"duduk, Za" Irham mempersilah kan Adzana untuk duduk di kursi kayu tempat Irham dan Shena sebelum nya duduk.
dengan malas Adzana pun duduk.
"mau minum?" tawar Irham.
"ga"
"makan"
"ga usah!"
"yaudah"
"cepet cerita!"
"cerita apa?"
"gue balik deh, Ham!"
"iya.. iya.. becanda doang" ucap Irham sambil menahan tawa nya.
"ada yang lucu?"
"ga ada"
"kenapa lo senyum?"
"pengen aja"
"dasar gila!"
Irham mengambil anggur di meja depan Adzana lalu memakan nya.
"buruan cerita, kalo ga gue pergi!"
"jadi waktu itu Berlian lagi di ruang persediaan barang di kafe sama Shena, dia cerita kalo butuh uang 150juta buat ibu nya sakit"
"ibu nya sakit?"
"dia ga mau bilang ke siapa-siapa karna takut ngerepotin dan ga mau ngebebanin orang lain"
Adzana mengangguk-angguk berusaha mengerti.
"tapi Fadi denger, karena waktu itu dia emang dateng ke kafe dan udah biasa gitu, jadi gue anter dia buat ke tempat persediaan ketemu Berlian.. Fadi berusaha buat bantu Berlian tanpa sepengetahuan Berlian"
"kenapa?"
"ya kalo dia bilang pasti Berlian akan nolak"
"iya sih"
"lo tau kan Berlian beberapa hari kemaren keliatan capek banget, dia kerja di kafe pulang sekolah abis itu kerja di tempat loundy sampe pagi"
"yampun"
"itu juga yang buat Fadi ga tega liat Berlian"
"terus masalah nya apa? kan Berlian ga tau Fadi yang bantuin"
"masalah nya Berlian akhir nya tau"
"kok bisa?"
"gue juga kurang ngerti sih, soal nya Fadi cuma bilang kalo Berlian mutusin dia karena kecewa Fadi diem-diem bayarin biaya operasi ibu nya"
"gue ga paham deh sama pemikiran Berlian"
"gue paham"
"ya kenapa harus sampe putus? niat Fadi kan baik"
"tapi niat baik Fadi bikin dia kecewa"
"kenapa?"
"yang ngerti cuma orang susah, gue jelasin juga lo ga bakal ngerti"
"lo ngehina gue!"
"inti nya.. kita sebagai orang susah itu ga suka merasa jadi beban orang lain, jadi semacam gengsi gitu lah!"
"kalo butuh kenapa harus gengsi?!"
"kita ga nyaman sama pemberian cuma-cuma orang lain, kita ngerasa di rendahin"
"meskipun yang ngasi tulus dan ga ada niat ngerendahin sama sekali???"
Irham mengangguk, meng-iya kan ucapan Adzana.
"ribet banget sih"
"udah gue bilang lo ga bakal ngerti"
"sorry"
"it' oke, Fadi juga ga ngerti maka nya gini"
"jadi harus nya gimana? harus nya Fadi ga bantu Berlian? terus kalo ibu nya Berlian kenapa-kenapa gimana?"
"sebener nya yang Berlian butuh itu cuma support dari Fadi, dan Berlian juga pasti pengen nyelesai-in permasalahan hidup nya sendiri tanpa bantuan apa lagi materi dari siapa pun"
"kesimpulan gue, berati gengsi Berlian terlalu tinggi, sampe ga mau nerima bantuan dari siapa pun"
"wajar"
"maksud nya??"
"gue sebagai temen nya Fadi aja sering di bilang numpang ke Fadi, apa lagi Berlian yang pacar nya, dan kita ga nyaman sama omongan itu, kita ga mau memanfaat kan uang Fadi seperti yang orang lain bilang"
"jadi??"
"ya yang kita punya sebagai kebanggaan bisa bertahan sama Fadi ya gengsi kita itu, kita bisa buktiin ke orang lain kalo kita sama Fadi tulus ga manfaatin keadaan nya"
"penting banget harus di buktiin?"
"kita ga punya apa-apa selain harga diri, Za.."
"oke.. gue ngerti"
"beneran ngerti?"
"berusaha ngerti sih"
"ya inti nya gitu sih"
"thanks udah ngasi tau gue"
"sama-sama"
"gue balik ya"
Irham mengangguk.
Adzana pun pergi.
padahal di hati Irham masih banyak pertanyaan. dia sangat penasaran dengan hubungan Adzana dengan Trian dan Gean.
sebenar nya Irham tadi mengdengar percakapan Adzana dan Shena. dia juga tersenyum geli mendengar pertanyaan Adzana pada Shena, kalau Adzana mengira Shena dan Irham punya hubungan.
.
.
.
.
.
.bersambung!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Savage
Romancekisah cinta fresh ala anak remaja menuju dewasa. Adzana, gadis bebas ahli karate. kebiasaannya yang bebas sulit membuatnya terkekang dengan peraturan, meskipun itu adalah peraturan sekolah, bukan hal mudah baginya untuk mentaati peraturan. dia sudah...