Entah sudah berapa lama Bintang memeluk batu nisan yang bertulisan Ridwan Regana, Bintang masih belum bisa menerima kepergian om nya, para anggota Black Mouse sudah berapa kali membujuk Bintang untuk pulang dan istirahat, namun Bintang tidak memperdulikan ucapan mereka.
"Bintang, aku yakin kamu pasti kuat, kamu bisa melewati ini semua" ucap Kara mengelus bahu Bintang.
"Kenapa harus om Ridwan? Kenapa gak aku aja?" Ucapnya dengan isak tangis.
"Ini semua takdir, mungkin sekarang om Ridwan sedang bahagia di surga berkumpul bersama orang tua kamu" Bintang melepaskan pelukannya dan beralih memeluk Kara yang berada di sampingnya.
"Ra, jangan tinggalin aku" lirih Bintang dalam pelukannya.
"Aku gak akan tinggalin kamu, aku akan selalu ada di samping kamu" mengusap-usap bahu Bintang.
Semua anggota Black Mouse tidak kuasa menahan tangisnya, membayangkan bagaimana sakitnya berada diposisi Bintang yang kini hanya tinggal sebatang kara. Tidak ada lagi keluarga yang ia punya, bertahan hidup sendiri tidak ada sosok om Ridwan lagi di sampingnya.
"Masih ada kita yang selalu setia buat lo" ucap Aldi yang diangguki dengan anggota lain.
"Kamu masih punya aku, sahabat-sahabat kamu, dan keluarga aku, keluarga kamu juga" melepaskan pelukannya, tangan kanannya mengusap air mata Bintang.
"Lo harus semangat, masih banyak orang yang peduli sama lo" ucap Reyhan menepuk pundak Bintang lalu tersenyum berusaha menghibur.
"Kita pulang ya, kamu kan, harus istirahat" ajak Kara, namun Bintang menolak untuk pulang.
"Kalian pulang duluan aja, gue masih mau di sini" ucapnya.
"Kita gak mungkin ninggalin lo sendiri" ucap Aldi tidak setuju.
"Gue lagi pengen sendiri" lirih Bintang menghela napas dalam.
Semua orang mengerti perasaan Bintang, dia lagi membutuhkan waktu sendiri, mereka lebih baik untuk pulang lebih dulu membiarkan Bintang sendiri sampai kondisinya menjadi lebih baik.
Semuanya pamit pulang termasuk Kara, meskipun dia tidak tega melihat Bintang melewati semuanya sendiri. Ingin rasanya dia selalu berada di sampingnya mengusap setiap air matanya yang keluar.
Disaat semua orang telah pulang, Bintang kembali memeluk batu nisan mencoba mengikhlaskan semuanya meskipun itu terlalu sulit baginya.
"DASAR ANAK PEMBAWA SIAL!" Mendorong kuat tubuh Bintang, papa angkatnya baru mengetahui tentang kematian adiknya, Dirga mengetahui semuanya dari Mira istrinya yang mendapat pesan whatsapp dari Bintang semalam. Namun, mamanya baru membuka whatsapp nya tadi pagi.
Plakkk
Sebuah tamparan keras mengenai pipi kirinya, lalu Dirga mencengkram kuat pergelangan tangan Bintang.
"Kamu kenapa gak kasih tau saya!" Teriaknya memarahi Bintang habis-habisan.
"Semalam aku udah coba bilang sama papa, tapi papa malah-"
"Malah apa? Kamu jangan cari alasan!" Melepaskan cengkeramannya dan beralih memukul rahang kokoh Bintang hingga bibir ujungnya mengeluarkan darah.
"Dirga, udah!" Memeluk tubuh Bintang yang bergetar hebat, dia masih shock dengan kepergian om Ridwan dan sekarang dia malah mendapat amukan dari papa angkatnya membuat Bintang menjadi ketakutan entah apa kabar dengan mentalnya.
"Kamu ngapain belain anak sialan itu?! Ini semua pasti gara-gara dia!" Bentak papanya.
"Kamu emang anak pembawa sial! Harusnya kamu yang mati bukan Ridwan!" Bintang terus meneteskan air matanya, tubuhnya semakin lemas dia begitu takut melihat tatapan tajam dari papanya.
"Kamu gak bisa salahin Bintang, ini semua takdir!" Tukas Mira berusaha menghentikan amarah suaminya, dia tidak mau melihat kondisi Bintang semakin terpuruk.
"Kamu pergi dari hadapan saya! PERGI!" teriak Dirga menarik paksa tangan Bintang, dengan terpaksa Bintang pergi menjauh dari orang tua angkatnya.
Dari kejauhan Aldi melihat semuanya, dia tidak jadi pulang dan lebih memilih mengawasi Bintang dari kejauhan, dia merasa takut Bintang akan melakukan hal yang macam-macam seperti melukai dirinya atau bahkan bunuh diri.
Aldi menatap geram Dirga, bisa-bisanya dia se-tega itu pada Bintang, lama-lama Bintang bisa dibuat gila olehnya. Apalagi Aldi tau dari kecil Bintang memiliki trauma karena masa lalunya dan dia selalu depresi setiap kali dia telah mendapat amukan dari papanya. Mungkin sekarang kondisinya akan jadi lebih buruk.
⭐⭐⭐⭐
Bintang terduduk di samping kolam ikan yang berada tepat di tengah taman, memeluk kedua lututnya membiarkan air hujan membasahi tubuhnya, malam yang dingin beserta air hujan yang turun cukup deras dan sesekali terdengar geledek.
Dia tidak peduli dengan air hujan yang membasahi tubuhnya, tidak peduli jika dia sakit, harapan yang selama ini ia simpan mendadak runtuh, siapapun tidak ada yang mau berada diposisinya.
"Gue gak punya siapa-siapa lagi sekarang" lirih Bintang.
"Gue emang pembawa sial"
"GUE BENCI DIRI GUE!" teriak Bintang menembus suara derasnya air hujan, memegang kepalanya frustasi.
Kini dia tidak merasakan air hujan membasahi tubuhnya, sontak Bintang langsung menghapus air matanya, setelah melihat seseorang yang berdiri dihadapannya sambil memayungi dirinya, dia adalah Kara.
"Kalau menangis bisa membuat kamu tenang, keluarin aja" ucap Kara duduk dihadapan Bintang dan kini keduanya saling berhadapan.
"Aku emang gak berguna, aku pembawa sial" lirih Bintang air matanya kembali mengalir.
Kara menggelengkan kepalanya "Semua orang itu berguna gak ada yang pembawa sial" berpindah duduknya di samping Bintang.
"Diri kamu berharga, kamu sangat berharga Bintang, kamu orang paling kuat" memeluk Bintang dari samping.
"Aku gak punya tujuan hidup lagi sekarang, aku lebih baik putus sekolah" Kara melepaskan pelukannya, tidak percaya dengan apa yang dikatakan Bintang barusan.
Bintang berpikir untuk putus sekolah bukan karena biaya, tapi karena dia tidak memiliki semangat hidup lagi dalam dirinya.
"Kamu masih punya mimpi, kamu gak boleh putus sekolah" ucap Kara tidak setuju, Bintang bangun dari duduknya, menikmati setiap tetesan air hujan yang membasahi tubuhnya.
"Aku gak yakin Ra" jawabnya menundukkan kepala.
"Kita bisa melewatinya sama-sama, kamu masih punya aku Bintang!" Teriak Kara dengan isak tangisnya.
Kara bangun dari duduknya dan menjatuhkan payungnya, berjalan mendekati Bintang "Kamu harus bisa bertahan demi aku" menatap lekat wajah Bintang yang terlihat frustasi.
"Iya Ra" jawab Bintang setelah terdiam beberapa saat lalu memeluk tubuh Kara dengan erat, Kara membalas pelukannya.
"Kamu harus janji sama aku, kamu gak akan nyerah" ucap Kara berusaha meyakinkan Bintang, namun tidak ada jawaban dari pria itu.
Brughhh
Seketika tubuh Bintang terlepas dari pelukannya dan jatuh pingsan di atas rumput.
"Bintang bangun" Kara sangat khawatir dengan keadaan Bintang yang terbaring tidak sadarkan diri dan mengeluarkan darah dari lubang hidungnya.
Siapin tisu guys🤧
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang (Meteor)|[END]
Teen Fiction[Lengkap] ⚠️Follow sebelum baca⚠️ Reinaldo Bintang. Seorang cowok dingin, cuek, dan sikapnya yang susah ditebak, dia merupakan ketua club futsal yang bernama Black Mouse, bisa dibilang dia juga seorang atlet bela diri. Dengan fisik dan sifatnya yang...