7

155 33 2
                                    

Seulgi pun tiba di halte yang dekat dari apartemen milik Taeyong.
Rupanya Taeyong sudah menunggunya disana di atas motornya.

"Taeyong? Udah dari tadi? Maaf ya." Kata Seulgi yang segera menghampiri Taeyong setelah turun dari bus.

"Iya, lama banget." Ucap Taeyong bercanda.

"Ah ini gara-gara kak Suho!" Gumam Seulgi kesal.

"Yaudah gapapa. Ayo! Nih pake helmnya!" Ajak Taeyong.

"Kemana?"

"Udah ikut aja!"

Seulgi pun menuruti Taeyong.
Taeyong pun mengendarai motornya dan menuju sebuah tempat.

Sebuah pameran seni yang diselenggarakan di salah satu Museum ternama di Seoul.

Suatu tempat yang sudah lama ingin Taeyong kunjungi, namun tak pernah sempat karena pameran ini hanya diselenggarakan pada waktu terbatas dan waktu tertentu.

"Pameran?" Tanya Seulgi saat mereka tiba di lokasi.

"Hm, lu suka gak?" Tanya Taeyong antusias.

"Suka lah. Aku suka Yong."
Seulgi tak kalah antusiasnya.

Mendengar Seulgi entah mengapa membuat Taeyong tersenyum dan perasaannya begitu senang.
Ia tak menyangka Seulgi akan antusias.

Sejujurnya ia hanya ingin mengajak Seulgi agar ada yang menemaninya, namun rupanya Seulgi juga senang mengunjungi pameran.

"Coba kamu bilang mau kesini, Aku bakal bawa kameraku. Ahh..." Keluh Seulgi.

"Ah sorry, gue kira lu ga interest ke tempat ginian. Niatnya sih gue cuma pengen lu nemenin gue aja, soalnya baru sempet kesini." Sesal Taeyong.

"Aku suka lukisan ini. Ini favoritku. Ya walaupun ini bukan lukisan aslinya."

"The Starry night!" Ucap Seulgi bersamaan dengan Taeyong.

"Woah." Taeyong terkejut.

"Kau tau? Ini adalah salah satu karya Vincent Van Gogh yang begitu terkenal. Kisahnya pun menarik, karena saat itu Van Gogh membuat lukisan ini di rumah sakit." Kata Seulgi.

"Woah! Keren! Sekarang gue akui lu emang bener-bener tau soal seni." Taeyong memberi Seulgi acungan jempol.

Sambil berjalan menyusuri setiap titik-titik lukisan, mereka banyak bercerita soal seni.
Taeyong merasa nyaman karena baru kali ini ia merasa cocok untuk bercerita soal seni pada seseorang.

"Satu lagi, Aku juga suka sama salah satu lukisan dari Gustav Klimt. Kau bisa tebak?" Tanya Seulgi sangat antusias.

"Hm, Der Kuss?" Tebak Taeyong.

"Benar sekali, Der Kuss atau The Kiss. Kau tahu banyak tentang lukisan rupanya." Puji Seulgi dengan mengacungkan kedua jempolnya pada Taeyong hingga Taeyong tertawa lega.

"Kau tahu kan apa makna dari lukisan itu? Lukisan itu menggambarkan sepasang kekasih yang sedang ber... Ah Aku yakin kau mengerti." Ucap Seulgi malu.

"Bercinta? Kenapa? Lu malu nyebutnya?" Taeyong kembali tertawa menggoda Seulgi.

"Canggung tau. Ah lanjut yuk kesana! Disana ada lukisan karya Picasso kayanya." Ajak Seulgi.

Hari ini Taeyong benar-benar merasa senang.
Ia juga tidak tahu bagimana ia merasa dekat seperti ini dengan seseorang yang sangat ia benci dulunya.
Ia tidak menyangka bahwa Seulgi seorang gadis yang sangat menyenangkan, berbeda dari beberapa gadis yang telah ia pacari sebelumnya.

"Jangan bilang gue mulai tertarik sama ni cewek? Sadar Yong!" Batin Taeyong.

Sangat jarang menemukan seseorang yang memiliki hobi ataupun kesukaan yang sama dengannya.

Setelah melihat-lihat pameran Lukisan dari pelukis terkenal di dunia, mereka pun melanjutkan melihat-lihat pameran tembikar, dan yang lainnya.

"Udah puas belum?" Tanya Taeyong.

"Harusnya Aku yang nanya, soalnya Aku kan cuma nemenin kamu." Seulgi tersenyum.

"Ah iya, tapi berasa gue yang nganterin elu haha. Yaudah yuk ke rumah gue." Kata Taeyong.

"Hm? Ngapain?" Tanya Seulgi.

"Makan siang, makan di rumah gue aja. Terus ngapain kek gitu? Nonton? Abis capek banget kalau mau jalan lagi." Kata Taeyong.

"Ah iya juga. Yong boleh gak mampir ke toko alat tulis? Aku pengen unjukin gambarku ke kamu." Pinta Seulgi.

"Hmm, yaudah deh, pengen liat juga sehebat apa sih karya Van Seulgi ini. Abis kayanya lu pede banget mau liatin gambar lu ke gue." Ledek Taeyong.

Saat pulang dari pameran mereka pun mampir di toko alat tulis dan tempat makan.
Seulgi memesan Jjampong sementara Taeyong memesan Jjangmyeon dan Ubi manis sebagai cemilan.

"Makan dulu?" Tanya Taeyong.

"Iya, laper. Hehe." Kata Seulgi.

Seulgi pun memakan Jjampongnya sebelum ia beraksi di atas buku sketsa yang ia beli tadi.

"Aduh!"
Karena memakan makananan berkuah dan masih panas membuat kacamata yang Seulgi kenakan berembun. Ia harus melepas kacamatanya.

"Eh?" Taeyong terkejut saat menatap Seulgi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh?" Taeyong terkejut saat menatap Seulgi.

"Huh? Kenapa?" Tanya Seulgi.

"Kaget aja." Ucap Taeyong canggung.

Deg... Deg...

Melihat Seulgi tanpa kacamata pertama kalinya.
Seseorang yang selalu dipandang sebagai gadis cupu, seketika berubah menjadi gadis manis nan imut.
Entah mengapa membuat Taeyong berdegup melihatmya.

"Kenapa Yong?" Tanya Seulgi melihat Taeyong masih dengan kecanggungannya.

"Kaget, gue baru liat lu ga pake kacamata." Ucap Taeyong sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Yaudah Aku pake lagi."

"Gausah!
Kalau emang ga perlu lu pake, ya gausah dipake."

"Susah banget gue cuma mau bilang lu cantik Seul. Sial!" Batin Taeyong.

"Emangnya mata lu minus?" Tanya Taeyong.

"Hm, kalau boleh jujur sih nggak. Nih coba aja!"
Seulgi menyodorkan kacamatanya agar Taeyong mencoba.

"Terus kenapa?"

"Pengen dibilang kayak orang-orang pinter. Hahaha." Seulgi tertawa dan itu semakin membuatnya terlihat manis di mata Taeyong.

"Serius!"

"Iya, Aku pake kacamata udah dari SMP."

"Hmm cewek aneh..." Taeyong menghela nafas.

"Lu cantik." Ungkap Taeyong.

"Hah?"

"Gak ada siaran ulang. Udah cepetan diabisin makannya! Abis itu lu mau ngegambar kan?" Kata Taeyong.

"Ah iya iya."

Secret IdentityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang