Bintang - Dua Puluh Lima

451 37 0
                                    

Sebelum baca vote dulu ya!

"Kamu pulang naik apa?" Tanya Kara sambil berjalan menuju gerbang sekolah, dengan tangannya yang tidak lepas dari genggaman tangan Bintang.

"Naik bus"

"Kamu gak bawa motor?"

"Nggak, motor aku bocor" ucapnya terlihat sedih.

"Aku juga mau naik bus"

lalu keduanya berdiri di halte bus menunggu bus datang, mereka menunggu cukup lama tapi, itu tidak jadi masalah untuk Kara karena Bintang terus menggenggam tangannya, seakan ada lem yang merekat di tangan mereka.

Bus yang mereka tunggu akhirnya datang mereka duduk berdua di jajaran kanan dengan Bintang yang duduk di samping jendela.

Kara menyandarkan kepalanya pada pundak Bintang dan Bintang menyelipkan tangan kirinya pada bahu Kara dan mengusapnya perlahan.

Bus yang dinaiki mereka seketika oleng, supir bus berteriak jika rem busnya blong, semua penumpang berteriak panik hingga membangunkan Kara yang tengah tertidur dan ikut panik tangannya mulai bergetar ketakutan. Bintang berusaha menenangkan Kara, dia memeluk tubuh Kara dengan erat.

Sesuatu hal buruk terjadi, supir bus berusaha menghindari tabrakan dengan kendaraan lain hingga busnya menyerempet mobil truk yang berada di samping, penumpang yang berada di jajaran kanan ikut menjadi korban termasuk kaca yang berada di sebelah Bintang pecah Kara semakin berteriak histeris, dengan sigap Bintang melindungi tubuh Kara dengan punggungnya supaya pecahan kaca itu tidak mengenai Kara.

Bintang berusaha menahan sakit karena tubuhnya terkena pecahan kaca dan hantaman keras ketika bus itu menghantam bangunan yang berada di samping jalan.

"Ra, kamu baik-baik aja, kan?" Tanya Bintang dengan nada getir tubuhnya terasa semakin lemas, kaki kanannya terjepit oleh kursi penumpang yang berada di depannya, Bintang berusaha melepaskan kakinya namun tetap saja tidak bisa karena tubuhnya yang lemas.

Kara menoleh ke arah Bintang, dia begitu terkejut melihat tubuh Bintang yang dipenuhi darah apalagi dari kepalanya yang bocor akibat serpihan kaca yang mengenai dahinya dari hantaman yang cukup kuat itu.

"Bintang," memeluk tubuh Bintang yang terlihat lemas dan perlahan tidak sadarkan diri.

Kini perasaannya campur aduk, Kara masih takut dengan kecelakaan tadi sekaligus cemas dengan keadaan Bintang, air matanya terus mengalir membasahi pipinya dia begitu khawatir, pria ini terluka gara-gara melindunginya.

Dalam kecelakaan ini ada satu korban jiwa yaitu sopir bus yang meninggal di tempat dan beberapa penumpang yang terluka parah termasuk Bintang dan sisanya hanya mengalami cidera ringan, Kara termasuk cidera ringan karena hanya tangannya yang sedikit terluka.

Bintang dibawa ke rumah sakit dan masuk ruang UGD untuk ditangani dokter, Kara berusaha mencari nomer om Ridwan dari ponsel Bintang dengan tangannya yang masih gemetaran. Setelah menemukan nomernya Kara langsung menelpon om Ridwan dan berharap om Ridwan mengangkat telponnya.

"Hallo, ada apa Bintang? Tumben nelpon"

"Hallo om, ini Kara, Bintang-" ucapannya terpotong karena Kara yang mendadak nangis.

"Kara, kamu kenapa?" om Ridwan merasa khawatir mendengar tangisan Kara.

"Bintang kecelakaan hiks..." ucap Kara dengan isak tangisnya.

"Om ke rumah sakit sekarang!" ucap Kara lalu menutup telponnya sepihak.

Kara duduk di bawah lantai dekat pintu UGD, memeluk lututnya dan berusaha menenangkan diri, baju seragam putihnya yang seketika berubah menjadi merah akibat darah Bintang yang terus menetes ke bajunya ketika Kara memeluk Bintang yang tidak sadarkan diri.

Bintang (Meteor)|[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang