Bintang - Lima Puluh Dua

393 24 0
                                    

"Ada yang bisa jawab soal ini?" Tanya Bu Ratna usai menjelaskan dan menuliskan satu soal di papan tulis

Tidak ada satu orang pun yang mengangkat tangan, semuanya terdiam tidak berani menjawab.

"Oke, kalau gak ada, coba Bintang maju!" Seru Bu Ratna sambil menoleh ke arah Bintang.

"Bintang, kamu tidur?" Tanya Bu Ratna baru menyadari dari tadi Bintang tidur tidak memperhatikan.

"Bintang bangun" ucap Aldi berusaha membangunkan Bintang.

"Hidung lo mimisan?" Aldi terkejut dengan darah yang seketika keluar dari kedua lubang hidung Bintang.

Aldi meletakkan telapak tangannya di atas dahi Bintang untuk mengecek suhu tubuhnya.

"Panas banget"

"Bintang sakit?" Tanya Bu Ratna sambil berjalan menuju bangku mereka.

"Kayaknya sakit, badannya panas banget, hidungnya juga mimisan" jawab Aldi.

"Kamu bawa Bintang ke UKS, dibantu sama yang lainnya!" Titah Bu Ratna.

Aldi dibantu dengan Reyhan membawa Bintang ke UKS, dengan diikuti Bu Ratna ikut merasa khawatir dengan keadaan Bintang, rasa khawatir yang melebihi perasaan guru kepada muridnya.

Kara ikut cemas dengan pikiran campur aduk di dalam kepalanya, Apa jangan-jangan Bintang gak tidur semalam? Perasaan pas malem dia baik-baik aja.

Sesampainya di UKS, Aldi membaringkan tubuh Bintang di atas brankar, Bu Ratna membuka kotak P3K untuk mencari tisu yang akan digunakan untuk mengusap darah yang keluar dari hidung Bintang.

"Bintang belum sadar?" Tanya Kara yang baru saja masuk dengan sedikit berlari menghampiri Bintang.

Kara mengeluarkan selembar tisu dari saku seragamnya, bu Ratna menutup kembali kotak P3K dan mendapati Kara yang sudah duluan mengusap darah Bintang.

"Ra," panggil Bintang setelah sadar dari pingsan.

"Alhamdulillah, kamu udah sadar" Kara menghembuskan napas lega.

"Bintang, kamu minum dulu" ucap Bu Ratna menyodorkan segelas air hangat pada Bintang.

Bintang perlahan mendudukkan tubuhnya, lalu meraih air dari tangan Bu Ratna.

"Makasih, Bu" ucap Bintang setelah minum dan menaruh kembali gelasnya.

"Aku khawatir banget sama kamu" ucap Kara sambil merapikan rambut Bintang yang sedikit berantakan, dan menatap Bu Ratna dengan sinis. Dia tidak akan membiarkan guru muda ini terus-menerus mendekati Bintang.

"Aku cuma demam" membaringkan kembali tubuhnya yang terasa lemas.

"Kamu istirahat aja, kalau kamu mau pulang juga gak apa-apa" ucap Bu Ratna sambil menggenggam tangan kanan Bintang dan sedikit mengelusnya.

Kenapa ruangan ini terasa panas! Padahal AC nyala, mungkinkah hatinya yang sedang membara, ingin rasanya ia marah tapi jika Kara melakukan itu bisa-bisa dia tidak akan dikasih nilai apalagi dia guru matematika.

"Bintang, wajah kamu pucat banget" memegang kedua pipi Bintang.

Bintang mengerti apa yang dilakukan Kara, dia pasti sedang cemburu terlihat jelas dari tingkahnya.

"Emangnya wajah aku keliatan pucat?"

"Iya, bibir kamu juga gak merah lagi" jawab Kara merogoh saku roknya dan mengeluarkan sebuah liptin yang selalu ia bawa kemana-mana.

"Kamu mau ngapain?" Bu Ratna mengehentikan tangan Kara yang akan memakaikan liptin pada bibir Bintang.

"Aku mau pakein ini"

Bintang (Meteor)|[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang