Adzana duduk di kantin bersama Berlian. entah sejak kapan mereka mulai berteman dekat hingga sering bersama.
Adzana tidak pernah berteman karena dia jarang masuk sekolah, sering bolos.
"hai Zaa.." tiba-tiba seseorang duduk di kursi di hadapan Adzana.
Adzana menatap orang itu bingung.
"Kak Gean ngagetin aja!" gerutu Berlian.
orang yang duduk di hadapan Adzana adalah Gean, Kakak kelas Adzana dan Berlian.
"Za.. lo mau ga nonton sama gue?" ucap Gean tidak perduli dengan gerutuan Berlian.
Adzana terus menyantap makanan nya tidak perduli dengan pertanyaan Gean.
"Kak.. lo suka ya sama Adzana?" tanya Berlian yang membuat Adzana menatap marah ke Berlian.
"iya.. gue suka sama Adzana.. dia keren banget waktu nampar Irham" ternyata Gean ada saat kejadian Irham salah paham sampai membuat Adzana marah dan menampar Irham waktu itu.
"cieeee...." Berlian tampak memprovokasi.
Adzana beranjak dari tempat duduk nya, dan ingin pergi. tapi Gean memegang tangan Adzana.
Adzana malah balik memegang dan memutar tangan Gean, membuat Gean meringis menahan sakit, Adzana pun melepas tangan Gean.
"mau ya nonton sama gue?"
"sorry!! gue sibuk!"
"yaudah makan malem gimana?"
"sorry!" Adzana melangkah pergi di ikuti Berlian.
ternyata Irham memperhatikan mereka dari jauh sedari tadi.
.
.
."Zaa.. lo kenapa sih ga mau di ajak pergi sama Kak Gean?"
"males"
"itung-itung refreshing kali, Zaa.. kan lo sekarang udah ga boleh ke tempat karate sama bokap lo, kalo pergi sama temen boleh dong?"
"ga minat gue, lo aja kalo mau!"
"gue kan udah punya Fadi"
"yaudah!"
"tapi kaya nya kak Gean beneran suka deh sama lo, Za.."
Adzana tidak perduli, hanya terus berjalan menuju kelas nya di ikuti Berlian di samping nya.
"lo udah pernah pacaran?"
Adzana menggeleng.
"yampun.. Zaa... masa udah 17taun belom pernah pacaran"
"emang 17taun udah harus pernah pacaran?"
"ya egak sih, tapi kan.."
"mending lo balik arah deh"
"hah? kenapa?"
"kelas lo arah nya ga kesini"
"oh iya" Berlian langsung balik arah dan berjalan cepat menuju kelas nya, karena jam pelajaran akan segera di mulai.
.
.
.
.Adzana berdiri di gerbang sekolah menunggu mang Asep mengjemput nya.
"haii" Gean menyapa Adzana sambil duduk diatas motor nya.
Adzana yang tidak suka di ganggu pun berusaha mengalihkan pandangan nya.
"mau pulang bareng gue ga?" Gean bukan seorang laki-laki yang mudah menyerah tampak nya.
Adzana masih tidak ingin menjawab.
ponsel Adzana bergetar, panggilan dari Ayah.
"Hallo Yah.." ucap Adzana saat menerima panggilan.
"Za.. mang Asep nganter Ayah ke bandara, Ayah harus ke singapore sekarang"
"hahh? ngapain?"
"ada urusan kerjaan, om Denis mau nemenin kamu dirumah selama Ayah pergi"
"om Denis?? Adzana ga mau sama om Denis!!"
"jangan gitu, om Denis juga yang jemput kamu pulang sekolah.. udah dateng om Denis?"
"ga ada"
"tunggu aja.. nanti biar Ayah telfon.. kamu jaga diri baik-baik yaa.. jangan lupa nanti malam Irham dateng buat ngajarin kamu"
"iya Yah.."
"yaudah.. bye sayang"
"bye Ayah.. hati-hati ya"
"siapp"
Adzana mematikan sambungan telfon.
Gean masih di depan Adzana, dengan tersenyum di atas motor nya.
Tiinnt!!!!
suara klakson mobil Ferrari putih mengaget kan semua orang di sekitar gerbang sekolah.
mobil itu berhenti tepat di sebelah motor Gean. kaca mobil itu terbuka.
ternyata om Denis yang sedang menyetir mobil itu, setelah mengedipkan sebelah mata nya pada Adzana, om Denis memberi isyarat untuk Adzana segera masuk ke dalam mobil nya.
Adzana berjalan melewati motor Gean menuju mobil om Denis.
setelah Adzana masuk kedalam mobil Ferrari nya, om Denis langsung melajukan mobil nya.
"pacar kamu?" tanya om Denis saat di perjalanan.
"hah?! yang mana?"
"yang naik motor di depan kamu tadi"
"bukan"
"terus siapa?"
"ga tau!!"
"kamu punya pacar?"
"ngga"
"kenapa?"
"ya gapapa, udah ah om Denis nyetir aja ga usah banyak nanya!!"
"gitu aja marah"
Adzana tidak menanggapi om Denis, dia membuka ponsel nya dan berselancar di instagram.
.
.
.
.bersambung!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Savage
Romancekisah cinta fresh ala anak remaja menuju dewasa. Adzana, gadis bebas ahli karate. kebiasaannya yang bebas sulit membuatnya terkekang dengan peraturan, meskipun itu adalah peraturan sekolah, bukan hal mudah baginya untuk mentaati peraturan. dia sudah...