saat sampai di Rumah sakit Adzana dan Irham pun menuju ruang rawat Berlian.
Irham berjalan lebih dulu, langkah nya terhenti tepat di depan pintu ruang rawat Berlian.
Adzana bingung melihat wajah kaget Irham, Adzana penasaran dan ingin melihat ke dalam kaca pintu ruang rawat Berlian.
Irham mencegah dengan menutup mata Adzana. Adzana yang penasaran pun memberontak dengan mengambil tangan Irham dari mata nya lalu memutar nya.
"Aww!! za!" pekik Irham pelan, takut terdengar di dalam ruangan.
Adzana tidak menghiraukan, yang terpenting dia berhasil melihat kedalam ruang rawat Berlian.
ekspresi Adzana sama seperti Irham saat pertama melihat kedalam kaca ruangan Berlian tadi.
Adzana langsung memalingkan wajah nya.
"kita tunggu di luar aja ya" ucap Irham memberi ide.
Adzana mengangguk dan berjalan menjauh dari ruangan Berlian.
ada apa dengan Berlian?? Fadi??
.
.
.
."lo tunggu sini ya, gue beli minuman dulu" ucap Irham saat mereka sudah sampai di taman Rumah sakit.
Adzana mengangguk dan duduk di salah satu kursi taman.
Irham berjalan menjauh.
Adzana memainkan ponsel nya, berusaha tidak memikirkan apa yang baru saja dia lihat.
"Adzana!! bener Adzana!" ucap seseorang mendekat pada Adzana.
Adzana menatap orang itu.
"ngapain lo Za, disini??" tanya orang itu lalu duduk di samping Adzana, Adzana sedikit bergeser agar tidak terlalu dekat.
"lagi jenguk Berlian" jawab Adzana.
"Berlian sakit?"
Adzana mengangguk.
"sakit apa?"
"kecapean"
"oohh.. eh Zaa.. jangan lupa ya minggu depan gue tanding basket, lo dateng ya??" Gean memohon pada Adzana.
Adzana menggeleng.
"please... Zaa.. yaahh"
"males"
"masa lo ga mau liat gue menang?"
"emang yakin bakal menang?"
"yakin, kalo lo dateng gue pasti menang"
Adzana menatap Gean tidak percaya.
"seriuss.. gue janji kalo lo dateng gue pasti menang"
"males ah"
"taruhan gimana?"
"males"
"bilang aja lo takut"
"ga penting"
"pokok nya kalo lo dateng tapi gue kalah, gue akan kasih lo mobil gue"
"lo suka bnget ya taruhan?"
Gean menaikan bahu nya.
Adzana mencibir.
"tapi serius, dateng ya"
suara hentakan kaki Irham yang tiba-tiba membuat Adzana dan Gean reflex menatap ke arah Irham.
"eh, Irham.. jenguk Berlian juga lo?" tanya Gean.
Irham tidak membalas, hanya membuang tatapan nya ke sembarang arah dengan wajah tidak suka.
"yaudah gue duluan ya.. Zaa jangan lupa ya" Gean berlalu pergi.
.
.
."udah??" tanya Irham saat dia dan Adzana masuk dalam ruangan Berlian di rawat.
"apa nya?" tanya Fadi bingung sambil duduk di sofa, ruang rawat Berlian memang kamar VIP sesuai permintaan Fadi, dan Berlian seperti nya lelah menolak.
"gue liat" ucap Irham enggan menjelas kan.
"liat apaan sih?"
"liat lo makan Berlian"
"sialan!"
"udah baikan?" giliran Adzana bertanya sambil duduk di kursi samping Berlian.
"udah dong"
"pantes sumringah banget lo"
"gue tiap hari sumringah"
"masa?? berati kemaren-kemaren lo kesurupan"
"sialan, kompak banget ya kalian, jangan-jangan jodoh"
Adzana dan Irham memilih untuk mengabaikan ucapan Fadi.
"gimana keadaan lo?" tanya Adzana pada Berlian.
"udah baikan kok, kata dokter besok boleh pulang"
"syukur deh kalo gitu"
Berlian mengangguk.
"gue bawain roti sama buah, mau?"tanya Adzana lagi.
"udah kenyang kaya nya, kan Berlian abis saling makan sama Fadi" ucap Irham dengan nada mengejek.
"lo kenapa sih? aneh banget! julid lagi" kesal Fadi.
"gapapa" jawab Irham datar, sedari tadi tak mengubah mimik wajah nya.
Adzana bingung, bagaimana cara mereka tau Irham sedang dalam perasaan apa? sedangkan mimik wajah nya selalu sama, menyebal kan, tapi tampan.
"tampan sialan, gara-gara terus bertemu dengan nya aku jadi semakin menyadari bahwa dia tampan" ucap Adzana dalam hati.
"Zaa!!" panggil Berlian keras.
"Hahh??!" Adzana kaget.
"lo ngelamun?"
"engga"
"terus? gue tanya ga denger"
"sori, tiba-tiba keinget sesuatu.. lo nanya apa??"
"Irham abis ketemu atau ada hal apa gitu yang bikin dia sebel?"
"ga ada"
"yakin?"
Adzana mengangguk.
"tapi kaya nya ada" Berlian menatap Irham mencari tau ada apa dengan nya.
"apa sih? Irham kan emang gitu, ga ada yang salah kan?" ucap Adzana.
"lo emang pernah liat Irham julid?" tanya Fadi.
"yaa enggak sih, tapi kan bisa aja dia pengen julid"
"anjir.. pengen julid.. hahaha" Fadi tertawa keras.
"ini kenapa jadi ngebahas gue ya?" Irham tidak terima.
.
.
.
.
.Bersambung!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Savage
Romancekisah cinta fresh ala anak remaja menuju dewasa. Adzana, gadis bebas ahli karate. kebiasaannya yang bebas sulit membuatnya terkekang dengan peraturan, meskipun itu adalah peraturan sekolah, bukan hal mudah baginya untuk mentaati peraturan. dia sudah...