Bintang - Dua Puluh Delapan

375 32 0
                                    

Bintang kembali berangkat sekolah setelah 3 hari dirawat di rumah sakit, Bintang diantar oleh om Ridwan menggunakan mobil putihnya, kalau bukan karena kakinya dia juga tidak mau diantar ke sekolah lebih baik naik motor sendiri.

Aldi sedikit berlari menghampiri Bintang, bukannya nyapa justru dia malah tertawa, salah fokus dengan kakinya Bintang yang hanya memakai sepatu sebelah.

"Lo kenapa ketawa?" Tanya Bintang menatapnya tajam.

"Lo pake sepatu sebelah, anjirr" jawab Aldi tertawa, sahabat gak ada akhlak bisa-bisanya dia ngetawain sahabatnya yang lagi terluka.

"Awas aja lo, kalau gue udah sembuh, gue patahin tangan lo!" Ancam Bintang dengan sorotan matanya yang tajam.

"Sorry bro, jangan marah" Aldi terkekeh.

"Sini gue bawain tas lo" meminta tasnya Bintang untuk dibawa oleh Aldi, supaya Bintang berhenti menatapnya dengan tajam. Sorotan matanya seperti serigala yang sudah siap memangsanya.

⭐⭐⭐⭐

Kara bangun dari tempat duduknya setelah melihat Bintang memasuki kelasnya, Bintang berjalan menggunakan kedua tongkatnya menuju bangku, cukup melelahkan berjalan menggunakan tongkat langkah kakinya menjadi lambat dan tentunya dia harus cuti beberapa minggu dari eskul silat yang dia ikuti begitupun dengan club futsal miliknya.

"Kamu kan, baru keluar dari rumah sakit" ucap Kara menghampiri Bintang yang sudah terduduk di bangkunya.

"Aku udah jauh tertinggal pelajaran"

Kara ikut duduk di bangku Aldi, mumpung orangnya lagi sibuk gangguin para cewek di kelasnya.

"Aku abis masak nasi goreng buatan aku sendiri" memberikan tepak makan yang berisi nasi goreng hangat dengan taburan bawang goreng di atasnya.

Bintang tersenyum mencium aroma enak dari nasi goreng buatan Kara, lalu dia menyuapkan sesendok nasi goreng ke dalam mulutnya. Seketika Bintang berhenti mengunyah, menyipitkan matanya menahan rasa asin dari nasi goreng itu.

Tapi, dia kembali mengunyahnya dan memasang muka senang, Bintang tidak mau melihat Kara kecewa karena nasi gorengnya yang terlalu asin.

"Enak gak?"

"Enak banget" ucap Bintang menyuapkan nasi goreng itu ke dalam mulutnya.

"Serius?" Tanya Kara tidak percaya.

"Serius, ini nasi goreng terenak yang pernah aku makan" Kara merasa senang mendengar jawaban dari Bintang, apalagi melihat Bintang dengan lahap memakan masakannya, Kara jadi ikut lapar.

"Aku mau cobain"

"Gak boleh"

"Aku pengen cobain dikit aja" ucap Kara sedikit kesal.

"Ini kan, udah dikasih ke aku" Bintang sebisa mungkin melarang Kara memakan nasi gorengnya.

"Pelit banget, dikit doang"

Kara terus memaksa dan langsung mengambil sendok dari genggaman tangan Bintang, serta dengan cepat mengambil nasi gorengnya. Kara bangun dari duduknya dan sedikit menjauh dari Bintang supaya Bintang tidak merebut nasi goreng dari tangannya.

Bintang menyerah tidak mungkin dia bisa mengambil nasi goreng dari tangan Kara, Karena kesulitan untuk berdiri. Kara tersenyum puas berhasil merampas nasi goreng dari tangan Bintang, kemudian menyuapkan pada mulutnya.

"Asin banget!" Teriak Kara, semua orang yang berada di kelas terkejut dengan teriakan Kara. Maklum suaranya cempreng hihi.

"Kamu bohong sama aku!" Teriaknya lagi kesal.

"Nasi goreng kamu emang enak, cuma terlalu asin aja" ucap Bintang sambil tersenyum.

"Kamu kenapa gak bilang sama aku, tau gini aku gak akan kasih" Kara merasa kecewa dengan masakannya.

Hampir semua siswa di kelas menonton pertunjukkan gratis ini, kapan lagi mereka bisa menonton konflik rumah tangga Kara dengan Bintang.

"Aku gak mau kamu kecewa" berusaha menenangkan Kara.

"Sini" ucapnya lagi.

"Mau ngapain?" Tanya Kara tidak mengerti.

"Mau makan lagi" Bintang berniat untuk menghabiskan nasi goreng buatan Kara, dia tidak mau melihat Kara kecewa, pacarnya ini butuh perjuangan untuk bisa masak nasi goreng.

"Gak usah diterusin"

"Kenapa?"

"Nanti kamu darah tinggi" melarangnya demi kesehatan.

"Kamu jangan cemberut gitu dong, senyum ya!" Mencubit kedua pipi Kara, kemudian Kara ikut tersenyum melihat senyuman manis yang terpancar dari wajah Bintang.

"So sweet...." ujar Sila melihat keuwuan mereka.

"Kiw kiw!" Teriak Reyhan

"Jomblo menangis melihat ini" ucap Aldi menunjukkan wajah memelas.

⭐⭐⭐⭐

Bintang berjalan untuk pergi ke mushola, dia berniat untuk i'tikaf di mushola lebih tepatnya untuk tidur, dia ingin menidurkan tubuhnya sebentar. Tidak mungkin Bintang pergi ke kantin yang dipenuhi oleh manusia, dia akan kesulitan untuk berjalan. Namun Kara secara diam-diam mengikutinya dari belakang.

Seketika Bintang menghentikan langkahnya menyadari Kara membuntutinya, Kara tidak sempat mengerem dan akhirnya menabrak punggung Bintang.

Kara terkejut lipstiknya menempel pada seragam Bintang gara-gara menabraknya tadi. "Mampus gue harus ngapain?"

"Kamu ngapain ngikutin aku?"

"Gabut aja" jawabnya cengengesan.

"Kamu mau kemana?" Tanya Kara basa-basi.

"Udah ikut aja!" Seru Bintang.

Dari depan terlihat Yoga tengah berjalan ke arahnya, memalingkan mukanya malas namun tersimpan ide licik di kepalanya, tepat ketika langkahnya sejajar dengan Bintang, Yoga dengan sengaja menyenggol tongkat dengan kakinya, Bintang hilang keseimbangan hingga akhirnya terjatuh ke atas lantai.

Bintang memegang kakinya meringis kesakitan, Kara yang melihat kejadian itu merasa geram.

"Jahat banget sih, lo!" Teriak Kara mendorong tubuh Yoga dengan kasar, kini emosinya semakin meluap.

"Salah dia sendiri, kalau jalan liat-liat" ucapnya tersenyum licik, lalu pergi begitu saja mengabaikan teriakan pedas yang dilontarkan dari mulut Kara.

"Dasar cowok bangsat! SETAN!" Teriaknya penuh amarah.

"Ra, udah gak enak diliatin orang" ucap Bintang berusaha berdiri.

Kara dengan cepat membantu Bintang berdiri dan membersihkan seragam Bintang yang terlihat kotor sambil terus menggerutu "Nyebelin banget jadi cowok, lama-lama gue bejek-bejek tuh muka, gue jadiin ayam geprek" Bintang tertawa geli ketika Kara membersihkan seragam bagian depan tepat mengenai dada dan perutnya.

"Kok, kamu malah ketawa?!"

"Geli tau"

Secara tiba-tiba Kara memegang ceruk leher Bintang, hingga membuat Bintang tertawa geli Kara ikut tertawa renyah, tubuh Bintang hampir terjengkang namun tertahan oleh dinding yang berada di belakangnya.

Kara berhenti menggelitiknya setelah melihat Bintang terlihat tidak berdaya energinya seakan habis gara-gara tidak ada hentinya tertawa.

Voment

Bintang (Meteor)|[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang