4

16 0 0
                                    

Irham pov

"ham.. Lita keluar dari pengisi acara ultah sekolah" ucap Gery anak ekskul musik.

"kenapa?"

"dia ga mau nyanyi lagu yang di rapatin sama Adzana kemaren, dia ga ikut rapat tapi di tunjuk buat tampil"

"ya omongin sama Adzana lah"

"dia ga masuk"

"kemana?"

"yaelah ham, kaya baru kenal Adzana aja, kalo dia ga masuk udah pasti bolos"

"yaudah biar gue yang ngomong"

"oke"

.
.
.
.

"ham, itu spanduk kemaren kan udah gue bilang, gue ga setuju, kok lo mau acc aja sih?" kali ini giliran Ajeng mendatangiku dengan tatapan sangarnya.

"gue belom acc kok"

"nih! Adzana katanya yang tanda tangan kemaren sebagai wakil lo, dan kemaren langsung dipesen, gue ga suka ya ham, gue kaya ga dihargai ngasih pendapat"

"kenapa ngomong ke gue? kenapa ga ngomong sendiri  sih sama Adzana?" aku juga ikut tersulut emosi, sedari tadi yang mendatangiku hanya orang protes karena ulah Adzana.

"kalo gue tau, udah gue bilangin lah tu anak, lagian lo juga sih, anak kaya gitu jadi wakil ketua, jadi gini kan! pokoknya ga mau tau kita rapatin lagi masalah spanduk! dan lo yang cancel"
Ajeng pergi begitu saja, tanpa perduli aku yang juga sangat ingin marah.

apa sih yang dilakukan Adzana sampai mengacaukan semuanya kaya gini.

memang benar ucapan Ajeng, Adzana ga pantes jadi wakil ketua panitia acara ini, malah bikin ribet.

dari kejauhan mataku menatap orang yang semakin membuatku ingin marah.

yah, Adzana baru terlihat, ini sudah pukul 10, dan dia baru datang sekolah, dasar anak tidak tau aturan.

"hei, ham.. lo udah sembuh?" sapa Adzana dengan senyuman diwajahnya.

aku masih dengan emosiku.

"gue baru ga masuk 3hari ya Adzana, tapi selama 3hari yang lo buat kekacauan!!"

wajah Adzana menerka maksud ucapanku.
"maksud lo apa sih?"

aku malas berdebat, aku memilih untuk pergi.

tapi tangan Adzana mencegahku, dia meminta penjelasan, yang ku fikir aku tidak perlu menjelaskan.

"maksud lo apa??" tanya Adzana lagi.
"apa ham?!" kali ini Adzana menekan ucapannya.

"lo yang udah buat kekacauan, harusnya lo yang ngerti!!"

"lo jelasin ke gue? maksud lo apa? gue ga ngerti!"

"anak yang suka bolos kaya lo mana ngerti, disiplin buat diri sendiri aja lo ga bisa"

"eh, lo ga usah muter-muter ya, yang jelas maksud lo apa?!"

"ngapain lo sekolah? udah bolos dari pagi sekalian aja ga usah masuk! dan ga usah ikut-ikutan jadi panitia acara sekolah! karena lo ga mampu!"

plak!!! tamparan keras dari tangan lembut Adzana mendarat bebas di wajahku.

tamparan yang membuatku terhuyung hampir jatuh kelantai.

seluruh mata menatap kami.

aku berbalik ingin pergi, tapi lagi lagi tangan Adzana mencegahku.

"gue fikir lo anak yang pinter dan pendiem, ternyata lo cuma banci yang suka bacot!" ucap Adzana lalu pergi.

.
.
.
.
.

Pretty SavageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang