Adzana melajukan motor nya menuju sekolah, sebelum nya dia sudah mencari Berlian di toko buku yang biasa Berlian kunjungi, tapi dia tidak ada disana.
Adzana berhenti di depan gerbang sekolah, Adzana melihat mobil Fadi yang terparkir sembarangan di depan gerbang.
tentu saja gerbang sekolah di kunci, ini kan liburan.
Adzana turun dari motor nya dan membuka helm nya. Adzana bersiap memanjat gerbang sekolah.
"turun!!" sebuah suara mengagetkan Adzana.
entah dari mana tiba-tiba saja ada Irham disana. Adzana pun mengurungkan niat nya untuk memanjat gerbang sekolah, padahal dia sangat mahir melakukan nya, bagaimana tidak, Adzana kan langganan terlambat dan bolos, keluar masuk sekolah dengan cara memanjat adalah keahlian nya,tapi itu dulu, belakangan Adzana sudah menjadi anak yang baik.
Irham membuka kunci gerbang sekolah.
"dari mana lo dapet kunci gerbang sekolah?" tanya Adzana penasaran.
"dari penjaga asrama"
setelah berhasil membuka kunci Irham langsung masuk ke dalam sekolah, di ikuti Adzana.
"lo dari asrama?" tanya Adzana yang masih penasaran.
"kenapa sih? mau tau banget?"
"nanya doang! aneh aja lo tiba-tiba nongol"
Irham tidak menjawab, membuat Adzana sedikit kesal, juga membuat Adzana bingung, kadang senyum2 ga jelas, kadang banyak omong, kadang kayak es.
mereka berjalan menyusuri lorong sekolah yang sepi, itu sedikit menakutkan, apa lagi cuaca sedang medung, dan sebentar lagi senja.
Adzana sedikit merinding, Adzana memang tidak takut apapun kecuali gelap, entahlah, suasana hati nya tidak nyaman saat di tempat gelap.
Irham berjalan cepat memperhatikan ruangan-rangan yang mungkin ada Berlian.
"Hamm.. pelan-pelan kenapa?!" keluh Adzana yang susah mengimbangi jalan cepat Irham.
"ga ada yang nyuruh ngikutin gue juga, mending lo cari di tempat lain"
"kalo gue berani udah gue lakuin dari tadi"
"lo takut?" Irham mengalihkan pandangan nya pada Adzana, tatapan datar penuh arti.
Adzana memalingkan wajah, kesal dengan pertanyaan Irham yang terdengar mengejek.
"buruan cari!! keburu malem!! mau hujan juga!" ucap Adzana kesal.
"ngomel doang, ga berani sendiri"
"sialan"
Irham di ikuti Adzana berjalan menuju belakang sekolah.
langkah mereka terhenti saat melihat Berlian dan Fadi sedang bicara, lebih seperti bertengkar.
"lo egois banget, Li!! lo ga mikirin gimana perasaan gue liat lo tiap hari berangkat sekolah dengan keadaan kurang tidur!!" ucap Fadi dengan amarah.
"iya!! gue udah bilang kan!! semua salah gue! gue salah kenapa gue miskin sampe ga bisa bayar pengobatan nyokap gue!! salah gue karna gue kerja keras sana sini padahal juga ga bakal cukup bayar rumah sakit!!" ucap Berlian dengan air mata yang jatuh membasahi pipi nya.
ucapan Berlian penuh dengan rasa sakit, sedangkan ucapan Fadi penuh dengan amarah.
Irham sedikit menjauh menghubungi Shena untuk memberi tau adik Berlian bahwa Irham sudah menemukan Berlian.
hujan tiba-tiba turun, Irham menarik Adzana untuk menjauh agar tidak terkena hujan.
"ga denger nih mereka ngomong apa" keluh Adzana.
"buat apa juga lo denger?!"
"buat tau lah"
"lo ternyata kepo banget ya"
"ini kali pertama gue perduli sama orang lain selain keluarga gue, tapi malah dibilang kepo"
"ada sesuatu yang lo ga perlu perduli"
"contoh?"
"ya urusan pribadi orang lain"
"meskipun lo muak dan pengen bantu biar cepet selesai??"
Irham mengangguk.
"salah gue nanya lo, lo kan juga ga pernah perduli sama orang lain"
Irham memandang Adzana tak percaya dengan apa yang dikatakan Adzana pada nya.
Adzana malah menaikan alis nya seolah membenar kan ucapan nya sendiri.
"gue bukan ga perduli tapi gue menghormati kehidupan pribadi mereka, kalo mereka ga menyuruh gue ikut campur ngapain gue ikut campur?" jelas Irham.
"ya masa Fadi harus bilang 'Ham, bantuin gue dong balikan sama Berlian, gue cinta banget sama dia'"
"ya bisa aja, kenapa egak?"
"ya emang bisa, tapi lo pasti ga mau"
"lo kok kaya lebih tau gue dibanding diri gue sendiri ya?"
"itu kan menurut penglihatan gue"
"lo salah"
"jadi lo bakal bantu Fadi kalo dia minta?"
"gue bakal pikirin dulu"
Adzana menghembuskan nafas kesal "emang kalo orang keseringan mikir tu apa-apa harus dipikirin dulu"
"dari pada asal terus salah?"
"ga semua hal bisa nunggu lo mikir"
.
.
.
.
.
.bersambung!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Savage
Romancekisah cinta fresh ala anak remaja menuju dewasa. Adzana, gadis bebas ahli karate. kebiasaannya yang bebas sulit membuatnya terkekang dengan peraturan, meskipun itu adalah peraturan sekolah, bukan hal mudah baginya untuk mentaati peraturan. dia sudah...