Lalu Dirga kembali berjalan menuju ruang tv untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Setelah selesai membaca al-Qur'an, perutnya terasa lapar, sudah menjadi kebiasaan dia jika tidak bisa tidur perutnya selalu terasa lapar.

Bintang keluar dari kamarnya dan berjalan menuju dapur bersih yang berada di lantai dua, semoga saja di sana dia bisa menemukan mie instan yang bisa ia masak.

"Kamu mau kemana?" Bintang menghentikan langkahnya, dia baru menyadari keberadaan papanya di ruang tv.

"Bintang mau ke dapur"

"Ngapain?"

"Aku lapar mau nyari makanan" jawab Bintang tersenyum kecil.

"Bikinin saya kopi!" Seru Dirga tatapannya fokus pada laptop tanpa menatap ke arah Bintang.

"Iya, pa" jawab Bintang sambil kembali berjalan.

Setelah beberapa saat Bintang kembali membawa secangkir kopi panas dan menaruhnya di atas meja di samping laptop papanya. Setelah itu dia kembali ke dapur untuk melanjutkan memasak mie instan.

⭐⭐⭐⭐

"Hari ini ibu akan bagikan hasil ulangan matematika kemarin" ucap Bu Ratna mulai memanggil nama setiap siswa.

"Ini ulangan terakhir di semester ini, kalian jangan lupa satu Minggu lagi ujian kurangin main game, nonton Drakor, maraton wattpad, dan istirahat dulu haluin biasnya" ucap Bu Ratna sindiran yang sangat menusuk pada seluruh siswa di kelas.

Setelah semuanya telah mendapat kertas hasil ulangannya, Bu Ratna segera keluar dari kelas.

"Buset nilai gue jelek banget, gue gak sempet belajar" ucap Bintang menatap kertas hasil ulangannya.

"Nilai 95 lo bilang jelek, terus gimana dengan gue yang cuma dapet nilai 50, kertas ulangan gue gak ada harganya sama sekali kayak bungkus gorengan" ucap Aldi setelah melihat kertas hasil ulangan Bintang dan beralih menatap kertas ulangannya miris.

"Bentar lagi juga dijadiin bungkus gorengan" celetuk Reza.

"Diem lo botak!" Rambut Reza baru saja dibotakin oleh guru BK, gara-gara mewarnai rambutnya dengan warna pink.

"Mana bentar lagi ujian, gak kerasa gue bentar lagi naik ke kelas XI" lanjut Aldi.

"Kita itu mau ujian semester 1, bukan semester 2 bego" ucap Bintang sambil menaruh hasil ulangannya ke dalam tas.

"Oh iya, gue lupa" jawab Aldi baru ingat, pikun sebelum waktunya.

⭐⭐⭐⭐

"Gue tanpa contekan dari lo hanyalah sebuah tai tak berguna" ucap Aldi mendramatis.

"Bintang bantu gue....!" Rengek Aldi seperti anak kecil.

"Lo tau kan, kalau gue gak dapat peringkat 10 besar, gue bisa habis sama nyokap gue"

"Gue bisa-bisa dipukulin pake sapu, bahkan galon aja dibawa-bawa, belum lagi kalau motor sama hp gue disita, huaaa...gue bakal kehilangan harta yang gue punya hiks..." Dari tadi Aldi terus ngoceh dengan menunjukkan wajah memelasnya.

Bintang menghela napas dalam, menatap Aldi dengan malas.

"Gue juga butuh lo" ucap Afka ikut memohon.

"Kalian mau bayar berapa?" Tantang Bintang.

"Kita akan bayar pake cinta" ucap Afka dengan nada alay.

"Najiss!" Bintang bergidik ngeri.

"Bintang, lo itu aset paling berharga" puji Aldi.

"Lo itu manusia paling ganteng di planet bumi ini" puji Afka, keduanya memeluk masing-masing kaki Bintang sambil terus memohon.

Bintang tidak tahan lagi melihat ekspresi wajah mereka yang terlihat memelas dengan terpaksa dia harus membantu temannya ini.

"Iya, gue akan bantu kalian"

"Alhamdulillah, makasih ya Allah, engkau telah memberikan teman sebaik Bintang" Aldi mengangkat kedua tangannya seperti orang yang tengah berdoa.

Sementara, Afka sujud syukur di atas tanah yang ditanami rumput hijau. Bintang beberapa kali menggelengkan kepala merasa lelah dengan sikap kedua temannya ini.

"Sini, gue punya ide" Ketiganya saling melingkarkan kedua tangannya pada ceruk leher, mendekatkan wajahnya dan Bintang mulai membisikkan sesuatu pada mereka.

"Gimana?" Tanya Bintang menaikkan salah satu alisnya.

"Oke juga ide lo" ucap Afka memberikan jempol.

"Tapi, ingat pas pelajaran matematika kalian kasih juga sama Kara, nanti kalian kasih tau teknisnya"

"Siap bro" ucap Aldi.

Bintang (Meteor)|[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang