31

1 0 0
                                    

"thanks" ucap Adzana mengulur kan jaket Irham setelah mematikan sambungan telfon dengan Ayah nya.

Irham menerima tanpa kata-kata.

"gimana keadaan Berlian?" tanya Adzana sambil menguap.

"masih di tanganin dokter di dalem"

"Fadi?"

"keluar nyari baju ganti"

"yaudah, gue masuk ya" Adzana berdiri.

Irham memegang tangan Adzana dan menarik nya untuk duduk kembali.

Adzana bingung.

"lo ga denger? lagi di tangani dokter!" ucap Irham menekan.

"terus?"

"ya, lo disini aja"

"gue mau liat Berlian sebentar"

"ga usah"

"lo kenapa sih?"

"lo tidur aja lagi"

"ga ngantuk" ucap Adzana masih terus menguap.

"lo dari tadi nguap udah kaya singa kelaperan masi bilang ga ngantuk?!"

"nguap emang udah pasti ngantuk?"

"setau gue sih gitu ya"

"banyak hal yang lo ga tau"

"apa??"

"ya nguap ga berati gue ngantuk"

"kalian berdua ngapain sih??!! pegangan tangan sambil debat, aneh banget!" ucap Fadi tiba-tiba datang.

membuat tangan Irham dan Adzana yang tadi nya bertaut dengan cepat mereka lepas kan.

Fadi duduk di sebelah Irham, Irham sedang menyaman kan posisi nya yang salah tingkah karena tanpa sengaja terlalu nyaman memegang tangan Adzana.

"gue temenin Berlian ke dalem ya" Adzana yang tak kalah salah tingkah pun langsung pergi masuk kedalam ruang UGD.

"lo suka ya sama Adzana?" tanya Fadi saat memastikan Adzana sudah berada diruangan yang berbeda dengan nya.

"ga"

"kata nya lo mau belajar jujur sama isi hati lo"

Irham terdiam.

"lo suka kan?" Fadi masih belum menyerah.

"ga"

"ga salah lagi kan??"

"dasar gila!"

"udah deh sama gue ga usah rahasia-rahasia an"

"apaan sih!"

"jujur aja"

"lo udah sembuh?"

"hah?? gue sakit apa?"

"lo kan akhir2 ini jadi pendiem, ga kepo, ga ngelawak, kena virus sakit hati"

"sialan lo!"

Irham tersenyum kecil, berhasil membuat Fadi kesal.

.
.
.
.

Berlian membuka mata nya, dia melihat sekeliling putih.

Berlian bingung, seingat nya tadi dia berada di dalam mobil Fadi bersama Adzana, Irham, dan Fadi. badan nya merasa tidak enak karena pakaian nya luar dalam basah kuyup, lalu beberapa saat setelah masuk mobil Fadi kepala nya pusing dan dia tidak ingat lagi.

Berlian memandang Fadi yang tidur duduk di samping ranjang yang ditiduri Berlian.

Berlian menatap wajah mantan kekasih nya yang masih sangat dia cintai itu, ada perasaan ingin egois dan tidak tahu malu saja di benak Berlian, dia sangat ingin berada terus disisi Fadi.

tapi situasi ini menjadi rumit begitu saja, sampai tidak tau bagaimana cara memperbaiki nya.

"Li.." ucap Adzana berbisik karena takut membangun kan Fadi.

Adzana baru saja masuk ke ruang perawatan Berlian bersama Irham. mereka membeli makanan dan minuman untuk Berlian.

dokter mengatakan Berlian harus di rawat beberapa hari, imun Berlian turun dan juga kurang nutrisi.

"gue kenapa?" tanya Berlian pada Adzana, yang juga berbisik.

"lo pingsan, demam juga tadi tapi sekarang udah turun demam nya, tapi lo harus di rawat karena imun lo turun" jelas Adzana.

"gue istirahat dirumah aja bisa ga?" pinta Berlian.

"ga bisa!" ucap Irham dengan suara agak keras, membuat Berlian dan Adzana langsung menatap nya kesal.

Fadi juga terbangun karena Irham.

"udah lo disini aja dulu, besok gue kesini, gue pengen nginep cuma Ayah gue ngelarang" ucap Adzana.

"iya,. gapapa" jawab Berlian.

"gue udah hubungin nyokap lo tadi, ntar lo telfon aja lagi.. gue sama Adzana balik dulu ya, takut kemaleman" ucap Irham.

"yaudah, hati-hati ya" ucap Berlian.

"lo, Fad?" tanya Irham menanyakan Fadi apa dia tinggal atau ikut pulang.

"gue disini" jawab Fadi mantap.

"ga usah, lo balik aja, gue bisa sendiri kok" Berlian menolak.

"hati-hati ya Ham, bawa mobil gue" ucap Fadi seolah tak menghiraukan ucapan Berlian.

Irham mengangguk mengerti. Adzana bingung dengan keanehan mereka semua.

"balik ga?!" tanya Irham menatap Adzana.

"balik lah!" jawab Adzana lantang.

Irham berjalan keluar ruangan.

"gue balik ya.. bye!" Adzana berjalan cepat mengikuti Irham.

.
.

"hujan nya awet banget" ucap Adzana di dalam mobil yang sedang di kemudikan Irham.

hujan memang belum berhenti, tapi tidak sederas tadi sore.

"ga kaya hubungan" ucap Irham aneh, membuat Adzana menatap nya bingung.

.
.
.
.
.

bersambung!!!

Pretty SavageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang