"Zaa.. gue cek barang dateng dulu yaa.. bentar aja" ucap Berlian pada Adzana.
Adzana mengangguk, Berlian langsung pergi menuju ruang persediaan di kafe.
Adzana memang akan pergi dengan Berlian jalan-jalan.
tapi Berlian masih bekerja jadi dia harus menunggu, dan Adzana memutuskan untuk menunggu di kafe tempat Berlian bekerja, agar saat Berlian selesai mereka langsung pergi.
Adzana memperhatikan Irham yang sedang bekerja, seperti biasa Irham terlihat tampan dengan apapun dan bagaimana pun.
"Zaa.." tiba-tiba seseorang mengagetkan Adzana yang sedang asyik menatap Irham.
orang itu adalah Shena, dia duduk di kursi tepat dihadapan Adzana, menutupi pandangan Adzana menatap Irham.
"mau kemana Zaa?? cantik banget" tanya Shena.
"gue tiap hari juga cantik"
"iya sih.. tapi kali ini beda"
"beda apa nya?"
"aura nya lebih mempesona"
"anjayy"
"haha.. serius gue"
"makasih"
"lo mau pergi sama Berlian?"
"iya, dan lo ga boleh ikut"
"haha.. gue ga mau ikut Zaa.. nanya doang"
"kenapa nanya-nanya?"
"pengen tau aja"
"kurang-kurangin deh lo kepo nya"
"Zaa.. lo suka sama Irham?"
Adzana mengerutkan kening bingung dengan pertanyaan Shena.
memang waktu itu Shena pernah cerita dengan Adzana bahwa Irham dan Shena tidak ada hubungan apa-apa, hanya mereka dekat karena mama Shena sangat menyukai Irham, dan Shena menganggap Irham seperti adik nya sendiri, dan juga Shena ternyata menyukai Trian, teman karate Adzana.
"lo mau gue bantuin buat deket sama Irham?"
"egak! mending lo jangan macem-macem deh"
"beneran, Zaa.."
"gue juga beneran bakal matahin tangan lo kalo lo berani ngomong aneh-aneh sama Irham"
"iya.. iyaa.. enggak.. santaii"
Adzana meminum strawberry milkshake yang dibuatkan Berlian tadi.
Adzana kesal dengan ucapan Shena, entah kenapa dia tidak suka orang lain mengetahui perasaan nya.
Adzana memang tau Shena dan Irham tidak ada hubungan, tapi itu juga tidak membuat Adzana lantas mendekati Irham, harga diri nya terlalu tinggi untuk duluan mendekati laki-laki, selama ini dia selalu di dekati laki-laki meskipun tidak ada satupun yang mampu membuat Adzana menerima pengakuan cinta itu.
tiba-tiba Irham menaruh brownis coklat di meja Adzana. Adzana menatap Irham bingung.
"gue ga pesen" ucap Adzana bingung.
"hadiah buat lo, udah ngerjain ujian dengan baik" ucap Irham lalu pergi.
Adzana terdiam.
Shena tersenyum-senyum, Adzana menatap Shena tajam. membuat Shena seketika berhentu tersenyum.
.
.
.
."udah ini aja yang mau lo beli?" tanya Berlian pada Adzana, setelah mereka keluar dari toko sepatu.
Adzana mengangguk.
"yaudah, kalo gitu kita balik sekarang?"
"makan dulu yah, gue laper"
Berlian mengangguk.
Adzana dan Berlian memutuskan untuk makan disalah satu restaurant di dalam mall tempat mereka membeli sepatu tadi.
"Zaa.. kaki lo cuma 1 tapi masa lo beli sepatu sampe 4 buat apa??"
"yang 2 kan buat lo"
"hahh?! enggak.. gue ga mau"
"kenapa?"
"ya ga mau aja, itu kan lo yang beli"
"kalo gue pengen berbagi sama lo gimana? ga boleh"
"ya.. gue ga enak aja, Zaa"
"lo anggep gue temen lo bukan?"
"iyalah"
"sesama temen boleh kan berbagi"
"tapi gue ga bisa bagi lo apa-apa"
"lo kan tadi kasi gue minuman gratis di kafe"
"cuma itu doang"
"ya tapi itu kan berbagi, Lii.. mau besar atau kecil sama aja.. trima ya"
Berlian terdiam.
"Lii.. gue ngasih ke lo bukan karna gue ngerendahin lo, ga sama sekali, tapi karna gue bahagia bisa temenan sama lo, gue ga pernah punya temen perempuan"
"gue juga bahagia temenan sama lo"
"maka nya trima ya,.."
"tapi Zaa"
"pliss, Lii.. coba lo trima niat baik gue"
"gue trima niat baik lo, tapi ga barang dari lo"
"coba lo fikirin, gimana perasaan gue saat lo nolak barang dari gue, gue kecewa.. "
"gue ga bermaksud gitu, Zaa.. sumpah"
"terus maksud nya gimana?"
"gue cuma ga enak aja, dan ngerasa terbebani sama pemberian orang lain"
"meskipun orang nya ikhlas"
Berlian mengangguk.
"lo kaya nya harus rubah pola pikir lo deh, lo itu ngerendahin diri lo sendiri Berlian, padahal orang lain itu sayang sama lo tapi karena lo yang terlalu overthinking jadi diri lo sendiri ga nyaman, padahal sebener nya ga masalah, tapi lo jadiin masalah"
"gue selalu terbebani ketika deket sama orang-orang kaya kayak lo"
"kenapa?"
"gue takut dibilang deketin cuma mau manfaatin lah atau sebagai nya"
"itu dari diri lo sendiri Lii.. lo juga bisa ngerasain mana yang tulus ngasi ke lo, atau yang terpaksa"
"gue terlalu takut sama pandangan orang"
"lo terlalu mengkotak-kotak kan status sosial,padahal kita sama, sama-sama manusia, sama-sama makan nasi"
"tapi kehidupan kita beda, Zaa.."
"semua orang punya masalah masing-masing, Li.. ya oke.. lo mungkin kurang masalah materi, tapi lo masih punya ibu buat lo berkeluh kesah, masih punya adik buat lo ajak bercanda, itu mahal banget buat gue, Li"
.
.
.
.
.
.bersambung!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Savage
Romancekisah cinta fresh ala anak remaja menuju dewasa. Adzana, gadis bebas ahli karate. kebiasaannya yang bebas sulit membuatnya terkekang dengan peraturan, meskipun itu adalah peraturan sekolah, bukan hal mudah baginya untuk mentaati peraturan. dia sudah...