Bintang - Enam Belas

646 47 0
                                    

Hewan buas dan liar aja masih bisa dikendalikan oleh pawangnya, dengan rasa sabar dan hati-hati. Sama seperti hati kamu.

_Kara_

Bintang memasuki minimarket untuk membeli minuman, dia membuka lemari es dan mengambil sebotol minuman rasa jeruk, minuman yang cocok untuk menyegarkan tenggorokannya yang terasa haus.

Bintang mengusap keringat yang mengalir di dahinya dengan punggung telapak tangan kanannya. Tubuhnya terus mengeluarkan keringat hingga membasahi jersey futsal yang berwarna merah hitam yang tengah ia kenakan.

Setelah keluar dari minimarket, dia langsung meminum minumannya dan kembali berjalan menyusuri trotoar untuk pulang menuju rumahnya.

"Bintang," seseorang berdiri dihadapannya untuk menghentikan langkahnya.

Bintang menghembuskan napas kasar "Mau ngapain?" memutar bola mata malas.

"Lo kenapa ngejauh terus dari gue? Masih marah ya, sama gue?" Kara mengerucutkan bibirnya dan memasang wajah melas supaya Bintang mau memaafkannya.

"Nggak"

"Terus kenapa lo cuek sama gue?"

"Gue gak cuek, gue cuma bingung aja-" jawab Bintang menggantungkan ucapannya.

"Bingung kenapa?" Mengangkat salah satu alisnya penasaran.

"Gue bingung gimana caranya nembak cewek" ucap Bintang terkekeh.

"Lo mau nembak siapa?" Tanya Kara dengan muka polosnya, sungguh tidak peka.

"Ya nembak lo, siapa lagi coba" Bintang mulai bete melihat Kara tidak peka dengan ucapannya.

"Ouhh..." Kara mulai salah tingkah, sepertinya sekarang pipinya memerah, jantungnya mulai berdetak tak karuan.

"Ra, kamu mau gak jadi pacar aku?" Tanya Bintang secara tiba-tiba.

Deg!

Seketika Kara berteriak dan secara refleks dia memeluk pohon yang berada di sampingnya, Bintang dibuat bingung dengan tingkah Kara "Nih cewek kerasukan apaan?"

"Ra, kenapa yang dipeluk malah pohon, kenapa gak aku?" Tanya Bintang merasa aneh.

Dengan cepat Kara melepaskan pelukannya, dia baru sadar ternyata yang ia peluk pohon bukan Bintang.

"G-gue refleks" jawab Kara tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Bintang tersenyum meletakkan bola futsal yang berada di tangannya dan mendekatkan tubuhnya untuk memeluk tubuh mungil Kara "Jadi, jawabannya apa?" Bisik Bintang di dekat telinga Kara.

"Aku mau" jawab Kara mengeratkan pelukannya. Huaaa akhirnya mereka jadian.

⭐⭐⭐⭐

"Kenapa kamu tiba-tiba berubah pikiran?" Setelah kejadian yang romantis tadi, kini mereka memilih untuk jalan-jalan sebentar menikmati udara sore.

"Kamu beneran mau tau?" Membalikkan pertanyaan, sambil memainkan bola futsal yang ada di tangannya.

"Iya"

(Empat hari yang lalu)

Malam semakin larut, Bintang termenung duduk di atas jendelanya sambil menyandarkan tubuhnya, membuka lebar kacanya membiarkan udara malam masuk.

Bintang memejamkan kedua matanya kembali mengingat kejadian kemarin, sekarang ia tidak tau apa yang harus ia perbuat.

"Kamu belum tidur?" Tanya om Ridwan entah sejak kapan berdiri di sampingnya.

Om Ridwan memberinya segelas susu kotak full cream yang baru saja dia ambil dari kulkas.

"Aku gak bisa tidur" jawab Bintang meraih susu kotak dari tangannya.

Bayi gede ini selalu minum susu sebelum tidur.

Bintang menyedot susu kotak tersebut "Menurut om, salah gak kalau aku nolak cewek demi mengalah sama orang lain?" Tanya Bintang, dia tidak tau harus bercerita pada siapa lagi.

"Itu namanya dewasa"

"Tapi, secara tidak langsung kamu udah melukai hati seseorang termasuk hati kamu sendiri" sambung om Ridwan duduk di atas kasur yang jaraknya tidak jauh dengan jendela kamarnya.

"Mulut kamu bisa berbohong, tapi tidak dengan hati kamu, hubungan itu bisa bahagia jika di dalamnya terdapat dua manusia yang saling mencintai" ucap om Ridwan dengan kata bijaknya

"Mungkin kamu bisa mengalah, kamu mampu menahan rasa sakitnya. Tapi, gimana dengan cewek itu?" Bintang terdiam mencerna setiap kata yang keluar dari mulut om Ridwan.

"Cewek itu udah pasti terluka dan kecewa sama aku, dia terjebak dengan orang yang tidak dia suka" jawab Bintang menundukkan kepalanya.

"Jadi, disini kamu yang salah" ucap om Ridwan beranjak dari kasur menghampiri Bintang.

"Udah, jangan ngelamun kamu tidur udah malem" mengacak rambut Bintang lalu berjalan keluar dari kamar Bintang.

Bintang sempat terdiam beberapa saat, setelah akhirnya dia mendapat cara, apa yang harus ia lakukan supaya bisa berbaikan dengan Kara.

"Besok gue harus selesaikan semuanya"

"Kayaknya aku harus berterimakasih sama om Ridwan" ucapnya setelah selesai mendengarkan cerita dari Bintang.

Bintang mengangguk "Nanti aku sampein"

"Main bola yuk!" Ajak Bintang sambil memainkan bolanya, hingga akhirnya bola itu menggelinding.

"Yuk" Bintang berlari untuk mengejar bolanya.

Bintang mengoper bola tersebut pada Kara. Kini, Kara tengah bersiap-siap untuk menendang bola.

Tetapi, bukan bola yang ia tendang melainkan ia malah tidak sengaja menginjak bola tersebut hingga membuat dia jatuh tersandung kakinya sendiri.

Kara berteriak meringis kesakitan, sakitnya emang gak seberapa tapi dia harus menanggung malu di depan Bintang.

Bukannya membantu Kara berdiri, dia malah tertawa.

"Bukannya ditolongin malah di ketawain!" Teriaknya, kemudian Bintang membantunya berdiri setelah puas tertawa.

"Ada yang luka gak?" Tanya Bintang memperhatikan tubuh Kara dari kaki hingga ujung kepala.

Kara menggeleng sambil membersihkan bajunya yang sedikit kotor.

"Mau main lagi gak?"

"Gak mau, kapok" ucapnya sambil berjalan diikuti Bintang lalu merangkul tubuh Kara yang lebih pendek darinya.

Ini adalah hari paling bersejarah bagi Kara, perjuangannya selama ini tidak sia-sia, dia tau Bintang memang selalu mementingkan orang lain daripada dirinya. Tapi, jika soal hati tidak bisa disamakan.


Akhirnya mereka jadian🤧
Vote nya jangan lupa ya


Bintang (Meteor)|[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang