13

3 0 0
                                    

Author pov

Adzana baru saja keluar dari kelasnya setelah bunyi bell istirahat.

Adzana berada di kelas 11-3, otak nya tidak terlalu pintar untuk menerima pelajaran.

sedangkan si pintar Irham dan Fadi di kelas 11-1, Berlian di kelas 11-2.

karena sering bolos Adzana juga tidak terlalu mengenal teman sekelas nya, karena Adzana jarang masuk, dia juga duduk sendiri di kursi paling belakang. tidak masalah bagi Adzana, dia bisa tidur disana tanpa dilihat guru.

"Zaaa!!!" suara teriakan Berlian terngiang di koridor sekolah.

Adzana hanya terus berjalan santai, sambil melihat Berlian yang berlari ke arahnya.

"Zaa.. gue nyariin lo tau!" ucap Berlian saat berhasil menghampiri Adzana.

"kenapa nyari gue?" tanya Adzana dingin, seperti biasa.

"mau makan bareng" Berlian tetap tersenyum riang.

"kenapa ga sama Fadi?"

"sama Fadi juga, dia lagi nunggu dikantin sama Irham.."

langkah Adzana terhenti ketika mendengar nama Irham, Adzana ingin menjauhi Irham untuk sementara, itulah yang membuatnya tidak datang ke sekolah beberapa saat setelah pulang dari jogja.

Adzana merasa perasaan nya mulai aneh, saat melihat Irham.

"kenapa berhenti?" tanya Belian bingung.

"gue mau cabut aja"

"hah? cabut kemana?"

"keluar sekolah lah!"

"ini kan masih jam sekolah"

"terus?"

"ntar lo di marahin bu Wati"

"udah biasa"

"Adzana iihh.. gaboleh gituu"

Adzana berputar balik ingin mengambil tas nya.

"Zaaa!!! awaass!!!" lagi-lagi teriakan Berlian menggelegar.

lengan Adzana terkena lemparan bola basket dengan cukup keras, membuat nya hampir saja terjatuh, untuk saja dia bisa menahan nya.

wajah Adzana memancarkan kemarahan.

"lo gapapa?? sorry yahh.." seorang laki-laki menghampiri Adzana.

"Adzana lo gapapa?!! baju lo kotor Zaa.." Berlian histeris.

"gapapa" jawaban singkat Adzana untuk pertanyaan mereka berdua.

"Kak Gean gimana sih?! kok bola nya bisa kena Adzana.." Berlian mengomeli Kakak kelasnya itu, yang tak lain Argean Prajaya, mantan ketua osis, sebelum Irham.

"iya Li.. gue ga sengaja"

"maka nya kalo main basket tu pelan-pelan aja, lapangan nya kurang gede apa kak??"

"iya.. iya.. maaf.."

Adzana pergi meninggalkan Berlian dan Gean yang sibuk berbicara.

"ehh.. mau kemana?!" panggil Gean  pada Adzana, namun Adzana tidak perduli.

"gara-gara Kak Gean kan.. Adzana jadi pergi dehh.." ucap Berlian yang juga akan berlalu pergi, namun Gean mencegah.

"ehh Li.. itu yang nama nya Adzana ya??"

"siapa lagi emang? masa hantu"

"bukan.. gue kirain dia udah keluar sekolah atau gimana gitu soalnya gue ga pernah liat dia di sekolah"

"Adzana kan Ratu bolos"

"hah?"

"hah?!"

"Ratu bolos gimana?"

"ya sering bolos gitu Kak.."

"dia kelas apa?"

"11-3"

"lo punya nomer nya ga?"

"punya"

"gue minta"

"buat apa??!"

"ya buat di hubungin lah Lii!!"

"ga ah.. ntar Adzana marah lagi, serem tau Adzana kalo marah.. ntar jurus karate nya keluar!"

"dia belajar karate?"

"udah senior sih kata nya"

Gean mengangguk-angguk seperti mengiyakan seolah mengerti ucapan Berlian.

"udah ya Kak.. gue laper banget nih.."

"nomer nya Adzana dulu!"

"Kak sumpah gue berani deh.."

"gue ga bakal bilang dari lo"

Berlian menatap Gean bingung, satu sisi dia ingin cepat pergi ke kantin, disisi lain dia takut leher nya di patah kan Adzana.

"udahh.. gapapa.. gue yang tanggung jawab"

"bener ya Kak! awas sampe gue di apa-apain Adzana"

"tenang aja.."

"beneran Kak!!"

"yaelah.. iyaa!! buruan!!"

dengan berat hati Berlian pun mengambil ponsel nya dan memberikan nomor telfon Adzana pada Gean.

.
.
.

"ayy lama banget sih.. loh kata nya manggil Adzana? mana Adzana?" pertanyaan berturut-turut Fadi tidak di hiraukan Berlian.

Berlian hanya duduk di samping Fadi dengan tatapan lurus kedepan, mengambil nafas panjang dan menghembuskan nya kuat.

Irham yang duduk di hadapan Fadi ikut memperhatikan sikap Berlian yang aneh.

"kenapa sih ayy??"

"kaya nya bentar lagi leher aku bakal di patahin Adzana deh.. huaaaa takuutt!!"

"eh.. eh.. kenapa sih?? yang jelas ayy kalo ngomong"

"jadi waktu aku mau ngajak Adzana ke sini dia tiba-tiba mau keluar sekolah,. terus waktu mau balik Adzana kena bola basket.."

"Hahh?? Adzana pingsan?" Fadi tidak sabar mendengar cerita pacar nya itu.

wajah Irham juga nampak khawatir namun dia tidak bergeming.

.
.
.
.
.

bersambung!!!

Pretty SavageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang