Bintang - Empat Puluh Tujuh

341 27 0
                                    

"Meteor, kamu kenapa? Kok dari tadi diem terus?" Tanya Kara merasa aneh dengan sikap Bintang yang tidak seperti biasanya.

"Gak papa" jawab Bintang dengan lesu.

Kara meletakkan telapak tangannya ke atas dahi Bintang, untuk memastikan suhu tubuhnya panas atau tidak.

"Kamu sakit?"

"Nggak"

"Terus kenapa? Jangan bikin aku khawatir" suasana kencannya menjadi tidak asik tanpa mendengar ocehan aneh dari Bintang.

Kara melihat ke seluruh ruangan cafe yang terlihat begitu aestethic, dengan beberapa orang yang tengah asik mengobrol dengan pasangannya dan ada beberapa sekelompok orang yang memilih untuk nongkrong dan bercanda riang dengan teman-temannya.

"Bintang kamu kerasukan apaan sih?!" Ucap Kara sedikit kesal.

Bintang hanya menunduk tidak berani menatap wajah Kara.

"Ra, maaf" ucap Bintang seketika setelah beberapa saat terdiam.

"Maaf, kenapa?" Tanya Kara heran, sepertinya obrolannya akan terasa serius.

"Boneka Spongebob pemberian kamu rusak"

"Apa?!" Kara bangun dari duduknya dan secara refleks menggeprak meja yang ada dihadapannya.

Hampir semua mata tertuju pada mereka berdua, terkejut mendengar suara geprakan meja dan teriakan Kara yang terdengar menggema.

"Kenapa bisa rusak?"

"Aku gak sengaja, Ra" jawab Bintang dengan wajah memelas.

"Kan, bisa dijahit" Kara kembali duduk berusaha untuk tenang.

"Masalahnya bonekanya hangus terbakar" Bintang berusaha menjelaskan dengan hati-hati.

"Bintang nyebelin banget! Kamu kenapa bakar bonekanya? Kamu gak sayang lagi sama aku?" Kembali bangun dari duduknya dan berniat untuk pergi, namun langkahnya dicegat oleh Bintang.

"Lepasin!" Kara berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan Bintang.

"Ra, aku belum selesai ngomong"

"Aku males ketemu sama kamu!" Menginjak kaki Bintang dan tangannya berhasil terlepas, kemudian Kara pergi meninggalkan Bintang.

Bintang meringis kesakitan, injakkannya cukup kuat rasanya seperti diinjak oleh kaki gajah.

"Ra, tunggu!" Bintang berlari menyusul Kara, berusaha menjelaskan semuanya.

"Kamu mau ngapain lagi sih?!" Membalikkan badannya dan menatapnya dengan malas.

"Ini bukan sepenuhnya salah aku"

"Terus salah siapa? Gak mungkin kamu bakar boneka itu tanpa sengaja!"

"Udah ah, aku mau pulang" melambaikan tangannya untuk menghentikan taksi, menaiki taksi itu dan menutup kaca jendela mobil tidak memperdulikan teriakan dari Bintang.

"Ra! Jangan tinggalin aku!"

"Jahat banget sih" ucap Bintang pasrah, teriakannya tidak mungkin terdengar lagi oleh Kara.

⭐⭐⭐⭐

Kara membuka pintu utama rumahnya "Kamu mau ngapain lagi sih?"

"Ra, kasih aku kesempatan buat ngomong" menahan pintu yang akan ditutup oleh Kara.

"Aku gak mau ngomong sama kamu!"

Seketika Bintang melangkah maju mendekatkan tubuhnya, lalu membekap mulut Kara dengan tangan kanannya.

"Aku mau jelasin semuanya, kasih aku beberapa detik buat ngomong, jadi gini boneka itu bukan aku yang bakar, tapi Yoga. Aku udah berusaha selamatin boneka itu tapi semuanya udah terlambat" ucap Bintang menjelaskan dengan panjang lebar.

Kara menepis tangan Bintang yang membekap mulutnya "Kenapa kamu gak bilang dari siang?"

"Aku udah coba jelasin, tapi kamu gak kasih aku kesempatan buat ngomong, greget tau udah kayak sinetron"

"Ihhh...sebel!" sambung Bintang.

Terlihat menggemaskan ketika dia sedang kesal seperti ini, dengan ekspresinya seperti anak kecil. Apalagi sambil menghentakkan kakinya dan berjalan keluar melewati pagar rumah Kara untuk menaiki motornya yang terparkir di sana.

"Kenapa malah kamu yang ngambek sih?!" Teriak Kara berdecak kesal.

"DASAR COWOK ANEH!"

⭐⭐⭐⭐

[2 hari kemudian]

Libur sekolah telah berakhir, hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur 2 Minggu, bagaimana kabar hubungan Bintang dan Kara?

Sepertinya mereka masih bertengkar karena hal sepele, di dalam kelas keduanya saling membuang muka, meskipun secara diam-diam keduanya saling mencuri pandang.

"Bintang, Kara" panggil Bu Mega guru bahasa Inggris, membagikan buku latihan yang sempat dikumpulkan sebelum libur sekolah.

Keduanya bangun dari bangkunya lalu berjalan menuju bangku guru dan mengambil bukunya masing-masing.

Ketika akan kembali ke tempat duduknya masing-masing, keduanya saling berpapasan, tubuh bagian sampingnya saling bertabrakan, dikarenakan jalan menuju bangkunya terlalu sempit, tidak bisa dilalui oleh dua orang.

"Gue dulu" ucap Bintang.

"Apaan sih, gue dulu!"

"Gak"

"Lo itu cowok, harusnya ngalah!"

"Ngapain gue ngalah sama lo, gue itu cuma mau ngalah sama cewek gue" seketika otaknya nge-lag, Bintang tidak sadar dengan ucapannya.

"Gue kan, pacar lo!" Teriak Kara merasa kesal, entahlah kepala Bintang  habis terbentur apaan, atau mungkin dia sudah pikun sebelum waktunya. Ya ampun kenapa gue harus punya cowok gesrek kayak dia.

"Oh iya" jawab Bintang dengan polosnya.

"Nyebelin banget jadi cowok!" Memberikan pukulan bertubi-tubi menggunakan bukunya.

"Ampun, Ra" Bintang berusaha menghindar dan berlari ke barisan belakang.

Kara mengejar kemanapun Bintang berlari "Kerjaannya ngajak ribut mulu!" Kara berhasil menangkap Bintang dan menjewer telinganya dengan kuat.

Semua siswa di kelas tertawa melihat tingkah mereka berdua, Bu Mega menggelengkan kepalanya, bisa-bisanya mereka berantem pada jam pelajarannya dan dia hanya sebagai penonton.

"Kalian berdua selesaikan masalah rumah tangga kalian di luar, jangan di kelas" akhirnya Bu Mega angkat bicara, menghentikan tingkah mereka yang mengganggu jam pelajarannya.

"Maaf Bu" ucap Kara melepaskan jewerannya.

"Awas aja lo!" Menggerakkan tangannya, memperagakan seolah sedang memotong leher.

Bintang bergidik ngeri melihat ancaman Kara, nyalinya seketika ciut dihadapan pacarnya.

Bintang (Meteor)|[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang