3

16 1 0
                                    

Irham pov

sudah 2hari aku tidak masuk sekolah dan tidak masuk kerja, aku berada di kampung kelahiranku.

Pamanku menelfonku untuk meminta uang karena anaknya sedang sakit.

flashback 2hari lalu *

"Irham.. tolong bantu paman, Aziz sakit, paman tidak punya biaya untuk membawanya berobat" ucap paman di telfon.

aku hanya ingin memastikan kebenaran bahwa benar anaknya sakit atau tidak, makanya aku sampai datang jauh-jauh kesini.

"ham? kenapa pulang? cukup transfer saja uangnya" ucap paman kaget melihat aku datang.

bibi nampak tidak suka melihat kehadiranku.

"mana aziz, paman?" tanyaku.

"ada, dikamarnya, masuklah"

akupun langsung masuk kedalam kamar sepupuku itu.

nampak dia sedang duduk diatas ranjangnya sambil memegang ponsel dengan headfhone terpasang di telinganya.

apakah dia benar-benar sakit?

samar-samar terdengar paman dan bibi berbicara.

bibi : kamu nyuruh dia pulang?
paman: ngga! aku cuma minta dia kirim uang
bibi : terus kenapa dia disini?
paman: mana aku tau
bibi : bilangin tuh keponakanmu, tau diri, setelah orang tuanya meninggal aku yang ngurusin dia, sekarang gantian lah dia yang ngurusin kita
paman: dia kan masih sekolah buk,
bibi : kan dia sekolah sambil kerja, uang bulanan yang dia kirim kurang.
paman: pasti dia kan juga punya kebutuhan
bibi : sekolah dia gratis pak, dia kan dapet beasiswa, tempat tinggal juga di asrama sekolah.
paman: mungkin dia butuh juga
bibi : halah, anak masih kecil butuh apa? kita disini hidup susah kaya gini, dulu diurusin kita ga punya apa-apa kita kasih makan, kita sekolahin, sekarang malah lupa sama kita.
paman: sudah lah buk, nanti Irham dengar
bibi : biar saja dengar, biar sadar

begitulah percakapan paman dan bibiku.

sakit memang, tapi aku sudah terbiasa, dulu saat orang tuaku meninggal, bibi, paman, dan Aziz pindah kerumah ku, untuk menemani dan menjaga aku katanya.

karena mereka juga tidak punya rumah, selalu mengontrak kesana-kemari.

paman juga tidak punya pekerjaan tetap, dia bekerja bila ada orang yang meminta bantuan. seperti membuat kandang, memanen buah atau sayur, dan memperbaiki barang rusak.

dulu tidak jarang kami makan dari makanan pemberian tetangga yang kasian pada kami.

bibi selalu seperti itu padaku, seolah aku adalah beban, dan sangat membenciku.

sebagai anak umur 8tahun aku hanya bisa diam.

Flashback off

.
.
.
.

aku berjalan menyusuri desa yang sudah lama tidak ku kunjungi ini.

setelah lulus SD dan mendapat beasiswa terus menerus, aku memang jarang pulang.

hanya kalau paman menelfon dan meminta uang aku hanya mengirimnya saja.

saat SMP aku memang sudah bekerja di "caffe dream" milik mama Shena.

bu Rita mau mempekerjakan aku karena beliau tau aku sangat membutuhkan perkerjaan, beliau orang yang sangat baik.

"Irham??" seseorang tiba-tiba saja menyapaku, wajahnya nampak ragu.

"pak Mail" aku membalas sapaannya, beliau adalah kepala desa dulu saat ayahku masih ada.

"ham, kamu sudah tinggi sekali" senyuman hangat pak Mail mengingatkanku pada ayah.

"iya pak"

"mau kemana?"

"jalan-jalan saja pak"

"ayok ikut pak Mail"

"kemana pak?"

"liat kebun"

pak Mail menggandengku menuju kebunnya, akupun mengikuti saja.

"gimana ham? enak tinggal sendiri?" pak Mail membuka pembicaraan saat kami sudah sampai dikebun semangka milik pak Mail, kebunnya sangat luas.

"enak ga enak pak, enak bisa sedikit lega, tidak kepikiran sama omongan bibi.. ga enaknya ya capek ga ada istirahatnya, sekolah-kerja-belajar-tidur.. kadang juga ga tidur pak kalo mau ujian, takut nilainya turun, nanti beasiswa saya dicabut, saya ga bisa sekolah"

"pak Mail bangga sekali sama kamu ham, kamu anak baik, anak rajin.. ayah dan bunda kamu pasti bangga sekali sama kamu"

"semoga ya pak, saya kerja keras begini supaya ayah dan bunda saya disana bangga dan ga sedih liat saya"

"ham.. ham.. jadi anak kok baik sekali kamu ini"

"ga salah kan pak jadi orang baik?"

"iya, ga salah.. oya ham, bapak mau ngasih kamu sesuatu"

"apa pak?"

pak Mail menyingkirkan jerami kering diatas tanah, lalu menyangkul tanah itu, dan mengeluarkan kotak kayu yang kelihatan sudah lusuh.

pak Mail membuka kotak itu.

"ham, ini sertifikat rumah kamu yang ditinggali paman dan bibimu, pak Mail menyimpannya, sebelum Ayahmu meninggal beliau berpesan untuk menyimpan ini dan memberikan padamu saat kamu sudah dewasa, dan ini ada emas peninggalan bundamu, bunda mu selalu menabung sebagian gajinya sebagai guru untuk membeli emas, ini semua juga Pak Mail simpan untuk kamu"

Ayah dan Bunda memang bersahabat dekat dengan Pak Mail. bahkan saat Ayah dan Bunda kecelakaan sampai meninggal Pak Mail yang membawa mereka ke rumah sakit.

seketika dadaku sesak, selama ini aku tidak tau betapa Ayah dan bunda sangat menyayangiku, aku selalu mengutuk nasib buruk ku.

"ada lagi ham, ini dari Ayahmu" pak Mail memberikan lagi padaku buku tabungan yang kelihatan masih baru.

"apa ini pak?"

"kebun ini pak Mail beli bersama Ayahmu, setiap panen, pak Mail selalu memasukan 40% kedalam buku tabungan ini, 40% untuk pak Mail dan 20% untuk biaya penanaman lagi.. ini hak kamu ham.. selama kebun ini masih beroperasi pak Mail akan terus ngirim kerekening ini"

seketika tangisku pecah, apakah sekarang beban hidupku akan sedikit berkurang, aku sedih bercampur bahagia dan terharu.

"kejarlah impianmu setinggi langit ham.. jangan hiraukan paman dan bibimu, mereka bukan tanggung jawabmu"

"terima kasih pak"

.
.
.
.
.
.

"paman, bibi.. ini sertifikat rumah ini, aku serahkan ke paman dan bibi, terserah mau di apa kan, mau dijual atau kalian tinggali aku ga perduli, yang jelas aku sudah tidak mau mengurus kehidupan kalian lagi, aku capek"

"kamu kok ga tau diri ya Irham, dulu kamu sendirian siapa yang ngurus?"

"kalian ngurus aku cuma 4tahun sampai aku lulus SD, aku ngurus kalian udah 5tahun lebih.. kurasa udah cukup membalas budi, dan ini sertifikat udah lebih dari cukup.. jangan pernah telfon aku lagi, jangan pernah hubungi aku apapun masalahnya, itu urusan kalian, bukan urusan aku"

setelah bicara begitu aku pun pergi.

sekarang saatnya aku bebas seperti anak-anak lain, tidak memikirkan beban, dan hidup normal.

.
.
.
.
.
.

Bersambung!!!

Pretty SavageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang