26

1 0 0
                                    

hari ujian kenaikan kelas pun di mulai.

Adzana mengerjakan soal dengan baik, semalam Irham sudah memberikan beberapa soal yang mungkin akan keluar, dan Adzana mempelajari nya.

ternyata soal dari Irham lumayan banyak yang keluar.

.
.
.

saat jam istirahat, seperti biasa Adzana makan di kantin sekolah bersama Berlian. mereka sudah semakin dekat.

"Zaa.. gue duluan ya" ucap Berlian tiba-tiba.

"loh.. kenapa?" tanya Adzana bingung.

"gue mau ke perpus, ada buku yang lupa gue balikin" Berlian berlalu pergi begitu saja.

saat Berlian dengan cepat berjalan melewati Irham yang berjalan beriringan dengan Fadi, Adzana tersadar kalau Berlian sedang menghindari Fadi.

Irham berjalan mendekat ke meja Adzana sambil tersenyum. Adzana membalas canggung senyuman itu.

Fadi yang tidak terlalu perduli langsung duduk di hadapan Adzana.

"mang! bubur ayam 2 ya" ucap Fadi agak keras pada mang ujang, pedagang di kantin sekolah.

"siapp!!" mang ujang membalas tidak kalah keras.

"gimana soal nya tadi? bisa?" tanya Irham yang sudah duduk di samping Fadi, tentu saja pertanyaan nya di tujukan untuk murid les privat nya, Adzana.

"bisa ga kalo ga bahas pelajaran? capek banget, udah les sama lo tiap hari di kasih soal, di sekolah ujian ngerjain soal, masa istirahat juga harus bahas soal?" grutu Adzana kesal.

selama ujian kenaikan kelas, Irham mengajar Adzana setiap hari saat malam, dia sudah ijin dengan Mama Shena untuk sementara tidak bekerja dan ingin fokus ujian, dengan alasan takut beasiswa nya akan di cabut. tentu saja Mama Shena dengan senang hati mengijin kan Irham, karena Irham sudah dianggap sebagai anak nya sendiri.

Irham tidak menanggapi grutuan Adzana, malah tersenyum melihat tingkah Adzana.

"gue ga fokus banget ujian ini deh.. pikiran gue kemana-mana" ucap Fadi dengan wajah kusut yang sering terlihat belakangan ini.

Adzana dan Irham saling menatap, bingung menanggapi ucapan Fadi, mereka tau betul apa yang membuat Fadi seperti ini, tapi mereka juga tidak berhak terlalu mencampuri urusan pribadi Fadi dan Berlian.

"mas Fadi.. mas Fadi.. kok tiap hari muka nya muram terus, padahal dulu ceria bucin sama neng Berlian" ucap mang Ujang sambil mengantarkan bubur ayam pesanan Fadi dan Irham.

"udah ilang mang Fadi yang dulu tenggelem, saya kembaran nya" Fadi membalas ucapan mang Ujang.

"jangan gitu atuh, yang ceria dong, kaya mamang.. hehe"

"udah mang, Fadi lagi dapet jadi emang gitu, makasih ya mang" Irham mengucapkan kata-kata aneh.

"lah.. ada-ada aja mas Irham ganteng" ucap mang Ujang lalu pergi.

"gue belik ke kelas dulu" ucap Adzana lalu beranjak.

"semangat ya, Zaa" ucap Irham sambil tersenyum pada Adzana.

Adzana merasa bingung, memang akhir-akhir ini sikap Irham menjadi aneh, tidak seperti diri nya yang datar dan dingin.

.
.
.

"nihh!!" uluran seseorang memberikan permen pada Adzana yang sedang asyik duduk di depan kelas nya sambil memainkan ponsel.

Adzana menatap orang yang memberi nya permen, ternyata Gean seperti biasa dengan senyuman lebar nya, dia selalu tersenyum selebar itu saat melihat Adzana.

"ngapain lo disini? bukan nya anak kelas 3 libur ya?" ucap Adzana bingung.

beberapa minggu yang lalu memang kakak kelas nya melakukan ujian nasional, dan saat ini mereka libur, menunggu pengumuman kelulusan.

"emang, gue lagi latihan basket, sebulan lagi mau tanding" Gean duduk di samping Adzana sambil memakan permen yang tadi mau diberikan pada Adzana.

"lo kan mau lulus, kok ikutan tanding basket?"

"emang nya kenapa?"

"ya aneh aja, harus nya kan lo fokus ujian terus masuk kuliah"

"semua bisa di atur, lagian kalo gue ga ikut pelatih takut tim kita kalah, ga ada yang main sebagus gue"

"idiiihh sombong banget lo!"

"itu kenyataan nya"

"menurut lo sendiri"

"serius gue"

"yaudah"

"lo ga percaya?"

"ga"

"yaudah kalo gitu bulan depan lo nonton gue tanding, pasti lo tau kemampuan gue yang ga dimiliki orang lain"

"males"

"lo takut terpesona sama gue?"

"terserah sama pemikiran lo yang ke-pe-de-an itu, gue ga perduli" Adzana beranjak dari kursi.

"Zaa.. tapi gue beneran suka sama lo" Gean memegang pergelangan tangan Adzana.

"ya terserah lo" Adzana melepaskan genggaman tangan Gean dan masuk ke dalam kelas nya.

.
.
.
.
.
.

bersambung!!!

Pretty SavageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang