6

13 0 0
                                    

Adzana pov

Diruang osis sekolah

demi apa, weekend kenapa harus kesekolah sih.

Irham menghentikan langkahku tadi untuk mengajakku kesekolah untuk rapat tentang keluhan anak-anak tentang aku.

Irham menanyakan pendapatku soal tatanan denah acara, membuat pengumuman yang mau ikut bazar, dan lain-lain.

aku yang merasa tidak ahli dibidang inipun memberi saran sebisaku.

.
.
.
.
.
.

Irham pov

step terakhir untuk kerjaan hari ini hanya menempel pengumuman bazar di mading sekolah.

setelah selesai menempel aku kembali keruang osis untuk memberi tahu Adzana bahwa hari ini sudah selesai, dan menyuruhnya pulang.

Adzana tampak lelah sekali tadi.

sesampainya aku diruang osis, aku melihat Adzana yang sudah tertidur dengan posisi duduk dan menyandarkan kepalanya di meja.

"lehernya bakal sakit kalo tidur begitu" ucapku lirih.

pelan-pelan aku hendak memindahkan Adzana ke sofa.

namun itu malah membuat Adzana terbangun dan hampir saja melayangkan tinju nya padaku.

sepontan aku melindungi wajahku.

"gue Irham! gue cuma mau mindah lo, karena takut leher lo sakit kalo tidur kaya gitu" jelasku agar Adzana tak salah paham.

"maaf maaf,. gue sensitive banget sama sentuhan"

"gapapa"

"udah selesai semua?? Hooaamm!" tanya Adzana sambil menguap.

aku mengangguk.

"yaudah gue balik dulu yaa"

"mau gue anter?"

"gapapa gue naik ojek aja"

"jangan! bahaya"

"kenapa?"

"lo cewek, kalo ada apa-apa gimana?"

"tenang aja, mending lo balik ke asrama terus mandi, tinta di muka sama rambut lo tuh"

"serius lo gapapa?"

"iyaa.. elahh,."

"yaudah deh,."

"ok,. bye"

Adzana hendak beranjak pergi.

"kabarin gue kalo udah nyampe"

Adzana mengerutkan kening. "kenapa?"

"yaa.. biar gue ga khawatir dan tau kalo lo baik-baik aja"

"atas dasar apa lo khawatirin gue?"

"atas dasar tanggung jawab,..gue yang udah ngajak lo kesini sampe kesorean gini"

Adzana mengangguk menerima alasanku.

"ok,. ntar gue chat kalo udah sampe rumah"

Adzana pun pergi.

.
.
.
.
.
.

setelah mandi, aku membereskan barang-barangku, semalam mama Fadi menyarankan untuk aku tinggal di ruang atas rumahnya.

ada akses sendiri, jadi cocok untuk aku yang sering pulang malam dari bekerja.

bagaimanapun aku tidak bisa hanya mengandalkan uang dari tabungan Ayah dan Bunda.

Pretty SavageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang