22. Matinya Hati Nurani

219 47 14
                                    

"Seseorang pernah berkata, 'hidup itu singkat'. Awalnya aku tak setuju, sebab lebih dari seperempat abad telah kulewati dengan segala pencapaian luar biasadan akan terus begitu sampai tahun-tahun mendatang. Awalnya aku menganggapnya sok bijak, tapi kini aku harus mengamini petuahnya. Dia benar, hidup itu singkat. Kebahagiaan, kekayaan, kesuksesan, ketenaran, kepedihan, semuanya singkat. Tak ada yang benar-benar bertahan dalam keabadian. Begitu pun dengan kejahatan.

"Selama masih ada manusia yang menggunakan hati nuraninya untuk menjalani hidup, kurasa kebenaran masih bisa berkuasa. Dan aku bersyukur karena semesta mempertemukanku denganmu di sisa hidupku. Lewat sepasang matamu, Tuhan menjawab segala keraguan dan ketakutanku tentang kematian Dusan. Juga kematianku suatu hari nanti.

"Aku kira, dunia akan selamanya bungkam, membiarkan kami hilang ditelan peradaban. Aku kira, takkan ada satu pun yang memperjuangkan kisah kami. Hingga akhirnya, kau hadir dengan serentetan tanya yang tak pernah terbesit dalam benakku. Kau hadir dengan pemikiran kritis dan kecurigaan yang begitu besar. Bahkan kau sadar dengan rasa takut yang kusembunyikan hanya dengan melihat gesturku yang samar. Merci.

"Sebagai tanda terima kasihku, aku akan menjawab rasa penasaranmu. Tapi sebelumnya, izinkan aku memberi saran: jangan melangkah sendirian jika ingin menang. Sebab 'dia' yang datang ke apartemen Dusan malam itu lebih berbahaya dari yang kau kira. Dia manipulatif. Hitam diubahnya jadi putih. Benar diubahnya jadi salah. Korban diubahnya jadi tersangka. Cinta dipermainkannya, dan semua itu dia lakukan tanpa kita sadari.

"Dengan jumawanya ia menyebut dirinya sebagai Seigneur dan menghalalkan segala cara untuk menguasai dunia. Tidak, aku tidak berlebihan. Aku bicara yang sejujurnya, Corin. Ambisinya benar-benar untuk menguasai dunia dengan menjadikan kami sebagai tumbal.

"Pun malam itu. Aku tak sadar telah dijadikan pion caturnya. Setiap langkahku, bahkan tutur kataku berada dalam kendalinya. Kebebasanku dalam berpendapat direnggutnya dan dogma-dogma sesat dijejalkannya nyaris setiap hari. Aku harus merasakan sesaknya tercekik separuh dosa yang tak kulakukan. Hingga rasanya, menyusul Dusan adalah opsi terbaik untuk terlepas dari belenggunya.

"Ditengah ketakutan demi ketakutan yang menghantuiku siang dan malam, Tuhan mempertemukanku denganmu sesaat setelah menjalani pemeriksaan kedua di kantor polisi. Tatapan penuh kecurigaan yang kau layangkan hari itu menjadi titik balik untukku. Membuatku yakin untuk menyusul ayahku yang berada di tahanan sekaligus menebus dosaku pada Dusan-sosok yang begitu kucinta, tapi harus meregang nyawa akibat kebodohanku.

"Jika mengikuti skenario awal, aku hanya perlu melontarkan alibi yang telah ia rangkai untuk menjawab setiap pertanyaan yang kuterima. Apalagi, posisiku diuntungkan dengan kemunculan Felix malam itu. Akan tetapi, kegigihanmu menggugah hatiku. Berita demi berita yang kau tulis mengundang keberanianku, hingga aku memutuskan untuk menyerahkan diri ke polisi dengan harapan kau semakin menaruh minat dan menyelidikinya lebih dalam.

"Dan rencanaku berhasil. Kita benar-benar dipertemukan, tetapi dalam kondisi yang tak memungkinkan. Sebab detik dimana aku menyerahkan diri, aku sedang menggali kuburanku sendiri. Statusku bukan lagi pionnya, melainkan santapan empuk untuknya.

"Meski begitu, aku tak pernah menyesal. Setidaknya, dengan mempertaruhkan nyawa, aku telah menebus kesalahanku pada Dusan sekaligus melindungi sahabat karibnya, Felix.

"Corin, aku benar-benar bersyukur bisa mengenalmu walau hanya sekejap. Dari lubuk hati terdalam, aku ucapkan terima kasih ... terima kasih sudi mendengarkan sekelumit kisahku. Terima kasih telah memperjuangkan kebenaran dengan caramu.

"Terima kasih karena tidak menyerah ditengah rumitnya kasus yang kau hadapi, juga minimnya dukungan dari berbagai pihak. Aku tahu, banyak tangan tak kasatmata yang bisa meluruhkan ambisimu kapan pun. Banyak sosok yang akan menjegal langkahmu, karena sejak awal, kematian Dusan telah di-setting sebagai kasus yang akan hilang ditelan isu-isu baru. Bahkan, kalau boleh jujur, ada 'lingkaran setan' dibalik kematian Dusan.

Sacrifice Of Sacred [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang