BAB 25 - Ia Bukan Takdirmu

1.2K 126 0
                                    

Haniya tengah menyulam pucuk melati di atas kainnya ketika Cadien memasuki kamarnya. Pria itu terlihat tidak sehat dengan luka lebam di wajahnya. Ia berjalan pelan mendekati ibunya dan menunduk, merasakan kesalahan bodoh yang telah ia perbuat.

"Mama, aku dengar Tuan de Jongh sudah meninggalkan Batavia dan dilarang kembali. Aku sangat menyesal, lain kali aku akan menyelesaikan masalah dengan cara yang lain. Aku berjanji," kata Caiden kepada ibunya.

Haniya tersenyum, memperlihatkan sulamannya kepada putra ketiganya.

"Lihat, cantik sekali bukan? Melati yang melambangkan kesucian, ini bisa menjadi renda untuk pernikahan adikmu nanti atau menjadi renda pengantinmu, Caiden?"

Caiden meneguk salivanya dan mengangguk sebelum meninggalkan ruangan ibunya. Ia menaiki kudanya dan mengarahkan kuda itu menuju Senopati, lebih tepatnya ke pendopo dimana Ratna mengisi posisi sinden disana. Caiden menonton pertunjukan wayangnya sampai selesai, lalu menghampiri wanitanya di balik layar.

Ratna terlihat sedang membersihkan riasan wajahnya di depan cermin. Wanita itu tersenyum ketika melihat pria yang dicintainya berada di belakangnya. Caiden perlahan memeluk wanita dari belakang dan mencium tengkuknya dengan lembut. Ratna seakan menyadari kehadiran tuannya langsung berbalik dan mencium bibirnya. Caiden menyenangkan wanita itu sebentar lalu ia berkata, "Aku sangat merindukanmu, Ratna."

"Aku juga merindukanmu, Tuanku." Ratna menjawab dengan manis sehingga membuat Caiden menciumnya lagi. Ia lalu mendudukkan Ratna di atas meja rias wanita itu.

Ratna bisa melihat wajah Caiden yang terlihat begitu tampan. Walaupun dengan lebam di mata dan pipinya. Tanpa sehelai rambut di wajahnya, hanya bulu mata panjang dan alis tebalnya yang membuat wajah pria itu terlihat manis di matanya. Hidung mereka bertaut, mereka memejamkan mata dan menikmati suasana sesaat yang membuat mereka nyaman.

"Aku sangat mencintaimu, Ratna."

"Aku yang sangat lebih mencintaimu, Tuanku."

"Aku yang sangat lebih banyak mencintaimu."

"Aku yang sangat lebih banyak sekali mencintaimu."

Ratna membuka matanya dan mencium pucuk hidung pria yang dicintainya itu dan Caiden membalas mencium pucuk kepala wanitanya.

"Aku tidak melihatmu beberapa hari ini," ucap Ratna mengalungkan lengannya kepada Caiden.

"Aku mengurusi urusan keluargaku," jawab Caiden sedikit tidak enak.

"Keluargamu, kamu selalu mementingkan mereka," kata Ratan dengan nada kekesalan yang tidak dapat ia sembunyikan. "Selama lima tahun kita bersama, bisakah kamu sekali saja mementingkan aku dibanding mereka?"

Caiden tersenyum dengan gemas melihat rawut kekesalan Ratna. "Tidak bisa," jawabnya santai.

Ratna mendengus kesal. "Kapan kamu akan menikahiku, Tuanku?"

Caiden memandang Ratna dengan lembut, tangannya menyusuri setiap jengkal wajah wanitanya. "Disaat aku siap nanti," ia menarik napasnya, "Ratna ada hal yan harus aku katakana kepadamu."

Ratna mengubah ekspresinya. Ia tahu hal ini pasti akna terjadi tetapi ia tidak memprediksi akan jatuh pada hari ini.

"Kita," jeda Caiden. Tangannya menangkup pipi Ratna dengan sangat lembut. "Tidak bisa bersama lagi."

Bagaikan beribu jarum menusuk hatinya. Ratna menggeleng lemah.

"Kamu telah berjanji," lirihnya.

"Aku-" Caiden terbata tidak dapat melanjutkan kalimatnya.

"Tapi kamu telah berjanji, Caiden. Kamu berjanji akan menikahiku,, kamu berjanji akan melindungiku dan kamu berjanji tidak akan meninggalkan aku."

Caiden mengusap kepala Ratna dengan lembut, menciumnya untuk terakhir kalinya. "Aku tidak bisa memenuhinya." Pria itu menyisir rambut Ratna dengan tangannya, "aku telah berjanji kepada ibuku. Keluarga adalah segalanya."

Ratna mendorong tubuh Caiden dengan keras. "Anak Mama, kalian semua sama saja. Para bangsawan yang penuh dengan aturan," desisnya. "Kamu berbohong kepadaku, memanfaatkan aku dengan semua bualanmu."

"Aku tidak membohongimu, aku benar-benar mencintaimu, Ratna. Hanya saja aku harus mementingkan keluargaku. Tidak ada yang bertanggung jawab ketika Arsya sibuk dengan pekerjannya dan Bhalendra kembali ke angkatan laut. Hanya aku, anak laki-laki ibuku yang bertanggung jawab atas mereka."

"Enyahlah kamu dari hadapanku. Kamu menjijikan," ucap Ratna tertahan. Air mata yang sedari ditahan tidak dapat menunggu terlalu lama. "Kamu memang bukan ditakdirkan untukku, aku hanya dermaga bagimu untuk berlayar lebih jauh. Aku hanyalah wanita liar yang tidak tahu sopan santun, aku tidak suci dan tidak menjadi seperti apa yang keluargamu iginkan. Bahkan kamu tidak memperjuangkan aku."

"Ratna," panggil Caiden mengenggam jemari dingin wanitanya.

Ratna menepis tangan Caiden dan berkata, "seorang pria dewasa pasti akan menepati janjinya. Aku hanya meminta janjimu, menikahiku dan tinggal jauh dari Batavia."

"Aku tidak bisa, Ratna. Aku pikir aku dapat melakukannya, tetapi, aku tidak bisa."

Ratna mengatup bibrnya rapat. Mulut itu bergetar seiring isak tangis yang akan keluar dari mulutnya. Ia memang terlihat hebat dari luar, tetapi ia juga wanita yang lembut hatinya.

"Aku tidak bisa bersamamu bukan karena alasan mengenai siapa dirimu. Melainkan karena hubunganmu dengan Baruch de Jongh yang tidak bisa aku terima." Caiden memberikan alasan lainnya dengan tiba-tiba.

"Ia hanya memintaku bernyanyi," jawab Ratna meninggikan suaranya karena ia tidak mengetahui Caiden akan mengatakan hal itu.

"Bernyanyi dalam duniamu mungkin berbeda dengan duniaku," lirih Caiden.

Ratna membalikkan badannya, tidak ingin menatap tuannya yang memandangnya kecewa.

"Aku akan tetap selalu mencintaimu, Ratna. Tetapi maaf, kita tidak dapat bersama lagi," lirih Caiden dan meninggalkan wanita itu dalam tangisannya.

Meninggalkan wanita yang telah bersamanya selama lima tahun lamanya tidak mudah. Caiden harus memikirkannya selama dua haru penuh, mengenaia perpisahan mereka. Apakah ini jalan terbaik. Apakah tidak ada jalan lain yang bisa diambil. Setelah pertimbangan yang matang, Caiden benar-benar akan meninggalkan wanitanya untuk selamanya. Karena ia tahu Ratna bukan ditakdirkan untuknya.

***

Bersambung...

Raden Mas Dan Aku-Tamat | Abrata Series #01Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang