5

13 0 0
                                    

Adzana pov

tanggal 23 agustus hari yang seharusnya untuk mengenang kepergian Ibu.

namun seseorang bernama Irham Dimas Prasetya membuat hari ini menjadi hari yang sangat menyebalkan.

"Za? belom mau pulang? udah jam setengah 8" ucap Kak Trian menyadarkan aku yang sedang asyik dengan samsak tinju.

"duluan aja Kak" jawabku.

"gue anter lo balik, lo ga bawa motor kan?"

"gue naik ojek aja"

"udah sama gue aja, lagian kasian tu samsak kalo bisa nangis udah banjir ini dari tadi"

ucapan Kak Trian menyadarkanku bahwa aku sudah meninju samsak dari sejak aku datang kesini sebelum matahari terbenam.

.
.
.
.
.
.

aku sampai di depan rumahku, terlihat mobil ayah sudah terparkir digarasi, tumben batinku.

"Kak, mau mampir?" tanyaku pada Kak Trian.

"emang boleh?"

aku mengerutkan dari "kalo ditanya itu ya berati boleh"

"iya.. iya.. galak amat"

"lagian lo kak, bikin gue tambah emosi aja"

"oya lo belom cerita loh, kenapa lo emosi hari ini"

"Zaa!" suara berat khas Ayahku terdengar disela obrolan ku dengan Kak Trian.

"Ayah, tumben udah pulang?" ucapku menyindir.

Ayah tidak menjawab malah menatap Kak Trian tajam.

Ayah memang tidak suka dengan Kak Trian karena gayanya yang nyentrik terkesan urakan padahal aslinya baik.

"maaf om, saya cuma anter Adzana pulang aja kok, udah malem, saya permisi dulu om" pamit Kak Trian lalu pergi.

"Ayah apa-apaan sih ngeliatin Kak Trian kaya gitu" kesalku sambil masuk kedalam rumah.

"emang ada yang salah dari cara ngeliat Ayah?"

"jelas salah, Ayah keliatan ga suka banget sama Kak Trian"

"emang Ayah ga suka sama dia"

"Ayah ga boleh kaya gitu, ga suka sama orang dengan alasan yang ga jelas"

"apanya yang ga jelas? jelas-jelas Ayah ga suka sama penampilan dia dan cara dia ngomong ga sopan"

"penampilan itu urusan dia dong Ayah, siapa Ayah berhak nilai penampilan dia, daan! ngomong nya udah sopan kok menurut Adzana"

"tentu Ayah berhak menilai karena dia udah berani deket-deket anak perempuan satu-satunya Ayah, daan!! kalo sopan harusnya turun dari motor salim ke Ayah kaya Irham"

"apaan sih, kok jadi bawa-bawa Irham, aku lagi males ngomongin si kampret itu"

"Adzana!!!" triak Ayah.

langkahku terhenti saat seseorang baru saja keluar dari wc tamu.

Irham.

Irham ada dirumahku?

ngapain dia disini?

.
.
.
.
.
.
.

setelah mandi dan berganti baju aku menemui Irham, aku menyuruhnya menungguku di balkon atap rumahku.

disana tempat paling aman agar percakapanku dengan Irham nanti tidak didengar Ayah.

bisa saja akan terjadi baku hantam antara aku dengan Irham.

Pretty SavageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang